رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Sabtu, 22 November 2014

Mengapa Surah At-Taubah Tanpa Basmalah?




Keutamaan membaca nama Allah sebelum melakukan sesuatu tersebar di berbagai riwayat. Tapi seperti kita tahu, Surat At-Taubat dalam Al-Quran tidak dimulai dengan basmallah.
Ada beberapa pendapat soal ini.

Pertama, untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus melihat surat sebelumnya di dalam penyusunan ayat-ayat Al-Qur’an sekarang ini. Yaitu surat Al-Anfal. Berikut dua pendapat berkenaan dengan tiadanya “basmalah” dikaitkan dengan posisi surat.

Menurut Ubay bin Ka’ab, surat Al-Taubah tanpa basmalah karena ia didekatkan dengan surat Al-Anfal. Yang satu berkisah tentang orang-orang yang menepati janji dan kisah tentang perjanjian-perjanjian, sedangkan yang kedua bercerita tentang orang-orang yang melanggar janji. Pendapat kedua yang tidak sepenuhnya berbeda dari Utsman yang mengisahkan kemiripan cerita di antara kedua surat itu. Yang pertama orang yang terikat janji. Dan yang kedua (surat Al-Taubah) tentang orang-orang yang dilepaskan atas mereka janji.

Kedua, ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ayat itu turun untuk menunjukkan “lepasnya” perlindungan Allah dan Rasulnya dari orang-orang kafir dan musyrik. Dengan tiadanya perlindungan itu, maka dilarang bagi selain orang yang beriman untuk tawaf dan berputar di sekitar rumah Allah Swt.
Ketiga, pendapat berdasarkan riwayat dari beberapa sahabat. Hudzaifah di antaranya. Ia berkata: “Bagaimana mungkin ia disebut surat Al-Taubah? Ia lebih tepat disebut Surat azab.” Dari Said bin Jubair, ia berkata: aku bertanya pada Ibnu Abbas tentang surat Al-Taubah. Ibnu Abbas menjawab: “Itu surat yang menyingkap rahasia-rahasia. Tidak henti-hentinya ia turun, kecuali ada di antara rahasia kami yang diungkapnya. Sampai kami takut bahwa tiada (rahasia) yang tersisa dari seorang pun di antara kami. (semua keterangan di atas dinukil dari Tafsir Al-Tibyan, Syaikh Thusi, juz lima bagian surat Al-Taubah).
Berdasarkan keterangan-keterangan dari para sahabat itu, Surat Al-Taubah adalah Surat yang sangat ‘keras’. Ditujukan pada orang-orang kafir, tapi juga ditujukan pada sahabat-sahabat Nabi Saw. Konon, karena ‘keras’nya ayat-ayat di dalamnya, maka ia tidak diawali dengan nama Allah yang maha kasih maha sayang.

Meski Surat Al-Taubah tidak diawali dengan basmalah, dan manusia hanya mampu menangkap sedikit saja kemungkinan rahasianya, tetapi surat ini diakhiri dengan sangat indah. Setelah di awal berisi pelepasan, di tengah tersebar berbagai kecaman, di akhir surat itu dengan indah ditutup oleh sebuah ayat kebahagiaan. Ayat kasih sayang dan kerinduan.

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu. Ia sangat menginginkan kamu bahagia. Amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman. Bil mu’miniina raa`ufur rahiim” 


فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakkal, dan Dialah Tuhan yang memiliki ‘Arasy yang agung.” 
QS At-Taubah(09)-129


Islampos

Minggu, 16 November 2014

Membalas Keburukan Dengan Kebaikan


WALAUPUN seorang Rasul, Muhammad saw sesungguhnya bukanlah seseorang yang dimanjakan oleh Allah swt. Layaknya manusia yang lain, beliaupun harus berjuang keras, mencurahkan tetesan keringat dan darah dalam mengemban amanat Allah selaku utusan-Nya. Tak jarang, ia dicaci, dihina, dan diancam oleh musuh-musuhnya dalam memperjuangkan tegaknya kebenaran ajaran Islam. Dan semua itu beliau hadapi dengan segala kelapangan dada, tanpa pernah mengeluh barang sebentar pun.

Pernah pada suatu ketika, setiap kali Rasulullah membuka pintu pagi-pagi untuk menjalankan Shalat Subuh di masjid, sebuah kotoran tertumpuk di ambang pintu rumahnya. Kotoran manusia. Rasulullah hanya mengernyit. Pada awalnya ia sempat terkejut juga. Tapi tidak berapa lama, dengan sabar beliau mengambil air dan segera membersihkan tempat itu dahulu. Setelah itu ia pun meneruskan niatnya pergi ke masjid yang sempat tertunda. Kejadian itu terus berulang hampir setiap hari.

Di hari-hari tertentu, bahkan bukan setumpuk kotoran manusia yang beliau dapatkan di muka pintu rumahnya. Melainkan dua tumpuk besar. Orang pun akan jijik melihatnya. Ternyata besok dan besoknya lagi, kotoran itu makin bertambah tumpukannya.

Namun, sekali lagi, Rasulullah tidak mengeluh. Ia membersihkan saja sendirian tempat bernajis itu tiap hari. Sampai akhirnya orang jahat yang melakukan perbuatan keji dan tidak beradab itu merasa bosan sendiri dan menghentikan tindakannya menumpuk kotoran manusia di depan pintu rumah Rasulullah saw.

Lepas dari kejadian itu, Rasulullah belum terbebas dari kedengkian dan kejahatan musuh-musushnya. Tiap kali beliau melalui sebuah rumah berloteng dalam perjalanan menuju masjid, selalu dari jendela atas ada seseorang yang menumpahkan air najis ke arahnya. Byur, air itupun seketika mengguyur kepalanya. Basah kuyuplah beliau. Setiap hari, beliau harus menghadapi hal itu.

Rasulullah tidak pernah sekalipun marah. Suatu kali, tatkala beberapa hari sesudah itu tidak ada air najis yang ditumpahkan ke kepalanya dari jendela loteng itu, Rasulullah merasa heran. Maka, ia pun bertanya kepada para sahabat.

“Ya sahabatku, kemana gerangan orang yang tinggal di loteng atas itu?”
Sahabat mengernyitkan dahi tanda keheranan. “Ada ya Rasulullah?” salah seorang dari mereka malah balik bertanya.

Rasulullah menjawab, “Tiap hari biasanya ia selalu memberikan sesuatu kepadaku. Kalian tahu, ia memberi guyuran air ke kepalaku setiap kali aku lewat hendak ke masjid. Tapi beberapa hari ini tidak. Terus-terang aku jadi bertanya-tanya tentang keadaannya.”

Para sahabat saling berpandangan. “Kebimbanganmu tidak keliru, ya Rasulullah. Orang itu sedang sakit keras dan tidak keluar dari biliknya.”

Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Sepulang dari pertemuannya, beliau segera menemui istrinya. Beliau menyuruhnya untuk menyiapkan makanan. Sang istri tidak banyak bertanya. Ia hanya menuruti saja perintah suami tercintanya. Ia tahu, suaminya pasti akan melakukan suatu kebajikan.
Dan benar saja, tanpa banyak yang tahu, Rasulullah membawa makanan itu ke rumah orang jahat yang tiap hari mengguyurnya dengan air. Ia memang bermaksud menengok keadaan sakitnya dan mendoakan agar cepat sembuh.

Ketika bertemu, tidak kepalang malunya orang itu. Ia sangat terperanjat menerima kedatangan Rasulullah dengan membawa makanan yang lezat-lezat. Padahal tiap hari ia memberikan air najis kepadanya. Orang itu pun amat malu dan menangis-nangis minta maaf.

Dengan lapang dada, Rasulullah memberi maaf. Tidak sedikitpun disinggungnya perbuatan keji yang dilakukan orang itu kepadanya. Apa yang terjadi, orang itu begitu kagum dan simpati kepada ketulusan dan kemuliaan akhlak Rasulullah. Bayangkan, tiap hari ia memperlakukannya dengan tidak beradab, tapi Muhammad begitu saja menerima permintaan maafnya. Seumur hidup ia baru menemukan orang seperti itu. Apalagi dari kalangan kaum lain. Orang itu seketika menyatakan dua kalimat syahadat memeluk Islam.
Suatu hari, Abu Jahal yang sangat jahat kepada Rasul, mengirim utusan. Utusan itu membawa kabar bahwa ia tengah menderita demam hebat. Ia ingin Rasulullah datang silaturahim ke rumahnya sekalian menengoknya.
Sebagai kemenakan yang berbakti, Rasulullah segera bergegas hendak berangkat menuju ke rumah pamannya itu.

Tapi sebenarnya, pemimpin orang musyrik itu tidak sakit. Ia telah menyiapkan lubang di depan pembaringannya yang di atasnya ditutup dengan permadani. Dan di dalam lubang itu telah dipasanginya beberapa tonggak yang runcing-runcing. Maksudnya jelas untuk menjerumuskan Rasulullah saw ke dalamnya.
Ketika terdengar langkah langkah-langkah Rasulullah memasuki kamarnya, tokoh busuk itu cepat-cepat menutupi badannya dengan selimut tebal sambil berpura-pura merintih-rintih. Namun dalam pendengaran Rasulullah, rintihan Abu jahal itu tidak wajar dan berlebih-lebihan, tidak sesuai dengan wajahnya yang tetap cerah dan berwarna merah.

Maka Rasulullah pun tahu bahwa pasti Abu Jahal sedang menyiapkan jebakannya. Karena itu begitu beliau hampir menginjak permadani yang di bawahnya menganga sebuah lubang berisi tonggak-tonggak runcing, beliau segera permisi lagi dan keluar tanpa berkata sepatah pun.

Abu Jahal terkejut. Ia bangun dan memanggil-manggil keponakannya agar mendekat kepadanya. Karena Rasulullah tidak menggubris, Abu Jahal jadi kesal dan geram. Ia bangkit tanpa sadar dan melompat ke permadani hendak mengejar Rasulullah. Ia lupa akan perangkap yang dibuatnya. Akibatnya, tak ampun, ia terjerumus sendiri ke dalam lubang itu dan menderita luka-luka yang cukup parah.

Akhirnya setelah kejadian itu, terpenuhi juga keinginan Abu Jahal ditengok Rasulullah. Sebab setelah terperosok ke lubang itu, ia betul-betul sakit. Rasulullah datang bersilturahmi membawakan makanan-makanan lezat yang diterima Abu Jahal dengan muka sangat kecut.


Islampos

Hubungan Pernikahan Antara Ahlu Bait dan Keluarga Umar bin Khattab


KELUARGA Ahlu bait Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Bahkan terjadi perkawinan d iantara dua keluarga tersebut yang mana hal ini menunjukkan bahwa Umar beserta keturunannya termasuk orang yang mulia.
Kitab-kitab biografi para tokoh dan kitab-kitab nasab menunjukkan kepada kita adanya beberapa  hubungan perkawinan antara keluarga Nabi dengan keluarga Umar bin Khattab. Yang paling menonjol adalah pernikahan antara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri dengan Hafsah putri Umar.
Pernikahan yang penuh berkah ini terjadi pada tahun 3 Hijriyah, setelah suami Hafsah mati syahid di perang Badar, dan pernikahan tersebut berlangsung hingga Rasulullah wafat.

Adapun pernikahan kedua adalah pernikahan Umar bin Al-Khattab dengan putri Ali dengan Fatimah binti Rasulillah yang Ummu Kultsum cucu Nabi shalallahu ‘alaihi salam.
Ummu Kultsum ini lahir tatkala Nabi masih hidup tepatnya tahun 6 Hijriyah dan dinikahi oleh Umar sebelum tahun 20 Hijriyah.

Ketika Ali bin Abi Thalib (ayahnya) terbunuh, Ummu Kultsum berkata : “Mengapa aku dengan shalat subuh !!”, maksudnya suaminya Umar bin Khatab yang terlebih dahulu menjadi Khalifah juga terbunuh ketika shalat subuh oleh seorang majusi bernama Abu Lu’lu’ah. Sedangkan ayahnya dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam juga dalam shalat subuh. Dan Allah pun berkehendak bahwa anaknya yang bernama Zaid bin Umar bin Khattab juga meninggal tatkala waktu subuh. Bahkan dia juga meninggal dunia bersama putranya di saat yang sama hingga orang-orang tidak mengetahui mana yang lebih dahulu meninggal.

Ummu kultsum juga dinikahi oleh Auf bin Ja’far bin Abi Thalib setelah Umar mati syahid, kemudian Auf meninggal dunia, dan Ummu Kultsum dinikahi oleh saudara Auf yang bernama Muhammad. Kemudian Muhammad meninggal dan Ummu Kultsum dinikahi saudaranya yang lain yang bernama Abdullah bin Ja’far hingga akhirnya Ummu Kultsum meninggal di sisinya.

Dulunya Ummu Kultsum berkata: “Saya malu kepada Asma’ binti Umais karena dua anaknya sudah meninggal di sisiku, aku mengkhawatirkan anaknya yang ketiga.” Kemudian Ummu Kultsum meninggal dan tidak melahirkan satu anak pun untuk mereka.

Adapun pernikahan ketiga antara keluarga Umar dan Ahlu bait Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam terjadi pada generasi kelima, yaitu antara Al-Husain bin Ali bin Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib dengan Juwairiyyah binti Khalid bin Abu Bakar bin Abdillah bin Umar, sebagai bentuk pengukuhan atas kasih sayang dan kecintaan para pendahulunya.


Islampos

Jin Qarin Pedamping Manusia


JIN merupakan sosok yang tak kasat mata. Kehadirannya, terkadang tak kita hiraukan. Bahkan, kita pun tak menyadari bahwa dalam diri kita terdapat jin yang selalu mendampingi kita. Ialah Qarin, jin pendamping manusia selama hidup di dunia.

Banyak kejadian yang dikisahkan oleh manusia tentang hantu atau roh orang yang sudah meninggal. Kita bisa melihat di acara-acara televisi dewasa ini yang mengemasnya dengan sajian yang menarik. Seseorang bercerita bahwa suatu ketika ditemui oleh si Fulan. Ternyata diketahui bahwa si Fulan tersebut baru saja meninggal dunia. Kisah-kisah sejenis ini sangatlah banyak ragam kejadiaannya. Misalnya saja, mengenai seseorang yang kerasukan.

Maka, kebanyakan manusia mengira bahwa roh orang yang sudah meninggal itu bergentayangan. Bahkan, peristiwa-peristiwa yang bersangkutan dengan kejadian orang yang baru meninggal tersebut sampai membuat segolongan aliran berkeyakinan bahwa orang yang sudah meninggal itu akan menitis kembali. Mereka menyebutkan bukti-bukti kejadian yang berkaitan dengan peristiwa kematian, dan juga hasil dari cerita-cerita seperti tersebut di atas.

Pasti kejadian ini sudah tak asing lagi bagi kita. Tahukah Anda biasanya ketika seseorang kerasukan dan mengaku dirinya adalah sosok orang yang telah meninggal, itu bukanlah setan? Ya, yang merasuki tubuh seseorang itu merupakan sahabat almarhum/almarhumah yang tidak lain adalah Qorin atau jin pendamping yang selalu mendampinginya sewaktu hidup. Jadi, ia tahu betul apa yang dilakukan almarhum/almarhumah sewaktu hidup.

Siapakah Qarin itu sebenarnya? Apakah ia jin pendamping yang baik atau jahat bagi orang yang di dampinginya? Mengapa Qarin tidak meninggal menyusul orang yang didampinginya ke alam baka (kekal)? Secara bahasa “Qarin” berarti teman atau pasangan, karena itu Qarin sering di artikan sebagai teman yang selalu mendampingi kita dimana saja kita berada.

Layaknya teman, ada yang baik dan ada yang buruk. Begitu juga dengan Qarin, ia kadang memiliki pengaruh baik pada kita kadang juga memiliki pengaruh buruk pada kita. Tetapi pengaruh kita sebagai manusia lebih tinggi dibandingkan pengaruh Qarin terhadap kita.

Qarin sudah ada sejak kita lahir. Karena itu, ada yang mengistilahkan Qarin itu pasangan kembar kita. Hanya saja ia bentuknya ghaib dan tak terlihat. Sebagai pasangan yang selalu mengikuti kita kemana saja, sudah pasti ia tahu betul apa yang kita kerjakan semasa hidup. Sehingga Qarin bisa menyampaikan keinginan-keinginan yang ingin di sampaikan almarhum/almarhumah saat hidupnya yang belum sempat terucap.
Ibn Mas’ud menceritakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bersabda, “Tidaklah salah seorang dari kalian melainkan ada pendampingnya dari golongan jin.” Mereka bertanya, “Juga padamu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, hanya saja aku telah mendapat perlindungan dari Allah sehingga aku selamat. Ia tidak memerintahkan aku kecuali kebaikan,” (HR. Muslim).

Ath-Thabarani juga mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya seorang setan.” Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, tetapi Allah melindungiku sehingga aku selamat,” (HR. Ibnu Hibban).

 KONON jin (Qarin) yang mendampingi nabi itu bernama Habib al-Huda dan ia beragama Islam. Disinyalir jin nabi ini masih hidup hingga sekarang. Dan tinggal di Baqi’. Di sana ia memiliki majelis dakwah, yang kerap kali didatangi oleh jin-jin lainnya yang beragama Islam. Jadi, layaknya manusia, jin juga memiliki tempat untuk belajar dan mengajar.

Seperti halnya manusia, Qarin juga ada yang beragama Islam, Ateis, Kristen dan Yahudi. Konon Qarin yang non muslim ini bertengger di bahu kiri pada orang yang didampinginya. Sebaliknya Qarin yang Muslim berada di bahu kanan. Dia selalu membantunya untuk taat kepada Allah. Jika kita lupa shalat, dia mengingatkan dan membangunkan kita. Dia tidak pernah meninggalkan orang yang didampinginya kecuali ia sedang menggauli istrinya. Ketika sang suami istri sudah masuk kamar dan pintu di tutup, maka Qarin pun dengan sekejap sudah berada di Mekkah untuk shalat di sana dan balik lagi dengan sekejap ke rumah muslim tersebut.

Sa’id al-Jariri mengomentari ayat yang berbunyi, “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Quran), kami adakan baginya setan,” (QS. Az-Zukhruf: 36). Ia berkomentar, “Telah sampai berita kepada kami bahwa orang kafir apabila dibangkitkan pada hari kiamat, setan akan mendorong dengan tangannya, hingga ia tidak bisa melawannya, sampai Allah menempatkannya di api neraka, dan ketika itu ia berkata, ‘Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat’,” (QS. Az-Zukhruf: 38). Sementara, orang mukmin akan diwakilkan padanya malaikat sampai ia diadili di antara manusia dan menempatkannya dalam surga.

Demikianlah, orang yang berpaling dari petunjuk yang lurus, yaitu al-Quran dan sunah, maka baginya akan diadakan oleh Allah yaitu setan, yang akan menyesatkannya.

Tidak seperti manusia, Qarin tidak dapat mati hingga hari kiamat. Sebab ia merupakan bangsa jin. Seperti bangsa jin lainnya, ia pun tidak bisa mati kecuali saat datangnya hari kiamat. Maka dari itu, ketika yang didampinginya meninggal, Qarin kerap kali menampakkan wujudnya seperti diri orang yang dulu didampinginya.

Biasanya Qarin itu berperilaku persis seperti orang yang didampinginya. Jika orang yang didampinginya adalah orang yang saleh maka ia akan berperilaku persis seperti orang itu, meskipun orang itu sudah meninggal. Karena itu kerap kali kita mendengar kisah-kisah tentang orang saleh yang sudah meninggal dunia, tetapi kita masih melihatnya sedang mengaji di masjid, beribadah dan sebagainya.
Sebagian orang menilai itu karena karomahnya. Padahal itu adalah Qarin yang dulu mendampinginya ia akan persis melakonkan perilaku orang yang didampinginya saat masih hidup.

Bagi orang kita orang awam akan timbul pertanyaan, “Apakah jin pendamping muslim itu juga pasti muslim?” Jawabnya tidak mesti. Kadang-kadang jin pendamping seorang muslim itu adalah jin muslim, tetapi ada juga jin Kafir, Ateis, penyembah berhalah, Kristen maupun Yahudi.

Jin pedamping yang muslim, sangat mencintai orang muslim yang didampinginya dalam derajat yang tidak dapat dibayangkan oleh manusia. Dia melindungi manusia yang didampinginya dari berbagai bahaya, dan membantu untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah.

Untuk melindungi diri dari jin Qorin maka banyaklah berdzikir dan memohon perlindungan kepada Allah. Jika kita sungguh-sungguh melakukan hal ini, insya Allah, akan datang perlindungan dari Yang Maha Kuasa.


Islampos

Jumat, 14 November 2014

Hukum Shalat Dengan Memejamkan Mata



Al-Hamdulillah, kita memuji Allah atas karunia dan nikmat-Nya. Shalawat dan salam atas hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan sahabat beliau yang mulia.

Pada dasarnya, tidak ada keterangan secara jelas sunnah yang melarang atau membolehkan shalat dengan merem atau memejamkan mata. Hanya saja terdapat beberapa dalil yang menunjukkan bahwa shalatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya adalah dengan membuka mata (melek). Seperti permintaan beliau agar disingkirkan tirai yang bergambar karena mengganggu shalatnya. Ini menunjukkan bahwa beliau membuka mata dalam shalatnya.

Hadits Ma'mar yang bertanya kepada Khabbah menunjukkan bahwa para sahabat shalat dengan membuka mata,


أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ قَالَ نَعَمْ قُلْنَا بِمَ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ ذَاكَ قَالَ بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِه

"Apakah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca dalam shalat Dzuhur dan Ashar?" beliau menjawab, "Ya." Kami bertanya, "Bagaimana kalian mengetahui hal itu?" beliau menjawab, "Dengan gerakan janggutnya."
(HR. Al-Bukhari)
Dari sini para ulama memakruhkan memejamkan kedua mata saat shalat, kecuali karena kebutuhan mendesak seperti tidak mungkin bisa khusyu' kecuali dengannya. Misalnya, berdiri di depannya orang yang mengenakan kaos bergambar yang membuat tertawa atau ada tulisan yang mengganggu konsentrasinya.

Larangan ini telah tertuang dalam beberapa kitab, seperti Al-Raudh al-Murabba' milik Ibnul Qasim: 1/95, Mannarul Sabil milik Ibrahim Dhauyan: 1/66, Al-Kaafi fi Fiqh ahlil Madinah milik Abu Umar Abdulbarr al-Qurthubi: 1/285, Al-Mughni milik Ibnu Qudamah: 2/30, dan Al-Iqna': 1/127, dan lainnya.

Imam al-Kasani berkata, "Dimakruhkan, karena ia menyalahi sunnah. Bahwa disyariatkan mengarahkan pandangan ke tempat sujud. Karena setiap anggota tubuh punya bagiannya dalam ibadah, begitu juga kedua mata." (Bada-i' al-Shana-i': 1/503)

Imam Al-'Izz bin Abdussalam dalam Fatawa-nya membolehkan untuk memejamkan mata saat ada kebutuhan, jika hal itu lebih membuat orang yang shalat lebih khusyu’ dalam shalatnya.

Sementara Ibnul Qayyim dalam Zaad al-Ma'ad menerangkan, jika seseorang bisa lebih khusyu dengan membuka mata maka itu lebih utama. Namun jika ia akan lebih khusyu' dengan memejamkan kedua mata karena ada sesuatu yang mengganggunya berupa dekorasi dan hiasan maka tidak dimakruhkan secara mutlak. Bahkan –dalam kondisi ini- pendapat yang menganjurkan memejamkan mata lebih dekat kepada tujuan dan prinsip syariat daripada pendapat yang memakruhkannya." (Zaadul Ma'ad: 1/283). Wallahu Ta'ala A'lam.


VoaIslam

Misteri Pada Waktu Maghrib



Saat magrib adalah saat yang paling berbahaya bagi manusia yang dianggap remeh oleh orang-orang di zaman sekarang, di saat siang hari dan cahayanya mulai gelap, terjadi beberapa kejadian aneh yang harus diperhatikan.

Dalam Sahih Muslim Nabi, bersabda: (Jika sore hari mulai gelap maka tahanlah bayi bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu, Jika sesaat dari malam telah berlalu maka lepaskan mereka, kunci pintu pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah. meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya. Dan matikanlah lampu kalian

Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim ia mengatakan: Rasulullah, bersabda: (Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam.)

Jadi apa yang terjadi saat magrib?

Sebenarnya yang terjadi di waktu magrib bahwa setan bersamaan dengan datangnya kegelapan mulai menyebar mencari tempat tinggal, karena mereka tersebar dengan pemandangan luar biasa biasa dan jumlah yang tidak ada yang tahu selain Allah, sebagian setan takut dari kejahatan setan yang lain karena itu ia harus memiliki sesuatu yang dijadikannya sebagai tempat berlindung dan mencari tempat aman.

"...Sebagian setan takut dari kejahatan setan yang lain karena itu ia harus memiliki sesuatu yang dijadikannya sebagai tempat berlindung dan mencari tempat aman.

Maka ia bergerak dengan cepat melebihi kecepatan manusia dengan kecepatan berlipat lipat, beberapa dari mereka berlindung dalam wadah kosong, dan beberapa dari mereka berlindung ke rumah kosong, dan beberapa dari mereka berlindung kepada sekelompok manusia yang sedang duduk duduk, mereka tentu tidak merasakannya, mereka ikut menimbrung supaya menjadi aman dari penindasan saudara sesama setan yang sekarang berkeliaran seperti angin di bumi karena yang boleh hidup hanya yang kuat saja , dan sifat setan itu, mereka ingin tinggal di tempat kotoran sehinnga kamu dapati mereka suka sekali tempat-tempat pembuangan kotoran manusia, dan mencari perlindungan ke tempat-tempat sampah.

Kadang kala setan itu memangsa anak kecil manusia untuk dijadikan tempat berlindung, kadang ia mengganggunya dan kemudian keluar, dan terkadang tinggal beberapa waktu, sehingga kamu akan menemukan anak kecil dalam suasana hati yang tidak menentu, terkadang ia menangis lama tanpa diketahui orang tuanya alasannya dan tidak jarang mereka membentaknya, padahal mereka telah melupakan perintah Nabi agar tidak membiarkan anak anak mereka pada saat setan bergentanyangan, dan banyak kaum ibu ibu saat ini lupa mengganti popok bayi yang sudah kotor, dan karena kesukaan setan pada tempat kotoran.

"....Maka kamu dapatkan mereka lebih memilih popok bayi karena najis sebagai tempat persembunyian, sehingga mendorong mereka untuk tinggal.


Maka kamu dapatkan mereka lebih memilih popok bayi karena najis sebagai tempat persembunyian, sehingga mendorong mereka untuk tinggal.
Kami menemukan beberapa anak menjerit tiba-tiba dan beberapa yang menggelapar dalam tidurnya karena gangguan iblis yag merasukinya saat dijadikan tempat berlindung.

Kecepatan jin dalam mencari tempat tinggal, perumahan dan tempat aman yang lain terkadang menimpa orang tua, tetapi karena orang tua lebih banyak melakukan penjagaan, maka Nabi memerintahkan para orang tua untuk memberikan penjagaan (proteksi) dan tidak membiarkan mereka tetap bermain pada waktu bergentayangan jin, sebab mereka masih polos tidak bisa membentengi diri, sedangkan jin datang dengan cepat mencari tempat tinggal saking cepatnya bisajadi ia menabrak tubuh orang tua atau anak kecil sehingga tigak jarang mengganggunya, dan kamu akan menemukan beberapa orang tiba-tiba dilanda depresi mendadak atau ketakutan dan sebagainya, disebabkan oleh jin. Semoga kita dan semua kaum Muslimin dijaga oleh Allah dari gangguan jin.

Oleh karena itu,doa pagi dan sore senantiasa dibaca dan bentengi anak kalian dengan doa pagi dan sore kemudian berhati hati dari waktu magrib.

Dan tugas kita pada waktu magrib untuk menjauh dari hewan, seperti kucing, burung, dan mengurangi kecepatan saat mengemudi mobil karena dikuatirkan menabrak anjing atau hewan lain yang bisa jadi telah dirasuki setan, dan tidak boleh jalan jalan di tempat sepi atau duduk di tempat itu, atau melempar batu ke dalam kamar mandi, kebun dan laut.

Sayangnya, kebanyakan orang tua membiarkan anak-anak mereka bermain sampai matahari terbenam mereka tidak memperhatikan bahaya yang mengintai di waktu magrib.

Oleh karena itu, membaca doa pagi dan sore harus terus diamalkan dan jangan sampai lengah menjaga anak anak kita.

Kita meminta kepada Allah untuk melindungi kita dan anak-anak kita ..amin


VoaIslam

Dalam Injil Berusia 1500 Tahun Ternyata Yang Disalib Bukan Yesus



Perdebatan panjang tentang nasib Nabi Isa AS atau Yesus Sang Juru Selamat dalam pandangan Kristiani, tak pernah lekang ditelan bergulirnya zaman. Perdebatan itu bahkan tampaknya akan kembali menguat seiring klaim ditemukannya kitab Injil berusia lebih dari 1.500 tahun.

Menurut situs highperspective.com, dalam kitab Injil versi Barnabas yang ditemukan itu terdapat klaim bahwa Nabi Isa AS atau Yesus, tidak pernah disalibkan. Yang disalibkan adalah sahabatnya, Yudas Iskariot—atau Yahudza dalam versi Islam. Injil Barnabas adalah Injil di luar Injil-injil kanonik yang direstui dan diresmikan Vatikan, yakni Injil-injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Sebagaimana versi Islam, Injil tua itu menyatakan, Yesus langsung diangkat ke surga, sementara Yudas dengan iradah Allah disamarkan sehingga menyerupai Yesus dan disalibkan dalam prosesi sebagaimana yang diyakini selama ini.

Sayangnya, situs itu sendiri kurang menjelaskan dengan detil kapan pemerintah Turki menemukan Injil tua tersebut. Situs itu hanya menulis bahwa pemerintah Turki merilis sebuah laporan bahwa penemuan Injil tua itu seiring operasi anti-penyelundupan yang digelar di semenanjung Mediterania. Operasi itu, menurut higherperspective, menangkap kelompok penyelundup dan menyita aneka rupa barang selundupan, termasuk barang-barang antik hasil perburuan harta secara ilegal dan bahan peledak.

“Penemuan paling besar ya Injil tersebut, yang ditaksir bernilai 28 juta dolar AS,” tulis situs itu.

Situs itu menulis, para ahli berkeras bahwa Injil tersebut asli. Injil itu ditulis dengan tinta emas dalam bahasa Aramaic—bahasa yang digunakan Yesus.

Injil versi Barnabas adalah Injil yang ditolak otoritas Kristen dalam persidangan akbar bernama Konsili Nicea, yang digelar di Nicea (sekarang termasuk wilayah Turki) oleh Kaisar Konstantin yang Agung pada 325 M. Seterusnya Vatikan hanya mengakui 4 Injil kanonik, yakni Injil versi Matius, Lukas, Markus dan Yohannes.

Injil-injil non kanonik tak hanya Injil Barnabas. Selain versi Barnabas, ada 80-an Injil lain yang tidak diakui Vatikan, yang kesemuanya disebut Injil Apocrypa.

Namun tak semua Injil kanonik diakui Vatikan. Kabarnya, hanya setengah bagian Injil versi Markus yang diakui Vatikan. Beberapa sumber Kristiani menyebutkan, Clement (150-215), uskup Alexandria yang berpengaruh, menulis surat (kontroversial) ke Theodora bahwa Gereja memiliki versi lain Injil Markus.

Versi itu dijaga ketat dan hanya boleh dibaca oleh orang tertentu. Markus disebutkan menulis versi lain kitabnya yang lebih spiritual, yang hanya ditujukan bagi mereka yang ‘being perfected’.




VoaIslam

Zuhud Tidak Identik Dengan Miskin





Ada data menarik yang disampaikan al-Mas’udi dalam kitabnya Muruj al-Dzahab terkait harta kekayaan para sahabat Rasulullah SAW. Zubair bin Al-Awaam meninggalkan 59,8 juta dirham setelah wafat. Konon, beliau memiliki 1.000 budak, 1.000 kuda, 11 rumah megah, juga ratusan hektare tanah dan perkebunan yang tersebar di Madinah, Basrah, Kufah, Fustat dan Iskandariyah. Selain itu, beliau juga seorang saudagar.

Abdurrahman bin Auf saat awal berhijrah ke Madinah tidak memiliki harta sepeser pun. Tapi, tak lama kemudian beliau menjadi orang paling kaya se-Madinah. Menjelang akhir hidupnya, beliau mewasiatkan agar sebagian hartanya dibagikan kepada 100 ahli Badar yang masih hidup. Masing-masing mendapat jatah 400 dinar. Selain itu, beliau memiliki 1.000 budak yang telah dibebaskan, 1.000 unta, 100 kuda, juga 3.000 domba yang digembalakan di Baqi’.

Zaid bin Tsabit meninggalkan 300 ribu dinar serta ratusan ton emas dan perak. Ibnu Mas’ud, selain memiliki 50 budak dan hewan ternak, meninggalkan 9.000 ton (mitsqal) emas dan beberapa rumah megah di pelosok-pelosok Irak. Al-Khabab bin al-Irts, sahabat Rasul SAW yang terkenal miskin, di akhir hidupnya mewasiatkan untuk membagi-bagi sisa hartanya yang berjumlah 40 ribu dinar.





Fakta ini menunjukan bahwa para sahabat adalah orang-orang kaya. Tapi, kekayaan mereka tidak lantas membuat mereka lupa akan akhirat. Mereka hidup zuhud. Ali bin Abi Thalib menjelaskan, zuhud tersimpul dalam dua kalimat dalam Alquran, supaya kamu tidak bersedih karena apa yang lepas dari tanganmu dan tidak bangga dengan apa yang diberikan kepadamu.

Orang yang tidak bersedih karena kehilangan sesuatu darinya dan tidak bersuka ria karena apa yang dimiliki, itulah orang yang zuhud. Dari tafsir yang dikemukakan Ali bin Abi Thalib tersebut, kita dapat melihat dua ciri orang yang zuhud dalam pandangan Allah.

Pertama, Zaid tidak menggantungkan kebahagiaan hidupnya pada apa yang dimilikinya. Zuhud adalah pola hidup menjadi. Zaid tidak memperoleh kebahagiaan dari dengan memiliki. Para sahabat Rasulullah SAW tidaklah membuang semua yang dimilikinya, tetapi mereka menggunakan semuanya itu untuk mengembangkan dirinya. Kebahagiannya tidak terletak pada benda-benda mati, tetapi pada peningkatan kualitas hidupnya.

Kedua, kebahagiaan seorang Zaid tidak lagi terletak pada hal-hal yang duniawi, tetapi pada dataran rohani. Kedewasaan kepribadian jiwa kita terletak pada sejauh mana kecenderungan kita pada hal-hal yang rohani. Makin tinggi tingkat kepribadian kita, kebahagiaan rohani meningkat. Dua prinsip inilah yang dipegang para sahabat.

Al-Ghazali menegaskan, zuhud itu menghilangkan keterikatan hati dengan dunia, tapi bukan berarti menghilangkannya. As-Syadzili, pendiri tarikat sufi As-Syadziliyah, dalam setiap doanya selalu meminta kepada Allah, “Ya Allah luaskanlah rizkiku di dunia dan janganlah ia menghalangiku dari akhirat, jadikanlah hartaku pada genggaman tanganku dan jangan sampai ia menguasai hatiku.”

Para sahabat memiliki kekayaan dunia, tapi tidak punya keterikatan hati dengan materi. Harta bagi mereka hanyalah fasilitas untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk tujuan hidup. Karena itu, petuah Rasul SAW harus dipegang erat-erat dalam sikap hidup kita, “Bekerjalah untuk duniamu seolah engkau hidup abadi dan beramalah untuk akhiratmu seolah engkau akan mati besok.” (HR al-Bazzar).



Republika

Kamis, 13 November 2014

Menolak Kemiskinan Dengan Ayat Pertama Surah Al-Ikhlas



Dalam kehidupan di zaman modern penuh fitnah dewasa ini, kita jumpai banyak sekali manusia yang hidup dipenuhi kegelisahan berkepanjangan. Dan salah satu kegelisahan tersebut bersumber dari kekhawatirannya akan jatuh miskin. Inilah fenomena nyata yang membuktikan betapa faham materialisme telah mendominasi mayoritas penduduk planet bumi. Kebanyakan orang saat ini jauh lebih takut akan kehilangan harta daripada kehilangan iman dan keyakinannya akan Allah Sang Pencipta jagat raya.

Banyak orang telah menjadikan kesuksesan dalam kehidupan dunia sebagai tujuan utamanya. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan kita bahwa jika dunia telah menjadi fokus perhatian utama, maka hidup seseorang bakal berantakan dan kemiskinan bakal menghantui dirinya terus-menerus.

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ
فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“Barangsiapa yang menjadikan dunia ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran (kemiskinan) menghantui kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Dan sebaliknya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirnya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.

وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ
وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya Allah kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan tunduk).” (HR Ibnu Majah 4095)


Apa yang dapat kita simpulkan dari hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam di atas? Kesimpulannya ialah jika seorang hamba hidup dengan senantiasa sadar dan yakin bahwa Allah adalah Pemberi Rezeki sesungguhnya dan bahwa tugasnya sebagai orang beriman ialah terus-menerus mengokohkan keyakinan akan hidup yang sesungguhnya ialah di kampung akhirat nan kekal, bukan di negeri dunia nan fana ini, maka dengan sendirinya Allah-pun akan membalas keyakinannya yang mulia dan benar itu dengan balasan yang selayaknya sebagaimana Allah sendiri janjikan di dalam KitabNya:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl ayat 97)

Barangsiapa ber’amal sholeh, maka Allah jamin kehidupannya bakal baik di dunia dan Allah bakal balas dengan yang jauh lebih baik dari ’amal sholehnya di akhirat kelak. Namun, saudaraku, itu semua dengan syarat yang sangat fundamental, yaitu ”dalam keadaan beriman.” Dan iman yang paling pokok ialah ber-tauhid. Termasuk di dalamnya ialah hanya bergantung kepada Allah Yang Maha Ahad (Esa), tidak bergantung kepada apapun atau siapapun selain Allah.


Oleh karenanya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memberikan kabar gembira kepada setiap muwahhid (ahli tauhid). Bahwa hidup mereka bakal dijauhkan dari kemiskinan. Dan untuk memperoleh jaminan tersebut ternyata cukup dengan setiap kali pulang ke rumah membaca ayat pertama surah Al-Ikhlas sebelum masuk ke dalam rumah.

Tentunya itu semua dilakukan bukan sekedar sebagai mantera berupa komat-kamit di bibir belaka. Namun ia mestilah diiringi dengan keyakinan penuh akan makna dari ucapan kalimat tersebut: “Qul huw-Allahu Ahad” (Katakanlah: Allah itu Maha Esa). Artinya, ucapkanlah sambil meyakini sedalam mungkin di dalam hati bahwa tidak ada tempat selain Allah untuk memohon dan mengharapkan datangnya rezeki berkah yang bakal mencukupi hidup kita plus hidup anak-istri plus biaya kita untuk beribadah, ber’amal, berda’wah dan berjihad di jalan Allah Ta’aala.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
” مَنْ قَرَأَ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} [الإخلاص : 1 ]
حِينَ يَدْخُلُ مَنْزِلَهُ نَفَتِ الْفَقْرَ
عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْمَنْزِلِ ، وَالْجِيرانِ “.

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca “Qul huw-Allahu Ahad” (surah Al-Iklash ayat pertama) ketika masuk ke dalam rumahnya, maka kefakiran (kemiskinan) bakal tertolak dari penghuni rumah tersebut dan kedua tetangganya.” (HR Thabrani)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ



Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang wenanggan manusia.


Eramuslim
 

5 Kaki Tangan Iblis yang paling berbahaya


IBLIS itu bapak dari segala jin. Iblis termasuk jenis mahluk gaib. Iblis memiliki sifat sombong. Ketika Allah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepada Nabi Adam AS, semua malaikat menaatinya. Mereka semuanya bersujud kedapa Nabi Adam. Bahkan ia (Iblis) menyombongkan diri. Kemudian perintah Allah agar bersujud kepada Nabi Adam AS, karena ia di ciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Oleh karena itu, menjadi mahluk terkutuk di sisi Allah SWT.

Iblis mempunyai kerajaan yang sangat besar. Ada pemerintahan, menteri, dan kantor-kantor yang besar. Iblis juga mempunyai wakil, dan lima di antaranya termasuk yang paling berbahaya. Mereka adalah lima anak Iblis.

1. Tsabar

Tsabar bertugas mendatangi orang yang sedang mengalami kesusahan atau tertimpa musibah, seperti kematian keluarga, bencana, dan semacamnya. Kemudian dia melancarkan bisikannya dan menyatakan permusuhan kepada Allah. Dia mendorong manusia untuk berkeluh kesah dan meratap-ratap. Untuk menghindarinya, hendaknya ucapkan doa:
A’ûdzubillâhi minassyaithôni tsabarirrojīmi wajundihi waabnâ ihi (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan, Tsabar, yang terkutuk, serta para pengikut dan anaknya).

2. Dâsim

Dâsim bertugas mencerai-beraikan ikatan pernikahan, mengobarkan rasa benci satu sama lain dalam kehidupan rumah tangga, dan mendorong seseorang untuk menyebarkan aib sehingga menyebabkan pertengkaran dan bahkan perceraian. Dâsim adalah anak kesayangan Iblis. Untuk menghadapinya, hendaknya mengucapkan doa:
A’ûdzubillâhi minassyaithôni dâsimirrojīmi wajundihi waabnâ ihi (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan, Dâsim, yang terkutuk, serta para pengikut dan anaknya).

3. Al-A’war

Al-A’war adalah spesialis dalam urusan mempermudah terjadinya perzinaan. Dia menjadikan indah bagian bawah tubuh wanita ketika mereka keluar rumah. Dia mendorong orang untuk melakukan zina dan memperlihatkan zina sebagai sesuatu yang menyenangkan. Semua hal yang berkaitan dengan zina dan penurunan moral menjadi tugas Al-A’war dan para anak buahnya.

4. Maswath

Tugas Maswath adalah membuat kebohongan-kebohongan, baik besar ataupun kecil. Bahkan kejahatan yang dia lakukan bersama anak buahnya termasuk memperlihatkan diri dalam bentuk seseorang yang duduk dalam suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh manusia, kemudian menyebarkan kebohongan yang pada akhirnya disebarkan pula oleh manusia.

5. Zalnabûr

Tempat kerja Zalnabûr dan para anteknya adalah pasar-pasar. Mereka mengobarkan pertengkaran, caci maki, perselisihan, dan bahkan bunuh-membunuh.
Wallâhu ‘alam.


Islampos

Alam Ghaib dan Alam Manusia, Serupa tapi Tak Sama



KITA tentu sudah meyakini akan adanya alam ghaib. Baik itu alam yang akan ditempati oleh kita di akhirat kelak, maupun di dunia ini. Yang memang alam ghaib itu tak dapat terlihat oleh kasat mata. Kita terkadang tak menyadari akan hal itu, bahwa disekitar kita pun alam ghaib itu ada.

Seperti yang kita ketahui, di dunia ini terdiri dari 2 dimensi, yaitu dimensi ghaib, dan dimensi manusia, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan alam ghaib dan alam manusia. Sebenarnya antara alam ghaib dan alam manusia, adalah saling berdekatan, hanya saja yang membedakan adalah waktu operasionalnya saja.

Cara membedakan alam ghaib dan alam manusia sangat mudah, karena waktu mereka beraktivitasnya sangat bertolak belakang. Bila alam manusia, mereka memiliki waktu antara pagi sampai sore hari, dan sebaliknya kalau alam ghaib, waktu untuk mereka beraktivitas adalah saat senja sampai menjelang pagi hari.
Sebenarnya, suasana di alam ghaib dan alam manusia tidaklah jauh berbeda. Dan sebenarnya alam ghaib dan alam manusia, jika dilihat dengan mata bathin, lebih mirip terlihat seperti pasar, karena banyak makhluk yang berlalu lalang. Dan terkadang dunia mereka terasa lebih unik daripada alam manusia.

Beda dunia, beda juga penghuninya. Jika di alam manusia dihuni oleh berbagai macam manusia, hewan, dan tumbuhan, berbeda lagi dengan alam ghaib. Alam ghaib memiliki penghuni yang lebih beragam bentuk, rupa, dan jenisnya. Dan juga mereka memiliki bentuk hewan-hewan yang aneh pula, yang terkadang sangat berbeda dibandingkan yang pernah kita temui di alam nyata.

Dan yang menarik, ternyata mereka juga mempunyai kesibukan layaknya manusia. Mereka juga melakukan aktivitas seperti bercocok tanam, berkebun, dan mencari kebutuhan mereka sendiri-sendiri. Mereka juga sibuk membangun dunia mereka sendiri dan menjaga kehidupan mereka agar tidak diganggu secara sembarangan oleh manusia. Hal ini sering terjadi karena dunia kita dengan mereka saling bersebelahan tanpa kita sadari.

Karena itulah, mereka akan sangat marah apabila pohon, gedung, atau tempat tinggal yang mereka huni sampai dirusak oleh manusia. Dan bila Anda pernah menjumpai suatu pohon yang berdarah saat ditebang, sebenarnya itu merupakan suatu ciri bahwa pohon itu sudah dihuni oleh makhluk halus. Dan makhluk halus juga cenderung menyukai tempat-tempat yang cenderung sepi, gelap, suram dan kotor.

Oleh karena itulah, kita harus bisa menghargai sesama makhluk ciptaan Allah SWT. Kita juga harus bisa saling menghormati. Karena dunia ini bukanlah hanya dimiliki manusia saja, tapi makhluk ciptaan Allah yang lain pun berhak menikmatinya. Begitu pula dengan makhluk-makhluk yang ada, namun tak dapat kita melihatnya seperti makhluk ghaib tersebut.


Islampos

Selasa, 11 November 2014

Nabi Muhammad dalam Kitab Suci Terdahulu



Kitab-kitab suci terdahulu, baik Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, berbicara secara jelas tentang Nabi Islam, dan mengenai hal ini Allah berfirman di dalam al-Qur’an,
‘(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.’ (al-A’raf: 157)
Bukan hanya Kitab Suci, tetapi semua naskah kuno yang pernah digunakan dalam ritual peribadatan memberi kabar tentang kedatangan Nabi Islam.

Kitab Ulangan 18 ayat 17,18,dan 19 mengatakan: (17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; (18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (19) Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.
Nubuat ini begitu jelas berbicara tentang seorang nabi bahwa Allah akan memilih di antara saudara-saudara Israel (orang Arab) dan membuang pemikiran parsial apapun.

Ini adalah nubuat yang penting untuk orang-orang Yahudi yang masih menunggu pembuktiannya selama berabad-abad hingga kedatangan Nabi Mohummad. Beberapa dari mereka, menurut beberapa nubuat, mengetahui tempat dan waktu waktunya, sehingga mendorong mereka untuk pergi ke Madinah, dan Makkah, dan kota-kota di sekitarnya.

Mereka selalu mengancam orang-orang Arab musyrik dengan berkata, ‘Ini adalah waktu dimana Allah akan mengirim seorang nabi yang akan kami ikuti, lalu akan memerangi dan melenyapkan kalian.’ Ketika Nabi Islam muncul, banyak orang yang beriman dan banyak pula yang tidak beriman. Di antara alasan etiologis yang mendorong mereka masuk Islam adalah banyaknya berita tentang nabi Islam di dalam berbagai kitab suci. Beberapa di antaranya telah dihapus, beberapa yang lain telah dipenggal, tetapi ada pula yang masih menjadi bukti yang kuat mengenai kenabian Muhammad saw.

Nubuat yang disebutkan di atas, walaupun cocok dengan nabi Islam, orang-orang Yahudi mengklaim bahwa nubuatan sesuai dengan Yosua. Orang-orang Kristen memiliki pendapat lain, karena mereka selalu dalam kebiasaan mengubah setiap nubuat dalam Perjanjian Lama agar sesuai dengan Yesus. Mereka memilintir kata-kata tertentu untuk memberikan arti lain yang bertentangan dengan semua fakta sejarah, bahkan memasukkan, menghapus dan menyisipkan kata-kata baru ke dalam nubuat ini agar sesuai dengan apa yang mereka klaim. Umat Islam alasan yang baik bahwa nubuat berbicara dengan jelas dan pasti mengenai nabi Muhammad saw.

Jadi kita sekarang menghadapi tiga pendapat yang berbeda: Siapa yang dimaksud nabi di sini? Apakah Yosua, Yesus atau Muhammad saw? Hanya satu seorang dari mereka yang benar. Kami akan menjawab pertanyaan ini dalam artikel berikut:

Apakah nubuatan ini merujuk kepada salah satu nabi Yahudi? Jawabannya jelas tidak tidak, karena:
(1) Nubuat tersebut mengatakan, ‘Allah akan mengangkat seorang nabi dari saudara-saudara mereka.’ Jadi, nubuat ini berbicara tentang seorang nabi yang bukan dari Israel.
(2) Jika nubuat dimaksud merujuk kepada salah satu nabi Yahudi, maka Musa pasti berkata, ‘Dari kalangan kalian sendiri,’ yaitu dua belas suku utama Yahudi yang ada di hadapan Musa.
(3) Epilog kitab Ulangan memberi kesaksian terhadap fakta bahwa bukan Yosua atau nabi Yahudi yang lain yang dimaksudkan di sini. Epilog tersebut mengatakan, ‘Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel.’ (Ulangan 34: 10)
(4) Kitab Maleakhi, yang merupakan bagian terakhir dari Perjanjian Lama, mencatat nubuat yang difirmankan Tuhan, yang menunjukkan bahwa utusan yang dijanjikantu tidak datang pada masa tersebut, dan dengan demikian Yosua tidak mungkin seorang nabi: ‘Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam.’ (Maleakhi 3: 1)

Komentar McKenzie mengenai Maleakhi: Buku ini oleh para kritikus ditengarai ada sesudah pembangunan ulang candi pada tahun 516 SM, selama periode Persia dan sebelum reformasi Nehemia dan Ezta, yaitu sebelum 432 SM. Rekaman nubuat tentang ‘utusan yang dijanjikan’ menunjukkan bahwa sampai 432 SM orang-orang Israel masih menunggunya dan ia belum datang.

Berbagai studi historis membuktikan fakta bahwa nubuat ini tidak terbukti baik sebelum atau setelah Yesus. Tidak ada nabi yang diklaim dari kalangan orang-orang Yahudi. Ayat ‘Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel’ juga membuktikan fakta ini. Mungkin epilog tersebut ditulis oleh Ezra pada 800 hingga 900 tahun setelah Musa. Jadi nubuat tersebut tetap tak terpenuhi selama 8 sampai 9 abad setelah Musa.

Dimungkinkan bahwa ia mungkin ditulis oleh beberapa redaktur kitab lainnya bila Taurat dan beberapa naskah Alkitab lainnya pertama kali dikompilasi dalam bentuk tertulis sekitar lima ratus tahun setelah Musa. Itu berarti nubuat tetap tak terbukti untuk tidak kurang dari 500 tahun setelah Musa. Ini juga tidak berarti bahwa nubuat tersebut terbukti sesudahnya. Tidak ada yang pernah diklaim sebagai ‘utusan yang dijanjikan’, atau prasyaratnya terpenuhi pada waktu kapapun setelah Musa. Hampir setiap sarjana Injil memahami bahwa nubuat tersebut masih belum terbukti bahkan setelah masa Yesus. The Bible Knowledge Commentary melihat: Selama abad pertama masehi, pemimpin formal Yudaisme masih mencari pembuktian dari nubuat Musa tersebut (silakan merujuk Yohanes I: 21).

Yang tetap tak terbukti selama masa Isa dan orang-orang Yahudi adalah mereka masih menunggu kedatangan nabi ini, dan hal itu dapat dipastikan sumbernya dari Injil Yohanes berikut: (19) Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: ‘Siapakah engkau?’ (20) Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: ‘Aku bukan Mesias.’ (21) Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’ ‘Engkaukah nabi yang akan datang?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’ (22) Maka kata mereka kepadanya: ‘Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?’ (23) Jawabnya: ‘Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.’ (24) Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. (25) Mereka bertanya kepadanya, katanya: ‘Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?’ (Yohanes 1: 19-25)

Dari studi yang dilakukan di atas ini, jelas bahwa ‘Nabi yang seperti Musa’ belum dibangkitkan hingga masa Yesus Kristus.

Nubuat seperti yang dijelaskan pada bagian pertama itu justeru sesuai dengan sifat-sifat Nabi Muhammad saw, bukan yang lain, dengan alasan berikut:

(1) Nubuat tersebut menyatakan, ‘Dari saudara-saudara mereka.’

Muhammad saw adalah salah seorang dari saudara-saudara Musa as. Bangsa Arab adalah saudara bangsa Yahudi. Ibrahim as mempunyai dua anak laki-laki: Ismail dan Ishak as. Bangsa Arab adalah keturunan Ismail as dan orang-orang Yahudi adalah keturunan Ishak as. Jadi, bangsa orang Arab atau keturunan Ismail adalah saudara orang-orang Yahudi, dan Nabi Muhammad saw berasal dari keturunan Ismail.

Kata ‘saudara-saudara’ digunakan dalam Kitab Suci untuk merujuk kepada Ismail dan keturunannya. Dalam kitab Kejadian kita temukan, ‘Mereka (anak-anak Ismail) itu mendiami daerah dari Hawila sampai Syur, yang letaknya di sebelah timur Mesir ke arah Asyur. Mereka menetap berhadapan dengan semua saudara mereka.’ (Kejadian 25:18)
Bani Ishaq adalah saudara bani Ismail. Demikian juga, Muhammad adalah sebagian dari saudara bangsa Israel, karena dia adalah seorang keturunan Ismail putra Ibrahim.

(2) Nubuat di atas mengatakan ‘seperti engkau ini’.

Orang-orang Kristen mengatakan bahwa nubuat ini merujuk kepada Yesus karena Yesus itu seperti Musa. Musa adalah seorang Yahudi, dan juga Yesus adalah seorang Yahudi. Musa adalah seorang Nabi dan Yesus juga seorang Nabi. Jika hanya ada dua kriteria agar nubuat ini terpenuhi, maka semua nabi di dalam Alkitab yang datang setelah Musa seperti Sulaiman, Yesaya, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Malachi, Yohanes sang Pembaptis dapat memenuhi nubuat ini karena mereka adalah orang-orang Yahudi dan juga nabi.

Tabel berikut ini menunjukkan sejauh mana Muhammad saw adalah nabi yang lebih menyamai Musa, sedangkan Yesus tidak.



Sebenarnya, klaim bahwa nubuat tersebut sesuai dengan Yesus meskipun semua sifat Musa bertentangan sifat-sifat Isa, melainkan sesuai dengan sifat-sifat Muhammad, adalah klaim yang lemah dan tidak dapat dipertahankan. Selain itu, Isa adalah seorang nabi Yahudi dan tidak memiliki hukum yang independen. Isa mengatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius: 5:17)

(3) Nubuat tersebut mengatakan bahwa Allah akan meletakkan firman-Nya di mulut Nabi yang dinantikan itu.

Diketahui bahwa nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis (ummi atau unliteral), maka Allah akan meletakkan kata-kata di mulutnya. Musa menuturkan bahwa firman Allah itu diletakkan di mulutnya, dan itulah yang terjadi pada Nabi Muhammad dengan al-Qur’an. Allah berfirman, ‘Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).’ (an-Najm: 3-4).

Nabi Muhammad datang dengan membawa sebuah pesan kepada seluruh dunia. Semua manusia, termasuk orang-orang Yahudi dan Kristen, harus menerima kenabiannya, dan ini didukung oleh keterangan dalam Injil berikut berikut ini: ‘Dan dia akan berbicara kepada mereka semua bahwa aku memerintahkannya..’ Diketahui bahwa nabi Muhammad telah menyampaikan firman Allah ke seluruh dunia dan beliau tidak mati sampai beliau selesai menyampaikan pesan tersebut.

(4) Nubuat itu mengatakan, ‘Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku..’

Al-Qur’an al-Karim terdiri dari 114 surat, dan seluruh surat itu dimulai dengan basmalah. Hanya satu surat yang tidak diawali dengan basmalah, yaitu surat at-Taubah. Jadi, bagian dari nubuat ini juga sesuai dengan Nabi Muhammad saw.

Abdul-Ahad Dawud, the former Rev. David Benjamin Keldani, BD, a Roman Catholic priest of the Uniate-Chaldean sect . After embracing Islam, he wrote the book, ‘Muhammad in the Bible.’ He writes about this prophecy:

Abdul Ahad Dawud, mantan ketua organisasi David yang juga ketua organisasi Benjamin Keldani, seorang imam Katolik dari sekte Uniate-Chaldean, setelah memeluk Islam ia menulis buku ‘Muhammad dalam Alkitab.’ Dia menulis tentang nubuat ini sebagai berikut:
‘Jika kata-kata ini tidak sesuai dengan Muhammad, maka janji yang diberikan kepada mereka masih tetap tak dipenuhi. Yesus sendiri tidak pernah diklaim sebagai nabi yang disebut dalam nubuat tersebut. Bahkan murid-muridnya memiliki pendapat yang sama: mereka tidak melihat kedatangan kedua Yesus untuk pemenuhan dari nubuat (Kisah para Rasul 3: 17-24).

Yesus, seperti yang diyakini oleh Gereja, akan muncul sebagai Hakim. dan bukan sebagai pembuat hukum, melainkan nabi yang dijanjikan datang dengan dengan ‘hukum yang berapi-api’ di sebelah tangan kanannya. Muhammad Asad—lahir di Leopold Weiss pada Juli 1900 di kota Lvov (Lemberg Jerman), kini di Polandia, kemudian menjadi bagian dari kerajaan Austria—adalah bagian dari garis keturunan yang panjang para rabi, dimana garis keturunan itu putus pada ayahnya yang menjadi pengacara. Asad sendiri menerima pendidikan agama yang memberinya kemampuan untuk menjaga tradisi keluarga rabi. Dia telah menjadi ahli bahasa Ibrani pada usia dini dan familiar dengan bahasa Aramaik. Dia mempelajari naskah Perjanjian Lama yang asli dan juga teks dan komentar dari Talmud, the Mishna and Gemara, dan dia telah mengkaji seluk-beluk tafsir Bible, yaitu kitab the Targum.

Mengomentari ayat al-Qur’an, ‘Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui,’ (al-Baqarah: 42), Muhammad Asad menulis, ‘Maksud dari ‘mencampur-adukkan yang hak dengan yang batil’ adalah memanipulasi kitab Bibel, dimana al-Qur’an sering mengecam orang-orang Yahudi atas tindakan mereka itu.

Sementara arti lafazh ‘menyembunyikan yang hak’ itu merujuk kepada cara interpretasi mereka terhadap ucapan Musa dalam Injil secara tidak bertanggungjawab dan ngawur. Dalam Injil Musa berkata, ‘Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.’ (Ulangan 18:15) Dan juga terhadap firman Tuhan sendiri, ‘Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya.’ (Ulangan 18:18).

Kata ‘saudara mereka’ itu jelas maksudnya, yaitu orang-orang Arab khususnya musta’ribah (Arabianized) sebagai salah satu suku di antara mereka yang merupakan keturunan Ismail dan Ibrahim. Dan karena suku ini adalah sukunya Nabi saw, yaitu Qurasiy, maka isyarat-isyarat dalam Injil itu sesuai dengan kerasulan beliau.


Eramuslim

Yahudi Gagal Membunuh Nabi Isa A.s.




Berbeda sekali dengan konsep keimanan seorang Kristen yang meyakini jika Nabi Isa a.s. atau Yesus Kristus meninggal karena disalib untuk menebus dosa umat manusia, maka kitab suci Al-Qur’an yang dijaga Allah SWT kemurnian dan kesuciannya sampai dengan hari akhir menyatakan jika yang disalib bukanlah Nabi Isa a.s., melainkan seseorang yang wajahnya diserupai Isa a.s. Sedangkan Isa a.s. sendiri diselamatkan Allah SWT dengan diangkatnya ke surga

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

"dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya, kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah', padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa."
"Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."
(QS. An-Nisaa: 157-158).

Para pendeta Yahudi yang tergabung dalam Dewan Pendeta Sanhendrin membujuk Raja Herodes untuk melakukan pengejaran terhadap Isa a.s. dan menangkapnya. Isa a.s. berhasil ditangkap dan hendak disalibkan. Namun Allah menolong Isa a.s. dan mengangkatnya ke surga. Dari hadist Nabi Muhammad SAW kita akan mengetahui jika menjelang akhir zaman, Isa a.s. akan kembali turun ke bumi di Menara Putih sebuah masjid di Damaskus, Syiria. Hal pertama yang dilakukan Isa a.s. ketika turun kembali ke bumi adalah sholat.

“Tidak ada seorang nabi pun antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun (dari langit), apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah;bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan memakai dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air waulupun ia tidak basah”. (HR Abu Dawud).
“Isa ibn Maryam akan turun di ‘Menara Putih’(Al-Mannaratul Baidha’) di Timur Damsyik”. (HR Thabrani dari Aus bin Aus)

“Sekelompok dari ummatku akan tetap berperang dalam dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat, sehingga turunlah Isa Ibn Maryam, maka berkatalah pemimpin mereka (Al-Mahdi): “ Kemarilah dan imamilah shalat kami”. Ia menjawab;”Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai suatu kemuliaan yang diberikan Allah kepada ummat ini (ummat Islam)”. (HR Muslim & Ahmad).

“Tiba-tiba Isa sudah berada di antara mereka dan dikumandangkanlah shalat, maka dikatakan kepadanya, majulah kamu (menjadi imam shalat) wahai ruh Allah.” Ia menjawab:”Hendaklah yang maju itu pemimpin kamu dan hendaklah ia yang mengimami shalat kamu”. (HR Muslim & Ahmad).

Hal pertama yang dilakukan Nabi Isa setelah turun dari langit adalah menuaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh hadist-hadist di atas. Nabi Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang di imami oleh Imam Mahdi. Kedatangan Nabi Isa akan didahului oleh kondisi dunia yang dipenuhi kedzaliman, kesengsaraan dan peperangan besar yang melibatkan seluruh penduduk dunia. Setelah itu kemunculan Imam Mahdi yang akan menyelamatkan kaum muslimin, kemudian kemunculan dajjal yang akan berusaha membunuh Imam Mahdi, setelah dajjal menyebarkan fitnahnya selama 40 hari, maka Nabi Isa akan diturunkan dari langit untuk menumpas dajjal.

Turunnya nabi Isa ke bumi mempunyai misi menyelamatkan manusia dari fitnah Dajjal dan membersihkan segala penyimpangan agama, ia akan bekerjasama dengan Imam Mahdi memberantas semua musuh-musuh Allah.

Dikisahkan setelah Isa as. selesaikan menunaikan shalat, ia berkata, “Keluarlah kamu (pasukan kaum muslimin) semua bersama kami untuk menghadapi musuh Allah, yaitu dajjal.” Lalu mereka pun keluar, kemudian Ia (Isa) dilihat oleh dajjal si laknat yang baru saja mendakwa kepada manusia, bahwa ia adalah raja yang mendapat petunjuk dan pemimpin yang jenius serta bijaksana, bahkan mengaku sebagai Tuhan Yang Maha Tinggi. Begitu ‘Isa dilihat oleh dajjal, dajjal pun meleleh seperti garam yang meleleh di di air.

Kemudian dajjal kabur, tetapi ia dihadang oleh Isa di pintu kota Lud di Palestina. Sekiranya Isa membiarkan saja hal ini maka dajjal akan hancur seperti garam dalam air, akan tetapi Isa berkata kepadanya,
“Sesungguhnya aku berhak untuk menghajar kamu dengan satu pukulan.” Lalu Isa as. menombak dan membunuhnya, maka Isa as. memperlihatkan kepada semua orang darah dajjal di tombaknya. Maka tahu dan sadarlah para pengikut dajjal dari kalangan Yahudi, bahwa dajjal bukanlah Allah. Jika benar apa yang didakwakan dajjal(dajjal mengaku sebagai tuhan) tentulah dajjal tidak akan dapat dibunuh oleh Nabi ‘Isa.

Ketika itu Nabi Isa a.s. menyeru kepada umat Kristiani untuk mengucapkan kalimat tauhid, kembali kepada jalan yang haq seperti apa yang telah disampaikannya ribuan tahun lalu sebelum agama Nasrani dirusak oleh tangan Yahudi bernama Paulus dari Tarsus.

Menurut suatu riwayat Nabi Isa, setelah turun dari langit akan menetap dibumi sampai wafatnya selama 40 tahun. Ia akan memimpin dengan penuh keadilan, sebagaimana yang diceritakan dalam hadist berikut: “Demi yang diriku berada ditangannya, sesungguhnya Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil, maka ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menolak upeti, melimpahkan harta sehingga tidak seorangpun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’I, Ibn Majah dari Abi Hurairah).

Juga dkisahkan bahwa Nabi Isa akan melaksanakan haji: ”Demi Dzat yang diriku berada ditanganya, sesungguhnya Ibn Maryam akan mengucapkan tahlil dengan berjalan kaki untuk melaksanakan haji atau umrah atau kedua-duanya dengan serentak”.(HR Ahmad & Muslim dari Abi Hurairah).

Nabi Isa a.s. akan meninggal setelah membunuh dajjal, menjadi pemimpin yang adil, dan membenarkan risallah yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW di akhir zaman. Hanya saja kita tidak mengetahui kapan dan bilamana ini semua akan terjadi, karena Yahudi Talmudian terus-menerus bekerja siang-malam untuk menyesatkan umat manusia dari jalan kebenaran dengan membuat berita-berita palsu.


Eramuslim