رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Kamis, 25 April 2013

KEUTAMAAN MATA HATI ORANG MU'MIN

Beberapa Hadist dan ayat-ayat Al-Qur'an yang menceritakan keutamaan hati seorang mu'min.

Rasulullah s.a.w berkata:
"Kalaulah tidak karena syitan-syaitan mengelilingi hati anak Adam (manusia), niscaya manusia dapat melihat ke alam Malakut yang tinggi"
HR.Ahmad dari Abu Hurairah Radyiyallahu 'anhu

Dalam hadist yang lain Rasulullah s.a.w bersabda:
"Hati mu'min itu bersih, didalamnya ada pelita yang bercahaya gemilang. Dan hati orang kafir itu hitam dan terbalik"
HR. Ahmad dan Thabrani

Hadist lain mengatakan

Rasulullah s.a.w bersabda "Apabila dikehendaki oleh Allah kebajikan kepada seorang hamba, niscaya dijadikan orang itu mendapat pelajaran dari hatinya"
HR Ad Dailami

Renungkanlah Hadist berikut ini :

"Orang bertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik ? Rasulullah menjawab "Tiap-tiap orang mu'min yang hatinya 'Makhmum'". Orang tersebut bertanya lagi, "Apakah hati yang 'Makhmum' itu? " Rasulullah menjawab "Dialah orang yang hatinya taqwa, bersih, tidak ada di dalamnya penipuan, kedurhakaan, pengkhianatan, kedengkian dan iri hati."
HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhu dengan sanad Shahih.

Penjelasan Al-Qur'an  mengenai Mata Hati

وَمَنْ كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا

"Barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di Akhirat buta juga dan lebih sesat jalannya"
(Surah Al Isra' ayat 72)

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

"Maka sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tetapi yang buta adalah mata yang didalam hati"
(Surah Al Hajj ayat 46)






LARANGAN MENJUAL MINUMAN KERAS

Dari Ibnu Abbas r.a : "Ada seorang laki-laki menghadiahkan arak berikut tempatnya kepada Rasulullh s.a.w. Berkata beliau kepadanya, "Apakah anda belum tahu kalau Allah telah mengharamkannya ? Jawab orang itu "Tidak" Kemudian orang itu berbisik kepada seorang didekatnya, berkata Rasulullh s.a.w "Membisikkan apa anda kepadanya ?" Jawab orang itu "Saya disuruh menjualnya" Berkata Rasulullah "Sesungguhnya Allah telah melarang untuk meminumnya, telah melarang pula menjualnya". Kata Abu Said, 'maka orang itu langsung membuka tempat arak itu dan membuang isinya sampai habis'.

(Hadist Shahih Muslim)

GANGGUAN SYAITAN KETIKA SESEORANG MENGERJAKAN SHALAT

1) Berasa was-was ketika melakukan takbiratulihram

Saat membaca takbiratul ihram, 'Allahu Akbar', seseorang akan berasa ragu-ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sah atau belum sah. Sehingga dia mengulanginya sekali lagi dengan membaca takbir. Perasaan itu akan berlangsung sampai imam hampir rukuk.

Ibnu Qayyim berkata, "Termasuk tipu daya syaitan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam solat". Was-was itu membuat mereka tersiksa.

2) Tidak memberi tumpuan ketika membaca bacaan dalam solat

Sahabat Rasulullah, Uthman bin Abil 'Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan hadir dalam solatku dan membuat bacaanku salah." Rasulullah menjawab, "Itulah syaitan yang disebut dengan khinzib.

"Apabila kamu berasakan kehadirannya, ludahlah kekiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah. Aku pun melakukan hal itu dan Allah SWT menghilangkan gangguan itu dariku" (Hadis Riwayat Muslim).

3) Lupa jumlah rakaat yang dikerjakan

Abu Hurairah r.a berkata, "Sesungguhnya Rasulullah bersabda yang bermaksud: "Jika seorang daripada kalian solat, syaitan akan datang kepadanya untuk menggoda sampai mereka tidak tahu berapa rakaat yang telah dikerjakan. Apabila seorang daripada kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam."

(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

4) Timbulnya fikiran yang menggangu

Abu Hurairah berkata, "Rasulullah bersabda yang bermaksud: "Apabila dikumandangkan azan solat, syaitan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara azan.

Apabila muazin selesai azan, ia kembali lagi dan jika iqamat dikumandangkan dia berlari. Apabila selesai iqamat, dia kembali lagi.

Ia akan selalu bersama orang yang solat seraya berkata kepadanya,'Ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat!' Sehingga orangitu tidak tahu berapa rakaat ia solat." (Hadis Riwayat Bukhari).

5) Tergesa-gesa menyelesaikan solat

Ibnu Qayyim berkata: "Sesungguhnya tergesa-gesa itu datang dari syaitan, kerana tergesa-gesa adalah sifat buruk yang menghalangi seseorang untuk berhati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Tidak ada ketenangan atau thuma'ninah. Pada zaman Rasulullah ada orang solat dengan tergesa-gesa. Akhirnya Rasulullah memerintahkannya untuk mengulanginya kerana solat yang ia kerjakan belum sah.

Rasulullah bersabda kepadanya, "Apabila kamu solat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah daripada al-Quran yang mudah bagimu, lalu rukuklah sampai kamu benar-benar rukuk (thuma'ninah), lalu bangkitlah daripada rukuk sampai kamu tegak berdiri.

Kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud(thuma'ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap rakaat solatmu." (HadisRiwayat Bukhari dan Muslim).

6) Melakukan gerakan yang tidak perlu

Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya. Melihat hal itu, Ibnu Umar segera menegurnya selepas solat.

"Jangan bermain kerikil ketika solat kerana perbuatan itu berasal daripada syaitan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah". Orang itu bertanya, "Apa yang dilakukannya? "Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. "Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w," kata Ibnu Umar (Hadis Riwayat Tirmidzi).

7) Melihat ke kiri atau ke kanan ketika solat

Sadar atau tidak, jika seseorang itu melihat kekiri atau ke kanan, itu akibat godaan syaitan yang menggoda. Kerana itu,ketika takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik yaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus,  Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah beliau berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah hukum melihat ketika solat". Rasulullah menjawab, "Itu adalah gangguan syaitan atas solat seorang hamba." (Hadis Riwayat Bukhari).

8) Menguap dan mengantuk

Rasulullah bersabda bermaksud: "Menguap ketika solat itu daripada syaitan. Kerana itu, apabila kamu ingin menguap, tahanlah."(Hadis Riwayat Thabrani).

Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, "Ada pun menguap itu datangnya daripada syaitan, hendaklah seseorang mencegahnya(menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata 'ha…' berarti syaitan tertawa dalam mulutnya"

(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

9) Bersin berulang kali ketika solat

Syaitan ingin mengganggu kekhusyukan solat dengan bersin sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas'ud, "Menguap dan bersin dalam solat itu ganguan dari  syaitan." (Riwayat Thabrani).

Ibnu Mas'ud berkata, "Bersin yang tidak disenangi Allah adalah yang terjadi dalam solat sedangkan bersin di luar solat itu tetap disenangi Allah. Hal itu tidak lain kerana syaitan memang ingin mengganggu solat seseorang dengan pelbagai cara."

10) Terasa ingin buang angin atau buang air

Rasulullah bersabda yang bermaksud: "Apabila seorang daripada kalian bimbang apa yang dirasakan di perutnya apakah keluar sesuatu daripadanya atau tidak, janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya" (HadisRiwayat Muslim).

Berbahagialah orang Muslim yang selama ini terbebas dari berbagai macam gangguan syaitan dalam solat mereka. Semoga kita semua dilindungi Allah SWT  dari gangguan tersebut. Amin



KISAH NABI YANG DIANGKAT KE SURGA

1. Kisah Nabi Isa Alaihissalam

Al-Qur'an menerangkan dalam surat AnNisaa':157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan mereka:

"Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

(An Nisaa' : 157)

sky.jpg

Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. AlQur'an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. "Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa' :158)

(Khotib)

2. Kisah Nabi Khidir Alaihissalam

Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa'il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada malaikat Rofa'il: "Wahai malaikat Rofa'il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ",

malaikat Rofa'il berkata, "Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ".

Kemudian raja berkata, "Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ".

Lalu malaikat Rofa'il berkata, "Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya 'Ainul Hayat' yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ".

Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa'il, "Apakah kau tahu tempat "Ainun Hayat itu?".

mailaikat Rofa'il menjawab, "Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ".

Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa'il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan 'Alim Ulama' pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab, "Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, " Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ".

"Di manakah tempat bumi gelap itu?" tanya raja.

Seorang yang alim menjawab, "Di tempat keluarnya matahari".

royo_bestof_023.jpg

Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. "Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?".

Para sahabat menjawab, "Kuda betina yang perawan".

Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.

Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.

Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. "Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. "

Lalu Raja berkata: " Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak."

Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: "Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian".

Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa'il: " Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?".

"Tidak bisa kelihatan",jawab malaikat Rofa'il," akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian."

Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.

Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, "Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ".

Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: " Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. "

Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke "Ainul Hayat" (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi

Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.

(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa'il: "Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. "

Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa'Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ' anhu.

1. Cerita ini dikutib dari kitab " Baidai'iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.

2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.

Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.

(Salafy Tobat)

3. Kisah Nabi Idris Alaihissalam

Lalu keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya dan selama itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu dan Nabi Idris AS bertanya: "Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?",

Malaikat itu menjawab: "Saya adalah malaikat pencabut nyawa".

Nabi Idris AS bertanya:" Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?",

Malaikat menjawab:"Ya",

Nabi Idris AS bertanya: "Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?",

Malaikat menjawab: "Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja".

Nabi Idris AS berkata: "Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?",

Malaikat menjawab: "Saya datang hanya untuk berkunjung",

Nabi Idris AS berkata: "kalau begitu saya punya hajat kepadamu",

Malaikat menjawab: "Hajat apa, hai Nabi Idris?"

Nabi Idris AS berkata: "Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati".

Malaikat menjawab: "Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah".

Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: "Cabutlah nyawa Idris!".

Kemudian malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah Nabi Idris AS lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: "Hai Nabi Idris bagaimana rasanya mati itu?".

Nabi Idris AS berkata:"Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup".

Malaikat menjawab:"Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun".

Nabi Idris AS berkata: "Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah" Malaikat menjawab: "Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah", lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: "Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam".

Kemudian malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka jahannam, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk menyiksa di neraka jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi Idris AS berkata: "Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku pergi ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam beragama".

Malaikat berkata: "Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah".

Lalu Allah AS berfirman: "Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga".

Dan keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga, melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.

Nabi Idris berkata: "Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam".

Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: "Masuklah kamu ke syurga bersama Idris",

kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: "Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga",

dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:"Hai Nabi Idris, keluarlah",

dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: " Karena Allah telah berfirman": "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…"(Q.Surat Ali'imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati. Dan Allah Berfirman: "Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu…." (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: "…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)". (Q.Surat AL Hijr ayat 48)".

Malaikat berkata: "Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?".

Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: "Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga",

kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya.


4. Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam

Ketika sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas AS, Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.

" Mengapa engkau bersedih?" tanya Malaikat maut.

" Tidak tahulah." Jawab Nabi Ilyas AS.

"Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?" tanya Malaikat.

"Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, " jawab Nabi Ilyas AS.

Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.

" Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. " Firman Allah SWT.



DIALOG NABI MUHAMMAD SAW DENGAN IBLIS

Suatu ketika Allah S.W.T. telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia mendatangi Rasulullah S.A.W. untuk memberitahu segala rahsianya ; tentang hal –hal yang disukai mahupun dibencinya. Maksudnyanya ialah untuk meninggikan darjat Nabi Muhammad S.A.W. dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar menyuruh engkau menghadap Rasullullah S.A.W. Hendaklah engkau buka segala rahsia engkau dan apa-apa yang ditanyakan oleh Rasulullah S.A.W. hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, nescaya akan diputuskan semua bahagian anggota badanmu, uratmu serta disiksa dengan azab yang amat keras."

Demi mendengar kata Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah S.A.W. dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai; panjangnya seperti ekor lembu. Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah S.A.W. Maka sembah Iblis (laknatullah),

"Ya Rasulullah! Mengapa tuan tidak menjawab salam hamba? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?"

Maka jawab Nabi S.A.W. dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepada aku, engkau menunjuk baikmu? Jangan engkau mencuba menipu aku sebagaimana engkau menipu Nabi Adam a.s. sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil disebabkan hasutanmu, Nabi Ayub a.s. kau tiup dengan asap racun pada saat ia sedang sujud hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud a.s. dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman a.s. meninggalkan kerajaannya kerana engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Nabi dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu. Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja yang tidak aku jawab kerana diharamkan Allah S.W.T. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa mahumu hingga menemui aku?"

Sembah Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah tuan marah kerana tuan adalah Khatamul Anbiya maka tuan dapat mengenali hamba. Kedatangan hamba adalah disuruh Allah untuk memberitahu segala tipu daya hamba terhadap umat tuan dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang tuan tanyakan akan hamba terangkan satu persatu dengan sebenarnya, tak satupun hamba berani menyembunyikannya."

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya hamba berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badan hamba menjadi abu."

Setelah mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluang untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada sekalian umatku.

Pertanyaan Nabi S.A.W. (1) :

"Hai Iblis! Siapakah musuh engkau yang paling besar dan bagaimana aku terhadap engkau?"

Jawab Iblis, "Ya Nabi Allah! Tuanlah musuh hamba yang paling besar di antara segala musuh hamba di muka bumi ini."

Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun mengeletar kerana ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun hamba dapat merupakan diri hamba seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun sama seperti aslinya, kecuali hanya diri tuan yang tidak dapat hamba tiru kerana dicegah oleh Allah. Seandainya hamba menyerupai diri tuan, maka terbakarlah diri hamba menjadi abu. Hamba cabut itikad anak Adam supaya menjadi kafir kerana tuan berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam; begitu jugalah hamba berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Hamba akan tarik sekalian umat Islam dari jalan benar kepada jalan yang salah supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersama hamba."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (2) :

"Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu terhadap makhluk Allah?"

Jawab Iblis, "Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang bukan pada tempatnya. Hamba goda segala manusia supaya meninggalkan sembahyang, suka dengan makan minum, berbuat durhaka, hamba lalaikan dengan harta benda seperti emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram. Demikian juga ketika temasya yang bercampur lelaki perempuan. Di situ hamba lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang rasa malu dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu hamba hulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari wang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri. Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau amal ibadat, hamba akan tahan mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras hamba goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa riak, takabbur, megah, sombong dan menyia–nyiakan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah hamba goda mereka setiap saat."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (3) :

"Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah dan berpenat melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta seksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai kutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang memanjangkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?"

Jawab Iblis, "Semua itu adalah anugerah daripada Tuhan Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabbur menjadikan hamba menjadi sejahat–jahatnya. Tuan lebih tahu bahwa hamba telah beribu-ribu tahun menjadi ketua kepada seluruh Malaikat dan pangkat hamba telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian hamba tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa lama. Tiba-tiba datang firman Allah S.W.T. hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka hamba pun membantah. Lalu Allah menjadikan lelaki (Nabi Adam a.s.) lalu dititahkan sekalian Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali hamba yang ingkar. Oleh itu, Allah murka kepada hamba dan muka hamba yang cantik molek dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan hodoh. Hamba merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah sekalian bidadari. Hamba bertambah dengki dan dendam kepada mereka. Akhirnya hamba berhasil menipu melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Kedua mereka berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak.

Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun hamba masih tidak puas hati dan pelbagai tipu daya hamba lakukan hingga Hari Kiamat.

Sebelum tuan lahir ke dunia, hamba serta bala tentera hamba dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahsia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian hamba turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain daripada apa yang sebenarnya hamba dapat ( dari berita langit ), dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan pelbagai kitab bid'ah dan kacau-balau. Tetapi pada saat tuan lahir ke dunia ini, maka hamba tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahsia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika hamba berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tentera hamba yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahan hamba dan tentera hamba untuk menjalankan tugas hasutan."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (4) :

"Hai Iblis! Apakah yang pertama kali engkau tipu pada manusia?"

Jawab Iblis, "Pertama sekali hamba palingkan niatnya, imannya kepada kafir dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, hamba akan tarik dengan cara mengurangkan pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemahuan jalan hamba."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (5) :

"Hai Iblis! Jika umatku sembahyang kerana Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis, "Sebesar-besar kesusahan kepada hamba. Gemetarlah badan hamba dan lemah tulang sendi hamba. Maka hamba kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya. Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sembahyang, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis solat, hilangkan khusyuknya – matanya senantiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya sentiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud lama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya sentiasa hendak cepat habis sembahyang, itu semua membawa kepada kurang pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka hamba sendiri akan menghukum mereka seberat-beratnya."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (6) :

"Jika umatku membaca Al-Quran kerana Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis, "Jika mereka membaca Al-Quran kerana Allah, maka rasa terbakarlah tubuh hamba, putus-putus segala urat hamba lalu hamba lari daripadanya."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (7) :

"Jika umatku mengerjakan haji kerana Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis, "Binasalah diri hamba, gugurlah daging dan tulang hamba kerana mereka telah mencukupkan rukun Islamnya."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (8) :

"Jika umatku berpuasa kerana Allah, apa yang terjadi pada dirimu?"

Jawab Iblis,"Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepada hamba. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan sekalian Malaikat menyambut dengan suka cita.

Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa.

Yang menghancurkan hati hamba ialah segala isi langit dan bumi; yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan keampunan orang yang berpuasa Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga.

Pada hari umat tuan mula berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkap hamba dan tentara hamba; jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami."

"Setelah habis umat tuan berpuasa barulah hamba dilepaskan dengan amaran agar tidak mengganggu umat tuan. Umat tuan sendiri telah merasa ketenangan berpuasa seperti mana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan dengan bulan biasa."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (9) :

"Hai Iblis! Bagaimana sekalian sahabatku kepada engkau?"

Jawab Iblis, "Sekalian sahabat tuan juga adalah seteru hamba yang paling besar. Tiada upaya hamba melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka kerana tuan sendiri telah berkata , "Sekalian sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikut mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk."

Sayidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersama tuan, hamba tidak dapat hampir kepadanya, apalagi setelah berdamping dengan tuan. Beliau begitu percaya atas kebenaran tuan hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan tuan sendiri telah mengatakan jika ditimbang sekalian isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Apalagi dia telah menjadi mertua tuan kerana tuan kahwin dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafaz Hadis tuan. Sayidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani hamba pandang wajahnya kerana dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan saksama. Jika hamba pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendi hamba kerana sangat takut. Ini kerana imannya sangat kuat apalagi tuan telah mengatakan,

"JIKALAU ada Nabi sesudah aku maka Umar pasti menggantikan aku",

kerana dia adalah orang harapan tuan serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'. Sayidina Usman Al-Affan lagi hamba tidak bisa mendekati, kerana lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantu tuan sebanyak dua kali. Kerana taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya kerana Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga tuan mengatakan,

"Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan tinta merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid."

Sayidina Ali Abi Talib pun itu hamba sangat takut kerana hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat bersopan, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka kerana dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah budak pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada semua berhala. Digelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' – dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan tuan sendiri berkata,

"Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya."

Tambahan pula dia menjadi menantu tuan menjadikan hamba bertambah takut kepadanya."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (10) :

"Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?"

Jawab Iblis, "Umat tuan itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan iaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan larangan-Nya seperti kata Jibrail a.s.,

"Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat."

Yang kedua umat tuan seperti tanah iaitu orang yang sabar, syukur dan redha dengan kurniaan Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga umat tuan seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka hamba pun sukacita lalu masuk ke dalam badannya, hamba putarkan hatinya ke lautan derhaka dan hamba tarik ke mana saja mengikut kehendak hamba. Jadi dia sentiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat. Lalu hamba goda minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umat tuan terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia sentiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta,berkelahi sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan pelacur."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (11) :

"Siapa yang serupa denganmu?"

Jawab Iblis, "Orang yang meringankan syariat tuan hamba dan membenci orang belajar agama Islam."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (12) :

"Siapa yang mencahayakan mukamu?"

Jawab Iblis, "Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (13) :

"Apakah rahsia engkau kepada umatku?"

Jawab Iblis, "Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka hamba gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sedari."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (14) :

"Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?"

Jawab Iblis, "Jika umat tuan hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah hamba dari mereka. Jika tidak hamba akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benih hamba dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua kerana kealpaan ibu bapanya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, hamba yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah rasa kenyang."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (15) :

"Dengan jalan apa tipu dayamu bisa dilawan manusia?"

Jawab Iblis, "Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis kesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air sembahyang, maka padamlah marahnya."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (16) :

"Siapakah orang yang paling engkau lebih suka?"

Jawab Iblis, "Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situ lah hamba mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (17) :

"Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?"

Jawab Iblis, "Orang yang tidur meniarap, orang yang matanya terjaga di waktu subuh tetapi menyambung tidur semula. Lalu hamba jadikan dia terlena hingga terbit fajar. Demikian juga pada waktu zohor, asar, maghrib dan isyak, hamba beratkan hatinya untuk solat."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (18) :

"Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?"

Jawab Iblis, "Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan solat tengah malam."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (19) :

"Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?"

Jawab Iblis, "Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya."

Pertanyaan Nabi S.A.W. (20) :

"Apa lagi yang memecahkan mata engkau?"

Jawab Iblis, "Orang yang taat kepada kedua ibubapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakai mereka selama mereka hidup, kerana tuan telah bersabda,

"Syurga itu di bawah tapak kaki ibu "

"Ya Allah, lindungilah hamba dari godaan syaitan dan iblis yang terkutuk. Janganlah engkau jadikan hati hamba condong kepada kesesatan sesudah engkau memberi petunjuk kepada hamba dan kurniakanlah hamba rahmat dari sisi-Mu, kerana sesungguhnya engkau lah maha pemberi karunia. Dan berilah hamba kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta peliharalah hamba dari siksa neraka, Amin ya rabbal alamin…"

KISAH NABI IDRIS

Nabi Idris 'alaihissalam adalah seorang nabi yang Allah puji akan sifat pembenaran yang sempurna, mempunyai ilmu yang sempurna, keyakinan yang kokoh, dan banyaknya amal shaleh. Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mengangkat namanya ke seluruh penjuru alam, serta Allah angkat kedudukannya di antara makhluk yang dekat dengan-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikianlah komentar Syaikh As-Sa'di dalam menafsirkan Surat Maryam: 56-57.

Dalam Alquran dan sunah tidaklah terlalu panjang lebar cerita akan Nabi Idris 'alaihissalam. Dalam Alquran hanya tiga ayat yang menyebut langsung tentangnya. Di antaranya,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا {56} وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا {57}

"Dan ingatlah apa di dalam al-Kitab tentang Nabi Idris. Dia adalah seorang sangat pembenar, lagi seorang Nabi." (QS. Maryam: 56-57)

Mujahid menjelaskan tentang ayat tersebut bahwa Nabi Idris 'alaihissalam diangkat ke langit dalam keadaan tidak mati seperti Nabi Isa 'alaihissalam (Tafsir Ath-Thabari, 72:16 dengan sanad yang shahih). Ada riwayat lain yang menjelaskan bahwa dia diangkat malaikat ke langit, kemudian datanglah malaikat maut mencabut nyawanya di sana, wallahu a'lam.

Nabi Idris 'alaihissalam bertemu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di langit yang keempat saat peristiwa mi'raj. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkan kedudukannya pada derajat yang tinggi di antara para nabi lainnya. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat yang lain,

وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ كَلٌّ مِّنَ الصَّابِرِينَ

"Dan Nabi Ismail, Nabi Idris, Nabi Dzulkifli, mereka termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Al-Anbiya: 85)

Demikian juga, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan dalam hadis sesuatu yang mengisyaratkan tentang sifat Nabi Idris 'alaihissalam. Beliau bersabda:

"Adalah seorang nabi dari para nabi yang menggaris nasib, maka barang siapa yang mampu melakukannya (dengan bekal ilmu yang pasti dan mencocoki), maka hal itu boleh baginya." (HR. Muslim)

Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa nabi yang dimaksud (dalam hadis di atas) adalah Nabi Idris 'alaihissalam. Imam Nawawi menjelaskan tentang hadis ini, "Maksud yang sesungguhnya menggaris nasib itu hukumnya haram, dikarenakan hal itu tidaklah dilakukan kecuali dengan syarat harus dengan ilmu yang pasti dan mencocoki, dan tidak ada bagi kita. Adapun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyebutkan hukumnya, supaya tidak salah tafsir bahwa apa yang dilakukan nabi tersebut haram, karena memang nabi tersebut punya ilmunya sehingga boleh melakukannya. Adapun kita tidak punya ilmu tentangnya." (Syarh Muslim, 5:21)
Kapan Masa Hidup Nabi Idris 'Alaihissalam?

Terjadi perbedaan yang mendasar tentang riwayat Nabi Idris 'alaihissalam, apakah dia seorang nabi yang hidup sebelum Nabi Nuh 'alaihissalam ataukah sesudahnya? Ahli sejarah seperti Ibnu Katsir, Ath-Thabari, Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Asy-Syaukani, As-Suyuthi, dan lainnya menjelaskan bahwa Nabi Idris 'alaihissalam hidup sebelum Nabi Nuh 'alaihissalam. Alasan mereka:

1. Ditinjau dari nasab bahwa Nabi Idris itu nama aslinya adalah Khonukh yang termasuk nenek moyang nabi Nuh 'alaihissalam.

2. Tafsir ayat:

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَاءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَـنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

"Mereka itulah adalah orang-orang yang Allah telah beri nikmat, yaitu kalangan para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami angkat bersama Nuh dari keturunan Ibrohim dan Israil, dan dari orang-orang yang Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyangka dengan bersujud dan menangis." (QS. Maryam: 58)

Makna (من ذرية آدم) adalah nabi Idris 'alaihissalam. Sebab dalam ayat itu diurutkan tentang silsilah keturunannya. Dan Nabi Idris 'alaihissalam termasuk keturunan Nabi Adam 'alaihissalam yang tidak bersama Nabi Nuh 'alaihissalam dalam perahu. Berarti Nabi Idris 'alaihissalam urutannya sebelum Nabi Nuh 'alaihissalam.

3. Imam an-Nawawi berkata, "Perkataan Nabi Idris (مرحبا بالنبي الصالح والأخ الصالح) ) tidak menghalangi bahwa keberadaan Nabi Idris 'alaihissalam sebagai bapak nabi kita yakni Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab perkataan 'saudara yang shaleh' mengandung pengertian bahwa itu sebagai bahasa lembut dan beradab, di mana memakai lafaz saudara sekalipun ia anak laki-lakinya karena para nabi semuanya bersaudara, demikian juga orang-orang mukmin semuanya bersaudara." (Syarh Muslim, 2:220).

Adapun ulama yang lain, seperti Al-Qurthubi, Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Utsaimin, dan lainnya menyatakan bahwa Nabi Idris 'alaihissalam itu hidup sesudah Nabi Nuh 'alaihissalam. Mereka beralasan:

1. Perkataan manusia kepada Nabi Nuh 'alaihissalam di saat meminta syafa'at:

"Wahai Nuh…! Engkau adalah rasul pertama yang Allah utus untuk penduduk bumi."

Di sini telah jelas bahwa tidak ada rasul sebelum Nabi Nuh. Jadi kalau Nabi Idris termasuk rasul maka tidak mungkin dia hidup sebelum Nabi Nuh.

2. Tafsir QS. An-Nisa: 163. Di sini para nabi diurutkan sesudah Nabi Nuh 'alaihissalam, termasuk di antaranya Nabi Idris 'alaihissalam, berarti masanya setelah Nabi Nuh 'alaihissalam.

3. Ucapan Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya bahwa Nabi Idris 'alaihissalam adalah Nabi Ilyas 'alaihissalam. Dan telah jelas diketahui bahwa Nabi Ilyas 'alaihissalam hidupnya setelah Nabi Nuh.

4. Perkataan Nabi Idris 'alaihissalam sendiri ketika bertemu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di langit keempat (dalam peristiwa mi'raj) (مرحبا بالنبي الصالح والأخ الصالح) ("Selamat datang wahai Nabi yang shaleh dan saudara yang shaleh!"). kalau Nabi Idris 'alaihissalam hidup sebelum Nabi Nuh 'alaihissalam. Tentu ia akan mengatakan: (مرحبا بالنبي الصالح والأخ الصالح) ("Selamat datang wahai Nabi yang shaleh dan anak yang shaleh!") sebagaimana ucapan Nabi Adam dan Nabi Ibrahim 'alaihissalam.

Ada lagi pendapat yang tidak memihak, di antaranya adalah:

1. Ibnu Hajar berkata, "Pengertian bahwa Nabi Nuh sebagai rasul yang pertama itu berkaitan dengan penduduk bumi. Sebab di zaman Nabi Adam tidak ada penghuni di bumi ini melainkan keluarganya saja, jadi kerasulan Nabi Adam ibarat pendidikan untuk anak-anaknya. Juga mengandung pengertian bahwa kerasulan Nabi Nuh itu untuk anak-anaknya dan selainnya yang sudah menyebar di beberapa daerah. Adapun Nabi Adam, kerasulannya hanya terbatas pada anaknya dan mereka dalam satu daerah saja. Adapun tentang Nabi Idris terjadi masalah, karena keberadaannya sebelum atau sesudah Nabi Nuh diperselisihkan." (Fathul Bari, 6:418)

2. Al-Qadhi Iyadh berkata, "Bila Nabi Idris itu adalah Nabi Ilyas dari Bani Israil maka berarti ia hidup sesudah Nabi Nuh, sehingga benarlah bahwa Nabi Nuh adalah seorang nabi dan rasul yang pertama dan Nabi Idris pun juga seorang nabi dan rasul. Adapun Nabi Adam dan anaknya Syits, sekalipun juga seorang rasul, tetapi hanya terbatas pada anak-anaknya dan keluarganya; mengingat saat itu belum ada orang kafir. Keduanya mengajarkan iman dan taat kepada Allah Ta'ala. Lain lagi dengan Nabi Nuh, ia diutus kepada orang-orang kafir yang sudah mulai ada di bumi. Dan inilah barangkali pedanpat yang lebih dekat bahwa Nabi Adam dan Idris 'alaihissalam keduanya bukanlah seorang rasul melainkan keduanya nabi." (Syarh Muslim oleh Imam an-Nawawi, 3:55)

Sumber: Majalah Al-Mawaddah, Edisi 11 Tahun ke-1 Jumadal Ula 1429/Juni 2008

KEMBALINYA NABI ISA KE BUMI

SETELAH Dajjal muncul dan melakukan perusakan dan penghancuran di muka bumi, Allah mengutus Isa 'alaihissalam untuk turun ke bumi turun di menara putih di timur Damsyiq, Siria. Beliau mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za'faran; beliau taruh kedua telapak tangan beliau di sayap dua orang Malaikat. Bila beliau menundukkan kepala, meneteslah / menurunlah rambutnya, dan bila diangkat kelihatan landai seperti mutiara. Dan tidak ada orang kafir yang mencium nafasnya kecuali akan mati, dan nafasnya itu sejauh pandangan matanya.

Beliau akan turun pada kelompok yang diberi pertolongan oleh Allah yang berperang untuk menegakkan kebenaran dan bersatu-padu menghadapi Dajjal. Nabi Isa as. turun pada waktu sedang diiqamati shalat, lantas beliau shalat di belakang pemimpin kelompok itu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Ketika Allah telah mengutus al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyiq dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan za'faran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara. Maka tidak ada orang kafirpun yang mencium nafasnya kecualipasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lain Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya dipintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi oleh Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang derajat mereka di surge," (Shahih Muslim, Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa 'ah, Bab DzikrAd-Dajjal 18: 67-68).

Ibnu Katsir berkata,

"Inilah yang termasyhur mengenai tempat turunnya Isa, yaitu di menara putih bagian timur Damsyiq. Dan dalam beberapa kitab saya baca beliau turun di menara putih sebelah timur masjid Jami' Damsyiq, dan ini rupanya pendapat yang lebih terpelihara. Karena di Damsyiq tidak dikenal ada menara di bagian timur selain di sebelah Masjid Jami' Umawi di Damsyiq sebelah timur. Inilah pendapat yang lebih sesuai karena beliau turun ketika sedang dibacakan iqamat untuk shalat, lalu imam kaum Muslimin berkata kepada beliau, "Wahai Ruh Allah, majulah untuk mengimami shalat." Kemudian beliau menjawab, "Anda saja yang maju menjadi imam, karena iqamat tadi dibacakan untuk Anda." Dan dalam satu riwayat dikatakan bahwa Isa berkata, "Sebagian Anda merupakan amir (pemimpin) bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah untuk umat ini," (Shahih Muslim).

Tersebarnya Keamanan dan Barakah pada Zaman Isa AS

Betapa menyenangkan seandainya kita termasuk yang mendapatkan karunia untuk tinggal semasa dengan nabi Isa as. Karena di masa beliau kehidupan manusia benar benar aman dan damai, bahkan kedamaian itu bukan hanya milik manusia, tetapi juga merata hingga kepada binatang.

Zaman Isa 'alaihissalam (setelah turun kembali ke bumi) ini merupakan zaman yang penuh keamanan, kesejahteraan, dan kemakmuran serta kelapangan. Allah menurunkan hujan yang lebat, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan serta banyak barakahnya, harta melimpah ruah; dendam, dengki, dan kebencian hilang sirna.

Dalam hadits Nawwas bin Sam'an yang panjang yang membicarakan tentang Dajjal, turunnya Isa, keluarnya Ya'juj dan Ma'juj pada zaman Isa 'alaihissalam, dan do'a Isa agar mereka dihancurkan, Rasulullah saw bersabda:

"… Kemudian Allah menurunkan hujan, dan tak ada rumah tanah liat maupun bulu yang dapat menahan airnya, lantas mencuci bumi hingga bersih seperti cermin kaca. Kemudian diperintahkan kepada kami: 'Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalikanlah barakahmu.' Maka pada hari itu sejumlah orang dapat memakan buah delima dan bernaung di bawahnya. Dan susupun diberi barakah, sehingga susu seekor unta bunting yang sudah dekat melahirkan dapat mencukupi banyak orang, susu seekor sapi mencukupi untuk orang satu kabilah, dan susu seekor kambing mencukupi untuk satu keluarga…." Shahih Muslim, Kitabul Fitan, Bab Dzikrid Dajjal 18: 63-70.

Rasulullah saw bersabda :

"Demi Allah, sesungguhnya Isa putra Maryam akan turun ke bumi sebagai hakim yang adil, akan membebaskan jizyah, unta-unta muda akan dibiarkan hingga tidak ada yang mau mengurusinya lagi, sifat bakhil, saling membenci, dan saling dengki akan hilang, dan orang-orang akan memanggil-manggil orang lain yang mau menerima hartanya (shadaqahnya), tetapi tidak ada seorangpun yang mau menerimanya," Shahih Muslim, Bab Nuzuuli Isa 'Alai­hissalam 2:192.

Imam Nawawi berkata, "Maknanya, bahwa pada saat itu orang-orang sudah tidak tertarik lagi untuk memelihara unta karena banyaknya harta kekayaan, keinginan sedikit, kebutuhan tidak ada, dan sudah tahu bahwa kiamat telah dekat. Dan disebutkannya lafal al-qilash (unta muda) dalam hadits ini karena unta muda itu merupakan harta yang paling baik bagi bangsa Arab (pada waktu itu).

Kiamat di Ambang Pintu

Masa tinggal Isa di bumi setelah turun dari langit menurut riwayat adalah se­lama tujuh tahun, dan menurut sebagian riwayat yang lain lagi selama empat puluh tahun. Setelah itu wafat pula Imam Mahdi dan Al Qahthani yang melanjutkan kepemimpinannya. Tidak lama setelah itu, terbitlah matahari dari barat dan binatang melata yang keluar dari perut bumi yang memberikan tanda kufur dan iman atas setiap manusia.

Ketika itu setiap mukmin segera mengetahui bahwa itulah detik detik kemunculan angina lembut dari yaman yang akan mencabut nyawa setiap mukmin. Setelah itu, tidak seorangpun manusia yang masih memiliki keimanan kecuali akan menemui ajalnya. Ketika seluruh penduduk manusia tidak lagi menyebut Allah, itulah kondisi seburuk-buruk manusia, dan kepada merekalah kiamat akan terjadi. Wallahu a'lam bish shawab.

Sumber : AKHIRZAMAN/ISLAMPOS

…… Subhanallah Wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik

BENARKAH DAJJAL SUDAH DATANG ?

REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI – Kita mungkin tahu dengan nama Dajjal. Mendengar namanya saja sudah bikin merinding. Sosok yang digambarkan akan muncul pada akhir zaman dengan mengaku sebagai tuhan dan menebarkan fitnah di muka bumi. Sampai Nabi Isa datang kemudian membunuhnya. Tetapi apakah anda tahu siapakah Dajjal sebenarnya?

Hadis Huzaifah ra menyebutkan, Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Dajjal adalah orang yang buta matanya sebelah kiri, lebat (panjang) rambutnya serta dia mempunyai surga dan neraka. Nerakanya itu adalah surga dan surganya pula adalah neraka (Hadis Shahih Muslim)

Ada beberapa ciri-ciri Dajjal yg disebutkan dalam Hadis Rasulullah SAW, diantaranya:
Seorang yg kelihatannya masih muda; Berbadan Besar dan agak kemerahan; Rambutnya keriting dan tebal. Tampak dari belakang seolah-olah dahan kayu yg rimbun.

Sadarkah kalau secara tersirat ciri-ciri fisik Dajjal merupakan perumpamaan dari fenomena-fenomena yang terjadi di dunia saat ini. Dalam hadisnya, Rasulullah S.A.W menerangkan bahwa Dajjal buta pada salah satu bagian matanya, ini menunjukkan bahwa sebenarnya Dajjal hanya melihat dengan satu mata saja.

Kita pasti ingat dengan peristiwa yang dialami seorang bocah di Cina yang tewas karena terlindas truk di pasar tanpa ada satupun orang yang menolongnya. Padahal pada saat ini keadaan disekitar tempat kejadian sangat ramai. Saat ini manusia cenderung bersikap indiviualis, materialis, bahkan lupa terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan. Mereka hanya sibuk dengan urusan dunianya saja sehingga mereka tidak lagi melihat dengan mata hatinya.

Rambut Dajjal yang keriting dan tebal, rambut keriting sendiri mengisyaratkan susunan rambut yang tidak beraturan. Hal ini merupakan gambaran kondisi kehidupan manusia yang penuh dengan huru-hara, perang dimana-mana, banyak nyawa tak berdosa hilang sia-sia, perbuatan maksiat dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkkan.

Selain itu Dajjal juga mempunyai tubuh besar yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Saat ini banyak sekali pemimpin yang zalim, tidak amanah, serakah dan menggunakan kekuasaan yang dia miliki untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri, korupsi meraja rela sehingga membuat rakyatnya menderita.
Sejenak marilah kita renungkan, bukankah kesemua itu merupakan tanda-tanda kiamat?? Dan apakah saat ini Dajjal sudah muncul?? "Wallahu'alam"

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.(Q.S Yunus (10) : 24)

Penulis: Sayyidud Dlu'afa – Ilmu Komunikasi, Universitas Islam 45 Bekasi

KISAH HARUT MARUT




وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui." (QS. Al Baqoroh : 102)

KISAH dan  penyebutan nama Harut Marut dalam Al-Quran, hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 102. Bahkan, penyebutan kisahnya pun sangat pendek, tidak panjang juga tidak detail.

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Dan perbedaan ini erat kaitan dengan penafsiran maksud dari kata 'malakain' (dua malaikat).

Pendapat pertama, Harut dan Marut adalah dua nama kabilah jin yang mengajarkan sihir. Dengan demikian kata Harut dan Marut merupakan badal dari kata 'asy-syayâthîn' (setan-setan). Pendapat ini adalah dinisbahkan oleh Ibnu Katsir kepada pendapatnya Ibnu Hazm, hanya saja Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan pendapat ini adalah pendapat yang sangat aneh dan asing.

Lalu jika Harut dan Marut merupakan badal dari kata 'asy-syayâthîn', lalu siapakah yang dimaksud dengan 'malakain' dalam ayat tersebut? Menurut pendapat ini, kata 'malakain' dimaksudkan adalah Jibril dan Mikail. Hal ini mengingat orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Allah telah menurunkan Jibril dan Mikail untuk mengajarkan sihir, lalu Allah menolak anggapan tersebut, dengan mengatakan: "Sulaiman tidak kufur (tidak mengajarkan sihir), juga demikian dengan Jibril dan Mikail. Akan tetapi yang  kufur itu adalah setan-setan, di mana merekalah yang mengajarkan sihir kepada manusia di daerah Babil, yaitu melalui Harut dan Marut".

Demikian penggambaran Imam al-Qurthubi dalam al-Jâmi' li Ahkâmil Qur'an-nya, ketika menggambarkan penafsiran pendapat pertama. Hanya saja, pendapat ini, sebagaimana dikatakan Ibnu Katsir adalah pendapat yang sangat aneh dan  asing (aghrab jiddan).

Pendapat kedua mengatakan, Harut dan Marut adalah manusia jahat yang mengajarkan sihir  di daerah Babil, dan Babil adalah sebuah daerah di Irak atau di Kufah. Pendapat ini diutarakan oleh Imam Ibnu Jarir at-Thabari dalam tafsirnya Jâmiul Bayân fi Ta'wîl Al-Quran, ketika menjelaskan beberapa pendapat seputar maksud Harut dan Marut. Namun demikian, di akhir pemaparan Imam at-Thabari melemahkan pendapat ini.

Jika yang dimaksudkan dengan Harut dan Marut adalah manusia biasa, lalu siapa yang dimaksud dengan 'malakain'?

Sebagaimana pendapat pertama, pendapat ini mengatakan bahwa 'malakain' maksudnya adalah Jibril dan Mikail. Ini untuk menolak anggapan orang Yahudi saat itu yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman bin Daud bukan seorang Nabi akan tetapi seorang tukang sihir, yang mana sihirnya itu diajarkan melalui Jibril dan Mikail. Allah kemudian membantah anggapan demikian dengan mengatakan bahwa Jibril dan Mikail tidak mengajarkan sihir sedikitpun, sehingga dengan demikian Nabi Sulaiman terbebas dari tuduhan tersebut. Kelebihan yang dimiliki Nabi Sulaiman, bukanlah hasil dari sihir akan tetapi mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi-Nya.

Pendapat ketiga, mengatakan Harut dan Marut adalah orang shaleh dan sangat baik yang tinggal di Babil. Karena kesalehannya, orang-orang memuliakan dan menganggapnya seperti malaikat. Dengan demikian, kata 'malakain' dalam ayat di atas merupakan bentuk isti'arah atau majaz dari dua sosok manusia saleh yang bernama Harut dan Marut. Karenanya, kata Harut dan Marut merupakan badal dari kata 'malakain' hanya dalam pengertian majaz bukan pengertian sebenarnya sebagai malaikat.

Harut dan Marut, menurut pendapat ini, dapat mengetahui sihir dan bahkan keduanya yang meletakkan dasar-dasar ilmu sihir di negeri Babil, Irak. Keduanya orang baik dan tidak kufur dengan sihirnya itu, hanya saja orang-orang setelahnya yang menggunakan ilmu sihir tersebut untuk hal-hal tidak baik sehingga mereka menjadi kufur. Demikian pemaparan Thahir bin Asyur dalam at-Tahrir wat Tanwir-nya, ketika menjelaskan ayat 102 dari surat al-Baqarah.

Harut dan Marut, lanjut Ibnu Asyur, adalah dua nama suku Kaldan. Kata Harut merupakan nama Arab dari bahasa Kaldan, Hârûkâ, yang merupakan nama bulan sebagai symbol perempuan bagi suku Kandan. Sedangkan Marut merupakan nama Arab dari kata Mârûdâkh, yang merupakan nama bintang bagi suku Kaldan, sebagai simbol laki-laki.

Baik Hârûkâ maupun Mârûdâkh keduanya merupakan di antara bintang yang disucikan dan disembah oleh suku Kandan. Dan penyandaran kedua nama ini kepada nama bintang, adalah karena keyakinan mereka bahwa setiap orang saleh ketika sudah meninggal dunia, ia akan naik ke langit dan berubah dalam bentuk bintang atau benda langit lainnya. Dengan demikian, Harut dan Marut adalah dua orang saleh yang namanya kemudian diabadikan sebagai nama bintang sembahan suku Kaldan. Demikian pemaparan Ibnu Asyur dalam tafsirnya.

Sebagian ulama membacanya bukan 'malakain', akan tetapi 'malikain' (dengan membaca kasrah huruf lam-nya yang berarti dua raja). Di antara ulama yang membaca dengan 'malikain' ini, dinisbahkan oleh Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya, kepada pendapatnya ibnu Abbas, Ibn Abza, ad-Dhahhâk dan al-Hasan al-Bashri. Dan yang dimaksud dengan dua raja ini adalah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Hanya saja, bacaan ini adalah bacaan yang syadzdzah (ganjil), dan dilemahkan oleh Ibnul Araby.

Pendapat keempat, Harut dan Marut adalah malaikat yang diturunkan oleh Allah sebagai ujian dan cobaan bagi manusia saat itu. Keduanya mengajarkan sihir, dengan maksud agar orang-orang dapat membedakan mana sihir dan mana mukjizat. Hal ini penting mengingat sihir di daerah Babil saat itu sudah sangat membudaya dan membesar, sehingga mereka tidak dapat lagi membedakan antara mukjizat dan sihir. Mereka menganggap para nabi yang diutus bukan sebagai nabi akan tetapi tukang sihir. Allah lalu menurunkan dua malaikat, Harut dan Marut sebagai ujian bagi manusia saat itu. Mereka yang beriman akan tetap kokoh dengan keimanannya, dan mereka yang tidak beriman akan teperdaya dengan sihir tersebut.

Pendapat ini mengatakan, bahwa kata Harut dan Marut merupakan badal dari kata 'malakain', yang berarti dua malaikat dalam pengertian sebenarnya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, pendapat ini merupakan pendapat Jumhur ulama salaf, termasuk juga pendapat sebagian besar mufassirin, baik yang dahulu maupun yang belakangan.

Lalu jika ditanyakan, kalau seandainya Harut dan Marut itu adalah malaikat, bagaimana mungkin dia mengajarkan sihir yang jelas-jelas sangat dilarang?

Imam at-Thabari menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan: "Sesungguhnya Allahlah yang telah menurunkan kebaikan dan kejahatan semuanya. Dan Allah juga menjelaskan akibat dari semua itu kepada hamba-hamba-Nya. Allah kemudian mewahyukan kepada para utusan-Nya untuk mengajarkan kepada makhluk-Nya mana yang halal dan mana yang haram bagi mereka. Hal ini seperti zina, mencuri dan seluruh perbuatan maksiat lainnya yang diperkenalkan kepada manusia serta melarang manusia melakukannya. Dan Sihir juga termasuk salah satu dari makna dimaksud, yang disampaikan dan dilarang untuk menggunakannya".

Imam at-Thabari kemudian menukil pendapat yang mengatakan: "Mereka juga berpendapat: "Mengetahui ilmu sihir itu tidak berdosa, sebagaimana tidak berdosanya seseorang yang mengetahui cara membuat minuman keras, memahat patung. Letak dosa itu manakala ia mengamalkannya dan mempraktikkannya". Demikian di antara pemaparan Imam at-Thabari mengokohkan pendapat keempat ini.

Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menguatkan pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa Harut dan Marut merupakan dua malaikat yang diturunkan menjelaskan bahaya sihir sebagai ujian dan fitnah bagi manusia. Dan bagi Allah, lanjut al-Qurthubi, sangat berhak untuk menguji hamba-Nya menurut kehendak-Nya, sebagaimana Dia telah menguji dengan sangat Thalut. Karena itu, kedua malaikat itu berkata: "kami adalah fitnah maksudnya ujian dari Allah, kami mengabarkan bahwa sihir itu adalah perbuatan kufur. Jika kamu mengikuti nasihat kami, niscaya akan selamat, dan jika kamu tidak mengikuti kami, niscaya kamu celaka dan binasa".

Dalam kesempatan lain, Imam  al-Qurthubi mengatakan bahwa Harut dan Marut itu diturunkan untuk mengajarkan kepada manusia larangan melakukan sihir. Keduanya mengatakan: "Janganlah kalian melakukan ini, jangan melakukan itu", dan seterusnya.

Syaikh Thanthawi, rahimahullah, Syaikhul Azhar sebelumnya, dalam tafsirnya at-Tafsîr al-Wasîth menuturkan: "Jumhur mufassirin berpendapat bahwa kedua malaikat itu adalah dalam pengertian sebenarnya malaikat. Keduanya diturunkan oleh Allah untuk mengajarkan sihir kepada manusia sebagai ujian dan cobaan. Hal ini untuk menolak anggapan tukang sihir saat itu yang mengatakan bahwa para nabi itu dusta, juga mereka memengaruhi dan mengajak orang-orang saat itu untuk menyembah selain Allah. Kemudian Allah mengutus dua malaikat yang bernama Harut dan Marut.

Hanya saja, keduanya tidak mengajarkan sihir kepada siapa pun kecuali keduanya menasihati dengan mengatakan  bahwa apa yang diajarkannya itu  adalah bentuk sihir yang tujuannya sebagai ujian, untuk memisahkan mana yang mengikuti kemaksiatan sehingga ia sesat dibuatnya, dan mana yang meninggalkan kemaksiatan sehingga ia berada dalam petunjuk dan cahaya dari Allah. Di samping itu juga untuk menampakkan perbedaan yang nyata antara mukjizat dengan sihir".

Kemudian perlu disampaikan juga, riwayat-riwayat yang berkaitan dengan kisah Harut dan Marut ini sangat banyak. Riwayat-riwayat dimaksud datang bukan dari Rasulullah saw, akan tetapi dari para tabi'in, seperti Mujahid, Hasan Bashri, Qatadah dan lainnya. Tidak ada riwayat yang sahih yang langsung menyambung kepada Rasulullah saw.

Ada satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya yang bersambung kepada Rasulullah saw, hanya saja riwayatnya lemah, karena di dalamnya ada rawi bernama Musa bin Jubair, yang oleh para ulama hadis seperti Imam al-Haitsami dalam Majmauz Zawâid dinilai sebagai rawi daif. Terlebih, menurut para ulama, riwayat-riwayat seputar kisah Harut dan Marut yang banyak disebutkan dalam kitab-kitab tafsir seperti dalam Tafsir at-Thabari adalah berita-berita Israiliyyat yang tertolak.

Mengakhiri pembicaraan Harut Marut ini, ada perkataan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menafsirkan surat al-Baqarah ayat 102 di atas. Ibnu Katsir mengatakan:  "Kisah Harut dan Marut banyak diriwayatkan kisahnya dari sekelompok tabi'in seperti Mujahid, as-Suddy, al-Hasan al-Bashri, Qatadah, Abul 'Âliyyah, az-Zuhry, ar-Rabi' bin Anas, Muqatil, Ibnu Hayyan dan yang lainnya. Demikian juga, kisahnya banyak diceritakan oleh para mufassir, baik yang terdahulu ataupun yang belakangan. Kesimpulannya, semua kisah secara teperincinya merupakan kisah-kisah Bani Israil, karena tidak ada satu pun hadis Marfu' yang sahih yang bersambung sanadnya kepada Rasulullah saw yang menceritakan akan hal itu. Sedangkan Al-Quran menceritakan kisahnya secara global, tanpa penjelasan yang panjang.  Karena itu, kami mengimani apa yang ada dalam Al-Quran menurut kehendak Allah, dan hanya Allah yang lebih mengetahui hakikat Sebenarnya

MASUK ISLAMNYA UMAR IBNU KHATAB

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 2:137)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.(Al Qur'an). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (Q.S. 4:174-175)

Dari Jubair bin Nuth'im r.a. berkata : Rasulullah saw. pernah bersabda : "Hendaklah kamu sekalian bergembira, karena sesungguhnya Al-Qur'an ini ujungnya (ada) di tangan Allah dan ujungnya yang lain di tangan kamu sekalian; maka dari itu hendaklah kamu berpegang teguh kepadanya, maka sungguh kamu tidak akan binasa dan tidak pula akan sesat selama-lamanya." (Riwayat at-Thabrani)

Umar bin Khatthab adalah salah seorang sahabat terdekat Rasulullah saw. dan termasuk khulafaurasyidin. Ia merupakan pribadi yang dibekali tabiat yang peka dan kuat. Bila ia mengambil pendirian maka akan ia pegang hingga mencapai akhir. Semenjak belum mengenal Islam-pun, sifat dan tabiatnya sudah seperti itu. Dalam sebuah riwayat yang menceritakan bagaimana akhirnya Umar dapat tunduk terhadap ayat suci Al-Qur'an:

Pada suatu hari, Umar keluar dengan pedang terhunus dan melangkahkan kakinya ke rumah Arqam, tempat Rasulullah saw. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Nu'aim bin Abdillah. Nu'aim bertanya kepada Umar "Hendak ke mana hai Umar?"

"Mencari si murtad itu" jawab Umar, "yang telah memecah belah kesatuan negeri Quraisy serta mempersetankan cendekiawannya, menghina agamanya dan mencaci maki tuhan-tuhannya. Akan saya tamatkan riwayatnya!"

Umar merasa saat itu dirinyalah yang paling benar, bahkan sangat bencinya kepada Muhammad dan mengatakan bahwa Muhammad dan pengikutnya telah murtad dari agama kaumnya. Hingga kesabaran Umar habis dan dikejarnya Muhammad. Kemudian apa yang terjadi setelah itu? Ketika diketahuinya dari Nu'aim bahwa adiknya pun telah menjadi pengikut Muhammad, maka langkah kakinya kini diarahkan ke rumah adiknya itu. Dengan amarah yang menyala-nyala Umar pun sampai di sana. Akan tetapi ayat-ayat Allah mampu menundukkan Umar bin Khatthab. Ia pun akhirnya menjadi pembela Islam yang paling unggul.

Inilah gambaran bahwa petunjuk Allah datang dalam kondisi yang beragam. Ia dapat turun ke dalam berbagai macam komunitas dan kalangan. Bahkan terhadap orang yang teramat memusuhi petunjuk itu sekalipun. Kisah Umar di atas merupakan gambaran bahwa seorang manusia pun tidak lantas dengan mudah menilai manusia lainnya sebelum jelas bukti kebenarannya. Umar melakukan yang demikian itu pun karena Rasulullah saw. pun pernah mengatakan "Apakah kamu bisa membelah isi hati manusia?".

Bagi seorang Umar bin Khatthab, rupa lahir yang tampak sekilas pandang tidaklah cukup untuk mengadakan penilaian terhadap orang lain. Pernah didengarnya seseorang menyanjung orang lain dengan ucapan:

"Ia seorang yang lurus".

Maka ditanya oleh Umar:

"Pernahkah suatu hari kamu mengadakan perjalanan bersamanya?"

"Tidak", jawabnya

"Ataukah pernah kamu suatu kali bermusuhan dengannya?"

"Tidak"

"Kalau begitu tidak ada pengetahuanmu mengenai orang itu; mungkin kamu melihatnya sedang shalat di masjid!"

Beginilah Umar mencontohkan bagaimana kita sebaiknya membuat pandangan dan penilaian terhadap orang lain yang belum kita kenal sepenuhnya. Apalagi kondisi zaman sekarang yang serba tidak menentu. Dalam sebuah hadits dikatakan:

Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: saya pernah Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut pengetahuan agama sesudah Ia memberikan kepada mereka dengan sekali cabut, tetapi Dia mencabutnya dari mereka itu beserta kematian orang-orang yang berpengetahuan agama dengan pengetahuan mereka, lalu tinggallah orang-orang yang bodoh, mereka meminta fatwa, lalu mereka memberikan fatwa dengan pikiran mereka, maka mereka sama sesat dan menyesatkan." (Riwayat Bukhari)

Di riwayat yang lain: "Sehingga tidak ada lagi orang yang mengerti tentang urusan agama, segenap manusia mengangkat ketua orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya, lantas memberi fatwa dengan tidak ada pengetahuan, maka sesatlah mereka dan menyesatkan."

Berabad jaraknya antara hari ini dan zaman Rasulullah saw. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan akan datang suatu zaman kekacauan yang digambarkan dalam hadits di atas. Lantas bagaimana caranya agar kita tetap bertahan dalam nilai kebenaran dan nilai petunjuk?

Petunjuk Nabi saw. adalah sebaik-baik petunjuk, seperti dikatakan oleh Umar ibnul Khaththab r.a., "Keduanya (Al-Qur'an dan sunnah) adalah kalam dan petunjuk, sebaik-baik kalam adalah kalam Allah SWT dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw.."

Umar mengutip redaksi ini dari sabda Rasulullah saw. yang diucapkan oleh beliau dalam khotbahnya, "Amma ba'du. Sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah Kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perbuatan bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat."

Inilah yang dapat dilakukan oleh kita selaku umat Islam, yaitu dengan tetap berpegang teguh kepada apa yang telah disabdakan Nabi saw. seperti yang tertera dalam keterangan di atas. Ditambah lagi, kondisi umat Islam yang hari ini semakin kritis, maka sangatlah diperlukan hadirnya sebuah "petunjuk" yang betul-betul dapat menyelamatkan nasib umat Islam dunia.

Hadirnya petunjuk Allah dapat mengubah seorang Umar hingga ia jadi pembela Islam yang tangguh. Mudah-mudahan pula citra petunjuk itu dapat kita gali dan maknai, agar umat Islam mendapatkan kembali tempat kejayaannya di mata dunia. Manusia akan mencapai puncak peradabannya, menjadi umat yang satu manakala mereka kembali kepada petunjuk Allah yang hakiki, Al-Qur'an. Itulah jalan yang lurus yang dikehendaki oleh Allah.

Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. 2:213)