رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Jumat, 27 Mei 2016

Wasiat Dasyat Penolak Kemiskinan

Islam itu sangat solutif, berbahagialah bila engkau seorang muslim, apalagi seorang muslim itu adalah enterpreuner (red. Pengusaha), kalaulah dia yakin akan jalannya, untuk berjihad di dunia melalui bisnis, tentulah dia memiliki dua ujung mata pedang dalam langkah perjuangannya, yaitu pertama : Ikhtiar yang sungguh sungguh dalam menjemput rezeki, dan kedua : Kekuatan amalan ibadah dan doa.

Kedua mata pedang tersebut saling menguatkan, kedua mata pedang tersebut menambah kekuatan keyakinan hamba atas kekuasaan Yang Maha Kuasa. Logika bisnis dan usaha kadang-kala menjadi terbalik, bahkan hasil yang di raih pun seringkali ilmu matematika ataupun indikator ekonomi tak mampu menjangkau.

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 35:2)

“Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang di kehendaki Nya di antara hamba-hambaNYA dan menyempitkan bagi (siapa yang di kehendakiNya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi Rezeki yang sebaik baiknya” (QS 34:39)

Pada saat krisis tiba, niscaya mereka para pribadi muslim haruslah merasa yakin dan tetap tenang. Mereka tidak gundah atas berita yang beredar di media masa, mereka tidak turut serta menggaungkan senandung yang sama dengan kaum yang lain , mereka punya sikap yang unik dan berbeda dengan kaum yang lain, alasannya karena mereka punya keyakinan yaitu mereka memiliki ALLAH, PEMILIK SEGALA KEPUTUSAN, PEMBERI REZEKI.

Seringkali ummat islam terlupakan adanya kekuatan ujung mata pedang yang kedua ini yaitu kekuatan amalan ibadah dan doa , sebahagian ummat islam sekarang cenderung mengikuti pola manajemen barat yang serba ‘sebab akibat’ secara rasional, yang tentunya paham barat tersebut telah nyata melupakan faktor Tuhan sebagai Penentu. Walaupun sebagian mereka berhasil dalam usahanya, maka hasil kerja yang di dapat paling tidak hanya memperbanyak digit nilai materi saja, dan hampa dalam nilai keimanan serta berpeluang hilang keberkahannya, ketahuilah bila niat dan hasilnya dasarnya sudah menyimpang , hasil itu semua kelak akan nihil di hadapan Allah.

Rugi sekali bagi seorang muslim, apalagi kalangan pengusaha muslim khususnya, bila meninggalkan kekuatan yang satu ini, mereka punya Allah, mereka punya peluang doanya terkabul, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik di banding orang kafir, kenapa kita harus tunduk kepada yang lainnya, bahkan melemahkan diri?

Banyak sekali hadist Nabi maupun kisah sahabatnya yang memberikan gambaran bagaimana seorang muslim berdoa, kesemuanya merupakan karuniaNYA agar ummat islam khususnya para pengusahanya agar memiliki pegangan dan panduan dalam melangkah di kehidupan dunia ini, menjadi pengelana yang tak akan tersesat di antara ujian kehidupan berupa kelapangan maupun kesempitan.

…………

Adalah Abdullah bin Mas’ud , salah seorang sahabat dekat Rasul SAW. Di masa Khalifah Usman bin Affan, dia menderita sakit dan terbaring di atas tempat tidurnya, Khalifah usman menjenguknya dan menyaksikan Abdullah bin Mas’ud dalam keadaan sedih.

Usman : “Apa yang membuatmu sedih?”

Abdullah : “Dosa dosaku”

Usman : “Apa yang engkau inginkan dariku, aku akan penuhi?”

Abdullah : “Saya merindukan rahmat Allah”

Usman : “Jika engkau setuju, aku akan memanggilkan tabib”

Abdullah : “Tabib hanya membuatku sakit”

Usman : “Jika engkau tak keberatan, aku akan perintahkan bendaharaku untuk memberimu harta dari baitul mal”

Abdullah : “Ketika aku amat membutuhkannya, engkau tak memberiku sesuatu, dan sekarang tatkala aku sama sekali tak membutuhkannya, engkau hendak memberikan sesuatu!”

Usman : “Pemberian itu juga hadiah untuk putri putrimu”

Abdullah : “Mereka juga tak membutuhkan sesuatu, karena aku telah berwasiat kepada mereka untuk membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kefakiran”

Nah, saudara muslimku, informasi ini sudah sampai kepada anda semua, jangan di sia-siakan , mari kita lakukan amalan ini, Insha Allah, kita mampu untuk tetap tegar dalam menghadapi ujian kehidupan ini dan niscaya Insha Allah, kefakiran pun tak akan hadir di hadapan kita semua. Dan berilah wasiat yang sama kepada orang orang yang anda cintai, agar mereka bisa seberuntung seperti yang di sabdakan Rasul SAW di atas. Amin.

Eramuslim

Selasa, 10 Mei 2016

25 dahsyatnya istighfar

Dizaman yang serba tidak menentu ini ada baiknya kita menjadikan Istighfar sebagai salah satu amalan kita, untuk lebih membuat kita semangat melakukannya berikut uraian manfaat dari ber Istighfar.

    Menggembirakan Allah
    Rasulullah bersabda, “Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).

    Dicintai Allah
    Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.al-Baqarah: 222). Rasulullah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa.”(HR.Ibnu Majah).

    Dosa-dosanya diampuni
    Rasulullah bersabda, “Allah telah berkata,’Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengamouni dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak dosanya).” (HR.Ibnu Majah, Tirmidzi).

    Imam Qatadah berkata,”Al-Qur’an telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar.” (Kitab Ihya’Ulumiddin: 1/410).

    Selamat dari api neraka
    Hudzaifah pernah berkata, “Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap keluargaku, Wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu menyebabkan ku masuk neraka’. Rasulullah bersabda,’Dimana posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari semalam’.” (HR.Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim dan dishahihkannya).

    Mendapat balasan surga
    “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”(QS.Ali’Imran: 135-136).

    Mengecewakan syetan
    Sesungguhnya syetan telah berkata,”Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya,”Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku.”(HR.Ahmad dan al-Hakim).

    Membuat syetan putus asa
    Ali bin Abi thalib pernah didatangi oleh seseorang,”Saya telah melakukan dosa’.’Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’,kata Ali. Orang itu menjawab,’Saya telah bertaubat, tapi setelah itu saya berdosa lagi’. Ali berkata, ‘Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’. Orang itu bertanya lagi,’Sampai kapan?’ Ali menjawab,’Sampai syetan berputus asa dan merasa rugi.”(Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).

    Meredam azab
    Allah berfirman,”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”(QS.al-Anfal: 33).

    Mengusir kesedihan
    Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

    Melapangkan kesempitan
    Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).

    Melancarkan rizki
    Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rizkinya karena dosa yang dilakukannya.”(HR.Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).

    Membersihkan hati
    Rasulullah bersabda,”Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya.”(HR.Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi).

    Mengangkat derajatnya disurga
    Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu berkata,’Wahai Allah, dari mana saya dapat kemuliaan ini?’ Allah berkata,’Karena istighfar anakmu untukmu’.”(HR.Ahmad dengan sanad hasan).

    Mengikut sunnah Rosulullah shallalhu ‘alaihi wasallam
    Abu Hurairah berkata,”Saya telah mendengar Rasulullah bersabda,’Demi Allah, Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali’.”(HR.Bukhari).

    Menjadi sebaik-baik orang yang bersalah
    Rasulullah bersabda,”Setiap anak Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat.”(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim).

    Bersifat sebagai hamba Allah yang sejati
    Allah berfirman,”Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo’a:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah), dan yang memohon ampun (beristighfar) di waktu sahur.”(QS.Ali’Imran: 15-17).

    Terhindar dari stampel kezhaliman
    Allah berfirman,”…Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(QS.al-Hujurat: 11).

    Mudah mendapat anak
    Allah berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS.Nuh: 10-12).

    Mudah mendapatkan air hujan
    Ibnu Shabih berkata,”Hasan al-Bashri pernah didatangi seseorang dan mengadu bahwa lahannya tandus, ia berkata, ‘Perbanyaklah istighfar’. Lalu ada orang lain yang mengadu bahwa kebunnya kering, ia berkata, ‘Perbanyaklah istighfar’. Lalu ada orang lain lagi yang mengadu bahwa ia belum punya anak, ia berkata,’Perbanyaklah istighfar’. (Kitab Fathul Bari: 11/98).

    Bertambah kekuatannya
    Allah berfirman,”Dan (dia berkata):”Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”(QS.Hud: 52).

    Bertambah kesejahteraanya
    Allah berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”(QS.Nuh: 10-12).

    Menjadi orang-orang yang beruntung
    Allah berfirman,”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(QS.an-Nur: 31). Aisyah berkata,”Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka.”(HR.Bukhari).

    Keburukannya diganti dengan kebaikan
    Allah berfirman,”Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.al-Furqan: 70).

    “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”(QS.Hud: 114).

    Bercitra sebagai orang mukmin
    Rasulullah bersabda,”Tidak seorangpun dari umatku, yang apabila ia berbuat baik dan ia menyadari bahwa yang diperbuat adalah kebaikan, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan. Dan tidaklah ia melakukan suatu yang tercela, dan ia sadar sepenuhnya bahwa perbuatannya itu salah, lalu ia mohon ampun (beristighfar) kepada Allah, dan hatinya yakin bahwa tiada Tuhan yang bisa mengampuni kecuali Allah, maka dia adalah seorang Mukmin.”(HR.Ahmad).

    Berkeperibadian sebagai orang bijak
    Seorang ulama berkata,”Tanda orang yang arif (bijak) itu ada enam. Apabila ia menyebut nama Allah, ia merasa bangga. Apabila menyebut dirinya, ia merasa hina. Apabila memperhatikan ayat-ayat Allah, ia ambil pelajarannya. Apabila muncul keinginan untuk bermaksiat, ia segera mencegahnya. Apabila disebutkan ampunan Allah, ia merasa gembira. Dan apabila mengingat dosanya, ia segera beristighfar.”

Arrahman.com

Perjumpaan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bertemu Sa’id bin al-Musayyah, lantas Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya memohon kepada Alah agar mengumpulkan aku dan kamu di pasar surga.” Sa’id bertanya, “Apakah di surga ada pasar?”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita kepadaku bahwa penduduk surga ketika telah masuk ke dalam surga, mereka tinggal di dalamnya berkat keutamaan amal perbuatannya, maka mereka diperkenankan kira-kira Hari Jumat sebagaimana hari-hari di dunia, mereka mengunjungi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah menampakkan singgasana-Nya kepada mereka. Dia nampak bagi mereka di salah satu pertamanan surga. Dibuatkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya, mimbar-mimbar dari mutiara, mimbar-mimbar dari permata, mimbar-mimbar dari emas, dan mimbar-mimbar dari perak. Orang yang paling rendah tingkatakannya –di dalam tidak ada yang hina- duduk di atas bukit misk (kasturi) dan kapur barus. Mereka tidak memandang bahwa yang mempunyai kursi lebih baik tempatnya daripada mereka.”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah! Apakah kita dapat melihat Rabb kita?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya. Apakah kalian ragu-ragu dapat melihat matahari dan rembulan pada malam purnama?’ Kami menjawab, “Tentu tidak.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkan, ‘Demikian pula kalian semua tidak ragu-ragu dapat melihat Rabb kalian Azza wa Jalla. Tidak ada seorang pun yang tersisa dari majelis tersebut melainkan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, Dia berkata kepada seseorang di antara kalian, ‘Wahai fulan! Apakah engkau ingat ketika engkau melakukan ini dan itu.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan sebagian kesalahan-kesalahan orang tersebut ketika di dunia. Lalu orang tersebut berkata, ‘Ya Rabbi, bukankah Engkau telah mengampuniku?’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Ya, telah Kuampuni. Lantaran keluasan ampunan-Ku, engkau dapat sampai pada kedudukanmu ini.’ Pada saat mereka dalam kondisi tersebut, tiba-tiba awan menyelubungi mereka dari atas, lalu awan tersebut menurunkan hujan yang baik kepada mereka. Mereka belum pernah menjumpai keharuman yang semisal keharuman tersebut. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Bangunlah menuju kemuliaan yang telah Kusediakan untuk kalian, lalu ambillah yang kalian kehendaki!’.”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu melanjutkan kisahnya, “Lantas kami mendatangi pasar yang dikelilingi oleh para malaikat. Di dalamnya terdapat hal-hal yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbesit dalam hati. Lantas dibawakan untuk kita apa yang kita inginkan. Tidak ada sesuatu pun yang dijual di sana dan tidak perlu membeli. Di pasar itu para penduduk surga saling bertemu satu sama lain. Orang yang mempunyai kedudukan tinggi dapat bertemu orang yang kedudukannya lebih rendah –di dalam surga tidak ada yang hina- lalu dia terpikat dengan pakaian yang dilihatnya. Belum sampai selesai berbicara sehingga dia membayangkan pakaian yang lebih baik lagi. Hal ini lantaran tidak selayaknya seseorang bersedih hati di dalam surga. Selanjutnya kami kembali ke tempat kami masing-masing, lalu istri-istri kita menyambut kita seraya berkata, ‘Selamat datang… sungguh, engkau datang dengan ketampanan dan kebaikan melebihi daripada ketika engkau berpisah dengan kami tadi.’ Kami menjawab, ‘Sungguh, kami baru saja menghadap Rabb Kami Yang Maha Perkasa Subhanahu wa Ta’ala dan memastikan kami akan kembali sebagaimana kami telah kembali.”

Arrahman.com

Senin, 09 Mei 2016

10 Jenis Shalat Yang Tidak Diterima Allah SWT

RASULULLAH saw bersabda: “Islam dibangun di atas lima hal; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan  yang berhak disembah dengan benar kecuali Allâh  dan Nabi Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat….”  (HR Bukhâri dan Muslim).

Seorang Muslim tentu sudah paham betul bahwa sholat merupakan tiang dari dien ini. Oleh karena itu, ketika muadzin mengumandangkan adzan, kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi rumah-rumah Allâh Ta’ala, mengambil air wudhu, kemudian berbaris rapi di belakang imam shalat mereka. Mulailah kaum muslimin tenggelam dalam dialog dengan Allâh Ta’ala dan begitu khusyu’ menikmati shalat sampai imam mengucapkan salam. Dan setelah usai, masing-masing kembali pada aktifitasnya.

Imam Hasan al-Bashri rahimahullâh pernah mengatakan: “Wahai, anak manusia. Shalat adalah perkara yang dapat menghalangimu dari maksiat dan kemungkaran. Jika shalat tidak menghalangimu dari kemaksiatan dan kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum shalat”.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Barang siapa yang memelihara sholat, maka sholat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara sholat, maka sesungguhnya sholat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya.” (Tabyinul Mahaarim).

Kemudian Rasulullah saw juga bersabda bahwa: “10 orang sholatnya tidak diterima oleh Allah swt, di antaranya:

1. Lelaki yang sholat sendirian tanpa membaca sesuatu.

2. Lelaki yang mengerjakan sholat tetapi tidak mengeluarkan zakat.

3. Lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.

4. Lelaki yang melarikan diri.

5. Lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya (taubat).

6. Perempuan yang suaminya marah kepadanya.

7. Perempuan yang mengerjakan sholat tanpa memakai tudung.

8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.

9. Orang-orang yang suka makan riba’.

10. Orang yang sholatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan munkar.”

Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang sholatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya sholatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah swt dan jauh dari Allah.” Hassan r. a berkata : “Kalau sholat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan sholat. Dan pada hari kiamat nanti sholatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk.”

Islampos.com

Bantulah Orang Yang Terlilit Hutang


UMAT Islam itu seperti satu kesatuan jasad. Jika ada bagian yang sakit, maka bagian yang lain akan merasakannya juga. Seperti itulah ukhuwah imaniyah yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. Saling merasa. Saling pengertian. Saling memahami. Saling menolong. Saling membantu.

Ada orang miskin. Punya hutang lagi. Tentu, sebagai saudara seislam kita harus berbelas kasihan kepadanya. Namun berbelas kasihan saja terkadang tidak menyelesaikan masalahnya. Harus ditindak lanjuti dengan langkah yang lebih aplikatif. Membantunya agar terbebas dari hutangnya. Itu baru persaudaraan yang hakiki dalam Islam.

Umar bin Abdul Aziz menyampaikan pesan singkat kepada para pegawainya, “Bantulah orang-orang yang terlilit hutang!”

Lalu salah satu pegawainya ada yang menanggapinya, “Kami mendapati orang yang memiliki hutang, namun masih mempunyai tempat tinggal, pembantu, binatang kendaraan serta perkakas rumah tangga.”

“Umar membalas surat itu, “Seorang muslim itu harus mempunyai rumah untuk berteduh, pembantu yang membantunya sehari-hari, kuda untuk berjihad melawan musuh serta perabotan untuk rumahnya. Maka yang seperti itu jika memiliki hutang tetaplah seorang yang perlu dibantu.”

Islampos.com


Ketika Hati Terasa Sempit

KETIKA hati kita lapang, masalah apapun dapat kita hadapi dengan baik, pekerjaan seberat apapun dapat kita selesaikan, karena hati kita merasa lapang. Namun sebaliknya, jika hati terasa sempit, masalah sekecil apapun akan kita rasakan berat sekali, karena belum apa-apa hati kita tidak mampu menerimanya.

Itulah yang dirasakan Nabi Musa ketika beliau diberikan Allah tugas menjadi Rasul dan menghadapi Fir’aun, seorang raja yang sangat kejam, mengaku dirinya Tuhan sekaligus seorang yang pernah menjadi ayah tirinya dan telah memberinya naungan kehidupan sejak bayi hingga tumbuh menjadi pemuda kuat dan perkasa.

Nabi Musa merasa berhutang budi pada Fir’aun yang telah membesarkannya, dan ia merasa bersalah karena telah membunuh seorang Qibthi yang berkelahi dengan kaumnya Bani Israil, untuk membela. Namun ternyata kaumnya tersebut yang bersalah. Hingga membuatnya harus meninggalkan Mesir karena dikejar tentara Fir’aun yang akan menghukumnya.

Nabi Musa merasa berat memikul beban semua itu. Sebab itulah Nabi Musa memohon kepada Allah untuk melapangkan dadanya,

“Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, (QS. Thaahaa, 20:25)

dan mudahkanlah untukku urusanku, (QS. Thaahaa, 20:26)

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku, (QS. Thaahaa, 20:27-28)

di dalam tafsir Al Azhar dikatakan ketidakfasihan Nabi Musa dalam berbicara ini, dikarenakan ketika masih kecil dan berada dalam pengasuhan Fir’aun.

Suatu hari, Musa kecil merayap di lantai, menarik kaki kursi mahligai Fir’aun dengan tangannya yang mungil, maka goyahlah kaki kursi dan membuat Fir’aun yang duduk di singgasana hampir terjatuh. Riwayat tafsir lain mengatakan ketika Musa kecil duduk di pangkuan Fir’aun, lalu ditarik-tariknya janggut Fir’aun. Sebelumnya juga sudah ada tanda-tanda ganjil yang membuat Fir’aun curiga jangan-jangan anak inilah yang dikatakan tukang tenung kelak akan meruntuhkan kerajaannya, karena itu Fir’aun hendak membunuhnya.

Tetapi Asiyah, istri Fir’aun yang sangat menyayangi Musa mencegah niat buruk suaminya, dikatakannya Musa belum berakal, dan Fir’aun membantah kalau Musa sudah berakal. Maka diujilah Musa kecil dengan kedua hidangan, hidangan pertama berisi makanan lezat dan kedua berisi bara api, seketika Musa kecil hendak mengambil makanan lezat, pucatlah wajah Asiyah ketakutan, namun segera Malaikat Jibril mengalihkannya pada bara api hingga bara api yang diambilnya menyentuh mulut mengenai lidahnya. Akhirnya Musa tidak jadi dibunuh, namun sejak saat itu Musa tidak fasih berbicara. Setelah beliau menjadi Rasul, kurang lancar dalam berbicara inipun masih menyelimutinya, hingga Fir’aun mencemoohnya:

Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (QS. Az Zukhruf, 43:52)

Sadar akan kekurangannya, ia memohon kepada Allah untuk melepaskan kekakuan di lidahnya agar orang mengerti apa yang dikatakannya. Nabi Musa memohon Allah menjadikan Harun saudaranya sebagai asisten yang bisa membantunya dalam berbicara,

Kisah Musa ini menjadi pelajaran berharga untuk kita, jika kita menghadapi persoalan yang berat, maka memohonlah kepada Allah untuk melapangkan dada kita, sebagaimana yang dilakukan Musa a.s.

Memohon diberikan kemudahan dalam segala urusan dan apa yang menjadi ujian kita dalam kehidupan ini. Kepada-Nya kita memohon diberikan segala kekuatan.

Begitulah yang dilakukan para Rasul saat didera masalah, dihimpit kesulitan, atau merasa tak kuat menghadapi tantangan, para Rasul berdoa kepada Allah, dan doa itu pun dikabulkan-Nya, betapa nikmatnya menjadi hamba yang dekat dengan Allah.

Lewat berbagai kisah dalam Al Qur’an, Allah mendidik kita, ketika menghadapi ujian dalam kehidupan ini, hendaklah kita senantiasa memohon pertolongan-Nya dengan doa-doa terindah yang pernah diajarkan-Nya. Dengan berdoa, segala beban terasa ringan, segala keputusasaan menjadi hilang berganti dengan sayap-sayap pengharapan yang membumbung tinggi karena kita memohon pada Dzat yang Maha segala.

Doa adalah senjata kita ketika kita beriman dan yakin sepenuhnya pada Allah. Seperti sabda Rasulullah, “Doa itu adalah senjata orang yang beriman, tiang dari agama dan cahaya dari semua langit dan bumi. (H.r. Al Hakim)

Doa juga termasuk ibadah dan shalat itu sendiri bermakna doa. Dengan kekuatan doa, dapat menukar takdir yang tadinya buruk menjadi baik untuk kita. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Tidaklah yang menolak ketentuan Allah kecuali doa. Dan tidaklah yang menambah umur kecuali berbuat kebaikan. (H.r. Tarmidzi dan Ibnu Hibban)

Dari hadits di atas nyatalah benar terasa kasih sayang Allah, bahwa Ia senantiasa menguatkan kita dengan lebih dahulu mengakui ketidakberdayaan diri di hadapan-Nya. Dengan berdoa kita merasa dekat dengan-Nya.

Allah menuntun kita dalam berdoa, yaitu hendaklah terlebih dahulu kita bersuci, menghadap kiblat, memfokuskan pikiran hanya kepada Allah, memuji-Nya, bersyalawat untuk Rasul dan bersyalawat pula sesudah berdoa, adapun ketika kita berdoa dengan mengangkat kedua telapak tangan, hendaklah dengan rendah hati, suara yang lembut, rasa takut, penuh harap, khusyuk dan tidak melampaui batas. Dalam berdoa juga kita turut mendoakan orang mukmin, mencari waktu yang mustajab untuk berdoa. (menjelang berbuka puasa, hari Jumat, bepergian, dizalimi, dsb)

Cara berdoa pertama pilihlah saat yang baik, misalkan di tengah malam, saat hening sepi, ketika itu berdoalah dengan merendahkan diri kepada-Nya.

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,

…… Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al A’Raaf, 7:55-56)

Takut akan murka-Nya dan penuh harap akan keridhaan-Nya.
Betapa banyak Allah ajarkan kita doa-doa dalam Kalam-Nya.

Namun jika kita teliti membaca kisah Rasul, betapa setiap detik kehidupannya baik di saat sendiri atau di tengah keramaian, baik dalam keadaan sedih ataupun gembira senantiasa membina kontaknya dengan Allah, beliau senantiasa mempertinggi mutu diri, mutu iman dan mutu kehidupan. Karena para Rasul itu senantiasa berbuat baik, sehingga doa-doa mereka mudah diijabah Allah, sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’Raaf, 7:56)
Ayat ini menegaskan makna yang terkandung dalam surat Al Baqarah, 2 ayat 105 yang artinya,
Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar.
Orang yang senantiasa berbuat kebaikanlah yang dikehendaki Allah mendapat rahmat-Nya.

Namun jikalau doa-doa kita belumlah dikabulkan, bukanlah maknanya Allah tak sayang, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Tidaklah seorang mukmin menengadahkan wajahnya (memohon) kepada Allah suatu permohonan, melainkan akan dikabulkan-Nya permohonan itu, atau dicepatkan-Nya memberikannya, atau disimpan-Nya untuk lain waktu.” (H.r. Imam Ahmad dan Al Hakim)

Ada yang lebih mengharukan saat kita mendengar sabda Rasul yang lainnya, mengapa doa kita belum juga dikabulkan-Nya.

“Sesungguhnya Allah itu hidup dan menawan. Malu jika hamba itu menengadahkan tangannya, lalu membiarkannya kosong tanpa meletakkan kebaikan dalam tangannya (mengabulkan doanya). (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim)

Karena itu, yakinlah doa-doa kita akan dikabulkan, sabar dan terus berusaha, karena yang paling berhak memilihkan kehidupan terbaik kita adalaha Allah. Khusyukkan hati kita dalam berdoa kepada Allah, membersihkan tubuh dan menghadap ke kiblat. Percaya dan tawakkal slalu pada-Nya.Hendaklah kita senantiasa sabar dan terus berusaha, karena yang paling berhak memilihkan kehidupan kita adalah Allah. Khusyukkan hati kita dalam berdoa kepada Allah, membersihkan tubuh, sehabis shalat dan menghadap ke kiblat. Percaya dan tawakkal slalu pada-Nya.

Hidupku Cerminan Shalatku



BARANGSIAPA terbiasa menunda shalat, maka ia harus siap tertunda dalam segala urusan kehidupannya. Nikah, Pekerjaan, Keturunan, Kesehatan, Kemapanan, Petunjuk dan lain-lain.

Hasan al-Bashri berkata:

أَيُّ شَيْءٍ يَعِزُّ عَلَيْكَ مِنْ دِينِكَ إِذَا هَانَتْ عَلَيْكَ صَلَاتُكَ وَأَنت أول مَا تسْأَل عَنْهَا يَوْم الْقِيَامَة

“Apa yang berharga dari agamamu jika shalatmu saja tidak berharga bagimu? Padahal pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepadamu pada hari kiamat adalah tentang sholat.”

Seperti apa kamu mampu memperbaiki sholatmu, seperti itulah kamu akan mampu memperbaiki hidupmu.

Tidakkah kamu tahu bahwa sholat itu bergandengan dengan kesuksesan?

“Hayya ‘alas sholah… hayya ‘alal falaah…” artinya “Marilah melakukan sholat, marilah meraih kesuksesan”

Bagaimana mungkin kamu minta kesuksesan kepada Allah, sedangkan kamu tidak menunaikan hakNya?

استغفرالله العظيم

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang mendirikan sholat tepat pada waktunya.

Semoga kita selalu mendapat Ridho & Pertolongan Allah SWT. Aamiin Aamiin Ya Robbal Aalamiin


Islampos.com

Kisah Seorang Dokter Muslimah Mengobati Pasien 24 Jam Gratis, Sampai Ke Habisan Uang




Di tengah orang berlomba-lomba mengumpulkan harta menggantikan biaya kuliah yang mahal, para dokter kerap memasang tarif dalam memberikan pelayanan. Tidak heran biaya pengobatan terbilang mahal bagi sebagian masyarakat.

Namun, bagi Ferihana (35) sejak menyandang gelar dokter, tak sekalipun ia memasang tarif bagi pasiennya alias gratis. Pun, ia sekalipun tak pernah “untung”.

Dokter lulusan Universitas Islam Indonesia tersebut membuka prakteknya di Sumberan 297, Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Yogyakarta, sejak tahun 2012. Ferihana yang akrab disapa Hana sedari awal membuka praktik dokter umumnya memang tidak dikenai tarif.

“Pengobatan di tempat saya gratis termasuk obatnya, tapi juga kadang ada pasien yang memberikan infak secara sukarela,” ujar Hana.

Tidak hanya gratis, kliniknya juga buka untuk melayani 24 jam bagi seluruh masyarakat.

“Jadi terbiasa kalau ada pasien datang tengah malam, bahkan pernah juga menjelang Subuh ada pasien yang ingin pemeriksaan,” ungkapnya.

Konsep pelayanan sukarela tersebut tercetus bahkan sebelum Hana menjadi dokter.

Hana sedari kuliah sangat aktif dalam kegiatan sosial semisal memberikan pengobatan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu di berbagai daerah pelosok. Ia juga melayani konsultasi kesehatan melalui SMS.

“Jadi memang sudah terbiasa seperti ini (sukarela). Semua ini terinpirasi dari kakek saya, beliau yang selalu memberikan contoh tentang menolong orang lain. Tempat praktik ini pun juga diberikan oleh kakek saya,” ungkap Hana.



Rumah Tua

Tempat praktik Hana dulunya adalah sebuah rumah tua. “Awal-awal masyarakat ragu, apakah benar ini tempak praktik dokter karena kondisi rumah. Banyak yang bilang, enggak mungkin rumah dokter kok jelek,” ucapnya. Lambat laun, ia merenovasi rumahnya agar masyarakat lebih yakin.

“Keraguan masyarakat awal-awal ada, bahkan saya sempat ditanyakan ijazah. Sempat dituduh bukan dokter dan macam-macam. Namun lambat laun, karena mereka butuh dokter juga, akhirnya sekarang semua sudah tidak ragu lagi,” tutur Hana.

Saat ini Hana begitu dibutuhkan di lingkungan masyarakat sekitar terutama jika ada keadaan darurat.

“Yang menyenangkan dari pekerjaan ini adalah bagaimana saya dan pasian selalu senang bila bertemu, saya senang mengobati, pasien senang diobati saya. Akhirnya hubungan yang terjalin bukan lagi dokter dengan pasien, tapi lebih seperti interaksi dalam keluarga,” terang Hana.



Kekurangan Uang

Konsep pelayanan sukarela harus diakui Hana dan suaminya, tidak bisa memberikan banyak penghasilan.

“Sekitar tahun 2012-2013 saya sempat mengalami keadaan benar-benar tidak mempunyai uang, habis. Sejak saat itu saya berdoa kepada Tuhan agar diberikan penghasilan sampingan untuk menunjang pengobatan gratis ini,” ungkap Hana.

Walaupun menerima infak, toh tetap tidak bisa menutup biaya operasional seperti obat-obatan dan alat-alat medis lainnya.

Dengan pengalaman di klinik kecantikan, Hana pun mencoba membuka praktik kecantikan disebelah tempat praktik pengobatan gratisnya.

“Syukurnya, penghasilan dari klinik kecantikan bisa meng-cover biaya operasional, namun saya tetap fokus di pengobatan gratis karena itu pekerjaan utama saya dan masyarakat lebih membutuhkan,” terang Hana.



Cari Relawan

Mengelola dua klinik sekaligus, Hana bekerja seorang diri sebagai dokter. Ditanya soal mencari dokter pembantu kliniknya, Hana menjawab sudah sering mendapat tawaran tersebut. Namun pada akhirnya dokter-dokter relawan tidak bertahan lama.

“Mereka kadang hanya bertahan beberapa hari saja. Saya maklum karena kan semua orang butuh penghasilan, jika bergabung dengan saya berarti harus siap tidak mendapatkan uang dan siap lelah,” ungkap Hana.

Diakuinya, juga banyak yang ingin membantunya walau kemudian terhenti di lisan saja. Kedepannya, ia berharap akan ada banyak dokter yang bisa menolong sesama dengan sepenuh hati.

“Awal-awal saya minta izin juga ke ayah saya untuk membukaa praktik sukarela ini, karena kan beliau yang membiayai kuliah saya. Untungnya, beliau sangat mendukung bahkan pada awal memulia membantu memnuhi kebutuhan peralatan,” tutur Hana.

Sejauh ini, dokter Hana tidak pernah menyerah dan merasa lelah dengan idealisme pekerjaan yang ia anut. Sekalipun harus memenuhi panggilan pekerjaan di tengah malam.


VOA-Islam

Jumat, 06 Mei 2016

Dua Ayat Yang Setara Dengan Shalat Malam



Al-Qur’an adalah Kalam Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril As. Al-Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.

Siapa berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw, baginya keselamatan dunia dan kebahagiaan akhirat. Kelak di Hari Kiamat, al-Qur’an akan menjadi syafa’at bagi siapa yang akrab dan menjadikannya sebagai hukum dalam kehidupan sehari-hari. Siapa yang hapal al-Qur’an dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, maka ia berhak mendapat julukan ‘keluarga’ Allah Ta’ala dan orang-orang yang dikhususkan-Nya.

Terdapat pahala yang agung bagi siapa yang membaca al-Qur’an. Setiap satu huruf dari al-Qur’an, baginya berhak sepuluh kebaikan.

Selain keumuman manfaat al-Qur’an, ada ayat-ayat dan surah-surah tertentu yang memiliki keutamaan khusus sebagaimana diriwayatkan oleh banyak hadits Rasulullah Saw melalui berbagi jalur periwayatan.

“Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir surah al-Baqarah,” sabda Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan ad-Darimi, “keduanya (ayat tersebut) pasti mencukupinya.”

Menjelaskan makna “keduanya pasti mencukupinya”, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa dua ayat itu mencukupi dari shalat malam, melindungi dari gangguan setan dan melindungi dari penyakit.

Dua ayat terakhir dalam surah al-Baqarah ini mengandung makna yang besar terkait kualitas tauhid seorang hamba. Dalam dua ayat tersebut terletak kesamaan jenis iman antara para Rasul dan orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala.

Sedangkan dalam ayat terakhir terdapat pengakuan tulus seorang hamba yang beriman bahwa dirinya berserah diri kepada Allah Ta’ala, keyakinan yang teguh bahwa Allah Ta’ala pasti memberikan ujian sesuai batas kemampuan hamba-hamba-Nya, serta permohonan maaf dan permintaan ampun atas kesalahan yang pasti dilakukan oleh seorang hamba.

Karena hal itu, berdasarkan riwayat ‘Ashim dari al-Qamah dari Abu Mas’ud yang diriwayatkan secara marfu’, Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang membaca akhir surah al-Baqarah,” pungkas Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari ini, “ia setara shalat malam.”

Demikianlah di antara keutamaan dua ayat ini. Ayat yang memiliki keutamaan dan senantiasa digunakan oleh Rasulullah Saw dalam doa di setiap pagi dan sore, selepas shalat, menjelang tidur dan banyak kesempatan lainnya.

Dua ayat ini termasuk ayat ruqyah yang bisa mengusir setan baik dari dalam diri sendiri, orang lain, dari sebuah rumah ataupun tempat.

Kamis, 05 Mei 2016

REZEKI

Rezeki adalah segala hal yang dapat dimanfaatkan manusia, baik yang halal atau haram, yang baik maupun yang buruk. Rezeki yang diberikan Allah SWT kepada manusia tidak hanya berupa harta, tetapi meliputi semua karunia dan bakat yang ada pada manusia, seperti ilmu, kecerdasan otak, kefasihan lidah berbicara, dan kekuatan tubuh.

Semua yang tidak dimanfaatkan, meskipun milik kita, belum tentu rezeki kita. Boleh jadi itu rezeki orang lain. Sesuatu baru menjadi rezeki kita apabila dapat kita manfaatkan.

Rezeki yang dimanfaatkan menuju pada tiga arah. Apa yang dimakan akan menjadi kotoran, apa yang dipakai menjadi sampah, dan apa yang disedekahkan menjadi tabungan abadi di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, ''Anak Adam berkata hartaku, hartaku. Sesungguhnya harta milik seseorang menuju tiga arah, apa yang dimakan akan lenyap, atau apa yang dipakai akan rusak, atau apa yang disedekahkan akan abadi.'' (HR Muslim).

Semua rezeki datang dari Allah dan Dia menjamin rezeki setiap makhluk, termasuk manusia yang ingkar sekalipun. Allah SWT berfirman, ''Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudh).'' (QS 11: 6).

Meskipun rezeki semua manusia dijamin Allah, tetapi mereka tetap diperintahkan berusaha dan bekerja keras menggunakan ilmu dan keterampilan untuk mendapatkan rezeki tersebut. Allah SWT menilai setiap kerja yang dilakukan manusia. Firman-Nya, ''Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kenakan'.'' (QS 9: 105).

Iman, takwa, dan sikap tawakal yang melekat pada diri seseorang merupakan garansi mendapatkan rezeki dan karunia Allah. Allah SWT berfirman, ''Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.'' (QS 65: 2-3).

Ridho dan syukur terhadap rezeki dan nikmat yang telah diterima dapat mengundang datangnya rezeki Allah lebih banyak dari sebelumnya. Allah SWT berfirman, ''Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'' (QS 14: 7).

Mereka yang selalu memohon ampun dan memperbanyak istighfar kepada Allah atas dosa yang pernah dilakukan membukakan curahan rezeki dari-Nya dengan cara tiada diduga. Rasulullah SAW bersabda: ''Siapa yang senantiasa ber-istighfar, Allah akan melapangkannya dari berbagai kesempitan hidup, akan membebaskannya dari berbagai kedukaan, dan memberinya curahan rezeki dari berbagai arah yang tiada diperkirakan sebelumnya.''

Republika.co.id