رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Kamis, 03 Mei 2012

Kisah Nabi Idris Melihat Surga Dan Neraka


Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.
Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.
Dengan tubuh lemas Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Kemudian Izrael membawa Nabi Idris ke surga. “Assalamu’alaikum…” kata Izrael kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat tampan.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau  tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah:
“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
***
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.

Perbedaan Kita Dengan Mereka




Sikap orang Yahudi dan Nasrani berbeda. Sekalipun di antara mereka terhadap kaum Muslimin memiliki kesepakatan. Orang Yahudi melakukan peperangan dengan kata-kata dan perang pisik, yang dilandasi oleh kebencian dan kedengkian serta dusta, yang tidak akan pernah berhenti. Sepanjang kehidupan ini.
Sedangkan orang Nasrani mendukungnya dan mengikuti jejak orang Yahudi, yang menghalangi-halangi manusia beriman kepada agama Allah Rabbul Alamin, al-haq (Islam). Orang Yahudi dan Nasrani satu dengan lainnya, saling tolong-menolong dan melindungi di antara mereka.
Ketika Abu Bakar memasuki Baitul Maqdis (al-Aqsha), ia menjumpai sekelompok orang Yahudi sedang berkumpul dengan seorang pendeta mereka yang bernama Fanhas. Abu Bakar berkata:
"Celakalah engkau. Hai Fanhas! Bertaqwalah kepada Allah dan masuklah dalam agama Islam. Wallahi. Engkau benar-benar telah mengetahui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Ia datang kepada kaum dengan membawa kebenaran dari sisi-Nya yang tertulis di dalam Taurat dan Injil".
Pendeta Fanhas menjawab dengan sombong:
"Wallahi. Hai Abu Bakar. Kita tidak membutuhkan Allah. Justru Dia lah yang menghajatkan kita. Kita tidak tunduk kepada-Nya, sebagaimana Ia tunduk kepada kita. Kita tidak memerlukan Dia. Jika memang Allah itu kaya, tentu Dia tidak meminjam kepada kita seperti yang dikatakan oleh temanmu (Muhammad) itu. Dia melarang kamu dari riba dan membolehkannya buat kami. Sekiranya Dia kaya, tentu Dia tidak memberikan riba itu kepada kami!".
Mendengar perkataan Fanhas itu, Abu Bakar sangat marah. ia memukul muka Fanhas dengan sangat keras, sambil berkarta: "Demi Dzat Yang jiwaku di tangan-Nya. Jika tidak ada perjanjian di antara kita, pasti aku sudah membunuhmu, hai musuh Allah!". Kemudian, Fanhas melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah. Setelah beliau menanyakannya kepada Abu Bakar, maka Abu Bakar menjawab: "Wahai Rasulullah. Sesungguhnya Fanhas telah menghina Allah!". Tetapi, Fanhas menolak dan tidak mengakuinya. Kemudian turunlah ayat berikut:

لَّقَدْ سَمِعَ اللّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاء سَنَكْتُبُ مَا قَالُواْ وَقَتْلَهُمُ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُواْ عَذَابَ الْحَرِيقِ ﴿١٨١﴾
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya'. Kami telah mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-Nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'rasakanlah oleh azab yang membakar'."(QS. al-Imran [3] : 181)

Sepanjang sejarah mereka terus membuat rencana, gerakan, makar, dan permusuhan, kedengkian yang amat sangat terhadap orang Mukmin. Mereka tidak akan pernah berhenti memusuhi dan memerangi orang-orang Mukmin. Karena kesesatan mereka dalam masalah aqidah, yang berpangkal dari kesombongan mereka. Orang Yahudi dan Nasrani, satu dengan lainnya saling tolong menolong dan melindungi di antara mereka. Karena keduanya musyrik.
Mereka akan senantiasa menghalang-halangi manusia menuju jalan Allah. Mereka tidak suka melihat manusia berbondog-bondong masuk ke dalam agama Allah. Karena itu, mereka membuat makar, dan berbagai cara, sebagai "wasilah" untuk menghalangi manusia kepada jalan kebenaran (al-haq).
Segala bentuk kedurhakaan, kemaksiatan, kemunkaran, kesesatan, penyelewengan, dan dosa, serta peperangan adalah produk dari mereka, Yahudi dan Nasrani. Mereka terus menghalangi-halangi manusia menuju jalan Allah dengan sangat keji. Sebagaimana mereka menciptakan permusuhan terhadap kaum Aus dan Khazraj, yang telah masuk ke dalam agama Islam. Firman-Nya:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنتُمْ شُهَدَاء وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٩٩﴾يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوَاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ ﴿١٠٠﴾
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendaki menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan? Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan'. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengkuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman". (QS. al-Imran [3] : 99-100)

Orang-orang Yahudi itu, mereka menginginkan agar orang-orang Nasrani tetap dalam kesesatannya, dan musyrik terhadap agama Allah, serta tidak ingin orang-orang Nasrani mengikuti agama Islam. Orang-orang Yahudi memasukkan kesesatan ke dalam agama Nasrani, dan karena mereka bersama-sama memusuhi agama Allah, al-Islam.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعُواْ أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن قَبْلُ وَأَضَلُّواْ كَثِيرًا وَضَلُّواْ عَن سَوَاء السَّبِيلِ ﴿٧٧﴾
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampui batas) dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus'."(QS. al-Maidah [5] : 77)

Itulah sebabnya mengapa al-Qur'an menyebutkan tentang orang-orang Yahudi begitu keras. Yakni dengan menyebutkan sejarah mereka, mengungkap sifat-sifat mereka dan kerusakan hati mereka, karena dipenuhi dengan kedengkian, khianat, nafsu, serta penuh dengan tipu daya. Sama hal nya itu, dan hal itu juga dilakukan oleh orang-orang Nasrani.
Maka, menghadapi mereka yang sangat sombong dengan penuh permusuhan dan kedengkian, serta sikap khianat itu, kita orang-orang Mukmin, kita harus ikhlas kecintaan kepada Rabbul Alamin. Mengarahkan (mengorientasikan) hidup kita hanya untuk menyembah, taat, tunduk, berbakti, berserah diri hanya kepada Allah Rabbul Alamin.
Orang-orang Mukmin harus menjadi antitesa dari mereka (orang-orang musyrik), Yahudi dan Nasrani, yang hidupnya hanyalah untuk kepentingan dunia dan kenikmatan dunia. Sampai-sampai mereka mengatakan bahwa Allah itu miskin, dan berhutang kepada mereka. Itulah bentuk kesombongan yang sangat luar biasa terhadap Allah Rabbul Alamin. Itulah perbedaan antara kita (orang-orang Mukmin) dengan mereka (orang-orang musyrik - Yahudi dan Nasrani).
Sa'ad bin Abi Waqqash ra sebelum pecah perang Qadisiyah, mengutus Rib'iy bin Amir untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Maka Rib'iy menghadap Rustum yang tengah duduk diatas singgasananya yang bertahtakan emas berlian dalam ruangan yang penuh dengan hiasan indah dan mewah. Rib'iy memasuki ruangan istana Rustum dengan pakaian yang kasar sambil menyandang alat perang, dan tetap menaiki kudanya, sehigga merusak permadani yang sangat tebal dan indah Rustum. Setelah mengikatkan kudanya yang pendek ke salah satu ujung kain bantal Rustum, ia menghadapnya dengan tetap tidak merubah penampilannya.
Para pengawal Rustum menegurnya, "Letakkan senjatamu!". Mendengar teguran itu, Rib'iy berkata, "Aku datang ke sini karena diundang kalian. Kalau kalian tidak suka dengan penampilanku seperti ini, aku akan kembali". Rustum angakat bicara, "Biarnkanlah dia!". Maka Rib'iy berdiri dihadapan Rustum sembari bersandar pada tombaknya.
"Apa yang engkau bawa?" tanya Rustum. Rib'iy menjelaskan, "Allah Ta'ala telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia yang Dia kehendaki dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan terhadap Allah saja, dari kesempitan dunia menuju kelapangan akhirat, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam,"ujar Rib'iy.
Hanya dengan sikap yang sangat jelas, yaitu iman dan aqidah orang-orang Mukmin yang kuat, dapat tegak menghadapi orang Yahudi, Nasrani, serta kafirin-musyrikin, di tengah-tengah semakin rusaknya aqidah dan iman kaum Mukmin, akibat digerogoti oleh produk-produk Yahudi dan Nasrani, sampai kemudian sebagian diantara orang-orang beriman, ada yang luruh (murtad), akibat mengikuti kebiasaan, tata cara, dan gaya hidup mereka.
Ribi'y bin Amir tidak merasa takut, minder, dan lemah, ketika menghadapi Rustum di istananya yang begitu megah, dan mewah, serta mempesona. Tetapi, Rib'iy tetap dapat menunjukkan sikapnya sebagai Mukmin dengan sangat tegas. Tidak melemah dengan keindahan dunia yang begitu mempesona dimata manusia.

Hakikat Kehidupan

 

Pada awal suatu tahuh saya pernah berkata kepada seseorang, "Berilah aku cahaya yang dapat aku jadikan pelita dalam menelusuri alam kehidupan yang ghaib dan majhul ini. Karena saya dalam kebingungan". Lalu orang itu menjawab, "Letakkanlah tanganmu di tangan Allah, niscaya Dia akan menunjukkan ke jalan yang lurus".
Dan di sebuah persimpangan jalan berhentilah seorang musafir kelana yang berjalan mengarungi padang kehidupan. Ia menoleh ke belakang melihat jauhnya perjalanan yang harus ditempuhnya lagi.
Wahai orang yang sedang kebingungan di padang kehidupan, sampai kapankah engkau hidup dalam petualangan dan kesesatan. Padahal di tanganmu ada pelita yang bersinar cemerlang.

"Telah datang kepadamu Cahaya dan Kitab yang terang dari Allah. Allah membimbing dengannya. Siapa yagn mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan membawa mereka dengan izin-Nya keluar dari kegelapan menuju cahaya. Menunjuki mereka jalan yang lempang". (QS : Al-Maidah : 15-16)

Wahai orang-orang yang kebingungan, yang telah letih dan kehilangan haluan, hingga tersesat jalan dan menyimpang dari jalan yang lempang, sambutlah oleh panggilan Allah Azza Wa Jalla.
"Wahai hamba-hamba-Ku ya g melanggar batas hingga merugikan diri sendiri, janganlah berputus asa rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni segala dosa, karena Ia Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kepada Tuhanmu, berserahlah kepada-Nya, sebelum datang kepadamu siksaan. Sebab sesudah itu tiada beroleh pertolongan." (QS : Az-Zumar : 53-54)

Dan nantikanlah sesudah itu ketenteraman jiwa, balasan yang baik dan ketenangan hati.
"Dan orang-orang yang setelah melakukan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, ingat akan Allah dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya. Dan siapakah yagn memberi ampun atas segala dosa kecuali Allah? Dan tiada meneruskan perbuatannya karena mereka sadar. Bagi mereka balasannya ialah ampunan dari Tuhannya.Dan surga-surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya . Alangkah nikmat pahala orang yang beramal". (QS : Ali Imron : 135-136)
Wahai saudara yang sedang penat dan letih, yang tersungkur di bawah tindihan beban noda dan dosa, kepadamu kusampaikan bisikan kata bahwa pintu ampunan Tuhanmu luas terbuka. Dan ratap tangis orang yang bersalah lebih disukai daripada doa orang yang patuh.
Duduklah engkau di malam suny, berbisik kepada Ilahi, menghadap dengan sepenuh hati. Teteskanlah air mata penyesalan dan kesedihan, ucapkanlah kalimat istighfar dan kata taubat. Semoga Allah mengapuskan semua noda dan dosamu dan mengangkat tinggi derajatmu. Dan semoga pula engkau menjadi orang yang didekatkan kepada-Nya.

Rasulullah bersabda :
"Semua anak Adam pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah ialah yang bertaubat". (HR :Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim dan Darimi)

Firman Allah Ta'ala :

"Sungguh, Allah cinta orang yang taubat.Dan cinta orang yang bersuci diri". (QS : al-Baqarah : 222).
Alangkah dekatnya Tuhanmu kepada dirimu, sedangkan engkau tak mau mendekati-Nya. Alangkah cintanya Dia kepadamu, sedangkan engkau tak mau mencintai-Nya. Alangkah besarnya kasih sayang-Nya kepadamu, sedangkan engkau melupakan kasih-sayang-Nya. Sesungguhnya Ia telah berkata dalam hadist :

"Aku menuruti keyakinan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu menyertainya bila ia mengingat-Ku. Maka jika ia mengingat Daku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya didalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku ketika dia sedang berada di tengah-tengah khalayak ramai, niscaya Kuingat dida di dalam kumpulan orang yang lebih baik daripada mereka itu. Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka aku mendekat sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari". (HR : Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dan dalam hadist qudsi yang lain :

"Wahai anak Adam! Berdirilah engkau untuk mendekati Aku niscaya Aku akan berjalan mendekatimu, dan berjalanlah untuk mendekati-Ku niscaya Aku akan berlarimendekatimu". (HR : Ahmad).
Rasulullah Shallahu alaihi wassalam bersabda :
"Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla membuka tangan-Nya pada waktu malam, supaya bertaubat orang yang melakukan kesalahan pada siang hari, dan Ia membuka tangan-Nya pada waktu siang supaya bertaubat orang yang melakukan kesalahan pada malam hari. Begitulah hingga matahari terbit dari barat." (HR : Muslim).
Yang demikian itu menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang melebihi kasih ibu kepada anak tunggal yang disayanginya.
Firman-Nya :
"Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia". (QS : al-Hajj : 63)

Barangsiapa yagn mengerti hakikat waktu, maka ia telah mengetahui nilai kehidupan, sebab waktu adalah kehidupan.
Ketika roda zaman berputar, melintasi tahun-tahun kehidupan untuk menyongsong tahun yang baru lagi, kita berhenti di persimpangan jalan. Dan alangkah perlunya pada kesempatan yang hanya sebentar ini. Kita melakukan koreksi diri terhadap masa-masa lalu dan menilikkan pandangan ke depan sebelum datangnya hari hisab (perhitungan). Karena hari perhitungan itu pasti datang.
Saat masa berlalu, kita hanya bisa sesali dosa-dosa. Maka, kita perlu mengatur langkah sebaik-baiknya agar tak tergelincir lagi. Kita luruskan yang bengkok, dan kita kejar yang terluput. Senyampang masih ada kesempatan, senyampang masih ada umur.
Dan untuk menghadapi masa yang akan datang, kita buat persiapan berupa hati yang bersih, niat yang suci, dan kemauan yang kuat untuk melakukan kebijakan. Al-Qadhi Abu Nashr Muhammad bin Wad'an meriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata : "Aku mendengar Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda dalam satu khutbahnya :

"Wahai manusia! Sesungguhnya kamu mempunyai rambu petunjuk jalan, karena itu ikutilah petunjuk (rambu-rambu), dan kamu mempunyai batas, karena itu berhentilah pada batas akhirmu. Sesungguhnya orang mukmin itu berada diantara dua ketakutan, antara waktu yang telah lampau di mana ia tidak tahu apa yang diperbuat Allah terhadap dirinya dalam waktu yang lampau itu, dan antara waktu yang masih tersisa di mana ia tidak tahu apa yang ditetapkan Allah dalam sisa waktu (usianya) itu. Karena itu, hendaklah seseorang hamba memanfaatkan dirinya dengan sebaik-baiknya demi keselamatan dirinya sendiri nanti, menggunakan kehidupan dunianya sebaik mungkin demi untuk kepentingan akhiratnya, menggunakan masa mudanya sebelum datang masa tuanya, dan memanfaatkan masa hidupnya sebelum ajalnya tiba. Demi Dzat Allah, yang jiwa Muhammad bearda di tangan-Nya, sesudah kematian tak ada kepayahan, sesudah kehidupan dunia tak ada kehidupan, melainkan surga atau nereka".
Maka :
"Tiada suatu hari pun yang fajarnya menyingsing melainkan Ia berseru : "Wahai anak Adam! Aku adalah makhluk yang baru, dan Aku menyaksikan segala amal perbuatanmu, maka ambillah bekal dari pada-Ku, karena sesungguhnya Aku tidak akan kembali lagi hingga datangnya hari kiamat nanti". (HR : Abu Nu'aim).

Wahai saudara-saudaraku yang telah letih, yang tersungkur di bawah tindihan noda dan dosa-dosa, janganlah anda berputus asa dan jangan pula putus harapan. Inilah saat pengampunan yang datang bersamaan dengan datangnya tahun baru hijriyah. Tinggalkanlah segaka kemaksiatan dan dosa, menuju kehidupan baru yang lebih bersih.
Inilah hembusan angin penerimaan taubat yang dengan lemah lembut menerpa wajah tahun baru, yang indah. Inilah cahaya hidayah yang memancar bersamaan dengan terbitnya bulan sabit yang cerah.

Hakikat Dan Kekuatan Manusia Sebagai Makhluk Akhirat




Pernahkah kita menyadari bahwa manusia hakikatnya makhluk akhirat? Bahkan Allah sendiri yang menghendaki kehidupan akhirat bagi kita sesuai tujuan penciptaan-Nya, bukan sebagai makhluk dunia dengan kehidupan dunia seperti yang kita sangka dan inginkan. Kedudukan kita sebagai ibaadullah (hamba-hamba Allah) dan wakil (khalifah) Allah) [1] di muka bumipun adalah dengan kewajiban tunduk patuh kepada aturan Allah semata untuk tujuan akhirat. Allah adalah Pencipta yang Maha Mengetahui, bukan hanya perihal manusia saja dan perjalanan suatu bangsa sebelum bangsa itu tercipta misalnya namun juga segala hal terkecil yang ada di alam semesta yang sangat luas ini. Diapun amat sangat teliti dalam hal penetapan suatu peraturan dan pembalasan-Nya terhadap mereka yang taat kepada peraturan Allah Swt maupun yang melanggarnya.
Bersamaan dengan hakikat dari Ilahi ini dengan akal dan jiwa yang bersih kita dihadapkan pada kemampuan memaknai hakikat kehidupan kita dan hakikat kehidupan secara keseluruhan. Pemahaman hakikat ujian dan cobaan yang merupakan sebuah kaidah pokok bagi sebuah kehidupan adalah penting agar dapat menyelamatkan kita untuk dapat kembali kepada Allah dengan hati yang bersih menuju kampung akhirat dengan selamat. Sesungguhnya manusia akhirat itu adalah yang paling teliti dan sungguh-sunguh mendeteksi setiap ancaman yang dapat menghalangi dirinya dan keluarganya maupun umatnya masuk surga dengan selamat, sedangkan hak Allah adalah menguji siapa yang paling bertakwa dan siapa yang menolong agama Allah.
Bagi manusia akhirat kehidupan yang kita jalani seperti aturan berbangsa bernegara, demokrasi, HAM, sistem ekonomi, perpajakan, informasi dan komunikasi, penegakkan keadilan, pelayanan kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagainya harus dikembalikan lagi nilainya dihadapan Allah swt, dikembalikan lagi pada peraturan Allah swt [2] yang unik dan sempurna demi untuk mencapai keridhaan-Nya, bukan penilaian manusia semata. Keberhasilan dan kegagalan suatu bangsa, kita ridha atau tidak, mau atau tidak mau, menerima atau tidak, tolok ukur utamanya adalah sistem kehidupannya mampu melewati ujian dan cobaan [3] sehingga kaum musliminnya baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat dan pejabat negara dapat selamat hidup didunia dan akhirat, di dunia sebagai tempat ujian dan cobaan3, atau sebagai ladang akhirat/mazra'atul akhirah, dimana kita harus mempersiapkan bekal takwa dan amal shaleh sebanyak-banyaknya untuk kembali kepada Allah menuju kampung akhirat dengan selamat. Jika hal itu belum tercapai seperti maraknya syirik, mistik dan ramalan; adanya bank-bank konvensional yang mempraktikan riba; keterlibatan pejabat dalam berbagai kejahatan seperti bersikap munafik, khianat, penipu, diktator, dan ber-KKN yang hidupnya bermegah-megahan, sedang rakyatnya sendiri menderita kemiskinan dan kelaparan; belum lagi kejahatan lainnya seperti larangan penggunaan jilbab, penindasan, kezaliman, ketergantungan kepada asing dan sebagainya, maka harus kita akui dihadapan Allah baik sebagai individu, masyarakat dan pemerintah bahwa telah terjadi pelanggaran hak Allah dalam aturan hidup. Janganlah seperti Pemerintahan kaum munafik dari kalangan "Islam liberal" dan "sekuler" yang menghalangi tegaknya aturan Allah, hukum syari'at Islam, karena melihat untung ruginya dari segi kekuasaan yang ingin dipertahankan didorong oleh hawa nafsunya dan didukung oleh negara-negara kafir adidaya, namun berlepas tangan dari akibat buruk sistem yang diciptakannya dan rakyat yang dizaliminya.

Negeri Akhirat Patut Dicari

Negeri akhirat Allah janjikan jauh lebih mulia daripada dunia dan seisinya dan keadilannya sangat sempurna. Pemahaman dan keyakinan penuh iman terhadapnya membuat seseorang lebih bernilai istimewa dalam kehidupan didunia yang dia ada didalamnya. Bagi orang yang berilmu adalah lebih baik beramal, berjuang melawan rasa malas, tidur panjang dan kesenangan lainnya, karena rasa harap dan takut yang senantiasa meliputi dirinya, terutama terhadap urusan ini, urusan akhirat yang menjadi impiannya, dan tidak akan mungkin ada kesombongan terselip dalam hatinya untuk menjual ilmunya untuk mempertahankan kehidupan dunianya semata.
Bagi orang yang bekerja dan beramalpun keyakinanannya hanya satu seperti dalam ayat Al Quran bahwa Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaannya dan balasan Allah sangat sempurna (QS. At-Taubah:105). Siapakah yang ingin lebih sempurna dalam bekerja jika keyakinan itu sudah ada, mereka akan bekerja keras dan berhati-hati, menempatkan akalnya dalam mempertimbangkan dan mempertanggung jawabkan secara seksama setiap hal dan menyadari diluar itu hanyalah kesenangan yang menipu belaka. Adakah hal lain yang lebih bisa menjelaskan rahasia keteguhan, ketenangan, harapan terus menerus, kesabaran dan upaya yang tak pernah berhenti seorang mukmin untuk menegakkan kebenaran akan menentang kebatilan dan kezaliman, peduli terhadap masalah umat bahkan dunia keseluruhannya dengan menyebarluaskan dinul Islam dimuka bumi ini, mendatangkan kasih sayang, silaturahmi, keadilan, keteraturan, ketertiban, kebaikan bagi lingkungannya bahkan sampai akhir hidupnya untuk akhir amalnya. Ingatannya tertuju pada motivasi dari Allah untuk berlomba-lomba menuju kebaikan, ampunan dan Ridha-Nya. Berkat pertolongan Allah di dunia dia akan menjadi cahaya yang menerangi sekitarnya. Jangan kita putuskan Rahmat Allah ini dengan meragukan janji-Nya sehingga tidak istiqamah dalam ketaatan bahkan mengganti aturan islam dengan aturan kafir dan prilaku kaum kafir dengan sikap taklid buta dan tasyabbuh/menyerupai sampai masuk ke lubang biawak dan menikmati hidup didalamnya sampai akhir hayatnya dan lupa pertanggung jawabannya dan kewajibannya terhadap agama Islam dan umatnya, naudzubillah min dzalik. 

Motivasi Dari Allah Swt

Manusia akhirat akan selalu rindu pada Penciptanya, rindu, patuh dan taat pada setiap ketentuan dan peraturan, menerima takdir dan meyakini hakikat daripada qadha dan qadar untuk dirinya karena dia sadar hanya dengan itulah hidupnya akan ringan. Dia sadar Allah telah mengambil janji kepada dirinya untuk tidak menyembah selain Allah, bertauhid dan beribadah yang benar termasuk menjauhkan hawa nafsunya dan bisikan setan. Allah pun memerintahkan untuk berpikir kenyataan bahwa setan dan bujukan orang munafiklah yang menyesatkan dan melalaikan manusia agar tidak berada di jalan Allah yang lurus sehingga memilih jalan-jalan yang akan mencerai beraikan umat dan menjauhkan umat dari Islam sebgai way of life atau pedoman hidup.
Manusia akhirat sadar bahwa perjalanan waktunya didunia sangat sempit padahal adalah hal yang sangat pasti bahwa dia harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah segala perbuatannya untuk agamanya, umat, keluarga dan dirinya. Kesadaran ini adalah bentuk rasa syukurnya kepada Allah swt. Diantara janji Allah akan kenikmatan surga, dia selalu ingat siksa yang diringankan adalah bara api neraka sebesar kerikil diletakkan dijari jemarinya sementara panasnya mencapai ubun-ubun. Tuntunan kaum salaf mengatakan tidak ada ibadah dan bekerja yang pahalanya melebihi rasa takut kepada Allah akan siksa neraka disertai rasa takut terhadap kemunafikan dan keburukan batinnya. Namun demikian Rasulullah saw berpesan dan bersabda agar jangan sekali-kali kali kita meninggal kecuali berprasangka baik kepada Allah itulah bagian dari Rahmat Allah swt, untuk berharap hanya kepada Allah namun tidak lalai akan dosa-dosa kita. Harapannya seorang hamba adalah semoga Allah menetapkan hati atas ketaatan kepadaNya.
Sejak awal Allah telah memberi petunjuk tujuan diciptakannya manusia melalui kitab-kitabNya, nabi-nabi dan Rasul-rasulNya. Diantara rahmat Allah terhadap seluruh hamba-Nya ialah bahwa Dia menjelaskan dalam kitab-Nya Al Qur'an yang mulia bahwa dunia ini adalah negeri ujian, cobaan dan bersifat fana (tidask kekal) dan hanya jalan penghubung menuju akhirat sehingga jangan menjadikannya tujuan dan pengetahuan tertinggi. Allah swt memberi motivasi kepada seluruh hambaNya agar mereka berhasil dalam menghadapi ujian duniawi supaya mereka kelak memperoleh surga-Nya, Allah menginginkan pahala bagi hamba-Nya diakhirat sedangkan manusia menginginkan harta yang banyak didunia. Diturunkannya Al Quran dan diutusnya Rasullullah saw serta cara hidup beliau, gaya hidup istri-istrinya dan perjuangan beliau yang kemudian dilanjutkan para sahabatnya dan sejarah kegemilangan Islam adalah menjadi petunjuk dan pelita untuk memunculkan kebijaksanaan, kesadaran dan keyakinan yang memudahkan usaha kita menemukan eksistensi diri untuk beramal maksimal sesuai tuntunan al qur’an. Dalam hadits Bukhari (45683, 6996) dijelaskan manusia diciptakan dimuka bumi untuk beramal menurut apa yang dimudahkan baginya untuk misi sucinya, berarti dengan akalnya tidak ada seorangpun kehabisan kemampuan untuk beramal, masalahnya amal itu diterima Allah atau tidak jika tidak ingin disebut merugi.
Motivasi dari Allah akan memunculkan kecerdasan manusia akhirat berupa keyakinan bahwa penegakan aturan hidup islam tidak saja untuk memperoleh kebahagiaan dan ampunan Allah di akhirat tetapi juga untuk mencapai kesempurnaan dan keselamatan hidupnya didunia di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya baik muslim ataupun bukan. Jika kita dikaruniakan menjadi bangsa yang merdeka oleh Allah kita wajib mengisinya dengan amal terbaik, menjauhkan hal yang menghalangi tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat baik yang berasal dari dalam diri sampai paham yang jelas-jelas menjadi musuh nyata, semisal ajaran sekuler yang memisahkan agama dari urusan masyarakat dan negara atau paham liberal yang menganggap semua agama benar dan tidak boleh beranggapan bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Jangan sampai tergadaikan keimanan kita untuk selain yang diridhai Allah yaitu dinul Islam (QS. Al-Maidah: 3).
Imam Abu Hanifah berkata bahwa semua ketaatan adalah wajib berdasarkan perintah Allah, dan hal itu disukai, diridhai, diketahui, dikehendaki, ditetapkan, ditakdirkan oleh Allah. Sedangkan maksiat semuanya diketahui, ditetapkan, ditakdirkan Allah dan dikehendaki Allah, tetapi Allah tidak menyukai dan tidak meridhai hal itu, bahkan Allah tidak memerintahkannya. Imam Ahmad bin Hambal mengimani takdir baik dan buruk semua dari Allah, bahwa Allah mentakdirkan ketaatan dan kemaksiatan, kebaikan dan keburukan. Karenanya wajib bagi kita untuk menjalankan ketaatan karena perintah Allah, menjauhkan apa yang tidak diridhai Allah meskipun hal ini sedang kita jalani. Manusia akhirat akan selalu berubah dan berjuang agar pantas memasuki negeri akhirat dengan ridha dan diridhai Allah swt. Maka marilah kita menimbang diri kita, keluarga dan pemerintahan kita apakah akan mampu mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah swt. Jika anda baru pulang berhaji, maka anda harus menjadi contoh manusia akhirat itu. Karena esensinya rukun Iman dan Islam adalah menuntun seorang hamba untuk tujuannya menjadi makhluk akhirat yang insyaallah surga tempat tinggalnya yang abadi.

Catatan Kaki
[1] Sebutan khalifah/wakil Allah hanya bisa dipakai untuk Nabi Adam a.s dan Nabi Daud a.s, maka tatkala sayyidina Abu Bakr dilantik sebagai khalifah ada yg memangilnya dgn khalifah Allah, beliau marah dan mengatakan aku ini bukan khalifah Allah tapi khalifah Rasulullah SAw. Oleh karena itu, diganti dgn berikut: sebagai penguasa dan pemimpin yg mewarisi bumi ini dgn izin Allah Swt (QS. An-Nur: 55)
[2]. QS. Al-An’am:57, QS. Yusuf:40, QS. Al-Maidah:44,48,49
[3]. QS. Al-Mulk:2

Ateis Skotlandia Menemukan Islam di Usia 65 Tahun



Nama saya Maryam Noor, dan itu nama Islam saya, sedangkan nama asli saya adalah Margaret Templeton.
Saya lahir di Skotlandia dalam sebuah rumah yang ateis. Di rumah kami, kami tidak pernah diizinkan berbicara tentang Tuhan, dan bahkan jika kita belajar tentang hal itu di sekolah, kami tidak diperbolehkan untuk membicarakannya di rumah atau kami akan dihukum.
Selama yang saya ingat, saya telah mencari kebenaran tentang mengapa saya di sini di dunia ini, apa fungsi saya di sini, apa yang saya harus lakukan.
Segera setelah saya berumur cukup dewasa, saya mulai mencari beberapa informasi tentang "orang yang menyebut Tuhan" dan sepanjang hidup saya, saya telah mencari Kebenaran, bukan agama tertentu. Kebenaran, sesuatu yang masuk akal bagi saya, sesuatu yang membuka hati saya dan yang membuat hidup saya menjadi berharga. Saya telah mengunjungi hampir setiap gereja di wilayah kerajaan, baik di sini maupun di daerah saya, namun tidak pernah terpikir oleh saya untuk mengkaji tentang Islam.
Saya kemudian menjadi tertarik mengkaji Islam, tetapi perang terjadi di Irak, dan saya membaca hal-hal mengerikan yang dikatakan di media tentang Muslim, tapi saya juga dididik tentang agama-agama lain sehingga mengetahui bahwa hal-hal itu kebanyakan tidak benar, dan membuat saya pergi mencari seorang guru yang bisa mengajarkan saya sesuatu tentang cara hidup Islam, sehingga saya akan mampu untuk menolak hal-hal keliru serta dusta yang orang katakan tentang Islam.
Salah satu hal yang saya lakukan adalah bahwa saya berbicara dengan semua orang. Saya biasa tersenyum untuk setiap orang dengan mengatakan "Halo", "Apa kabar", dan "Bagaimana anda hari ini" .. seperti Yesus yang menyebarkan kebahagiaan kepada setiap orang yang ia jumpai. Saat itu saya telah menjadi seorang Katolik Roma tapi saya sangat tidak bahagia dan saya meninggalkan Gereja dan saya tidak tahu ke mana harus pergi.
Pada saat yang sama, saya mencari seorang guru yang bisa mengajarkan saya tentang Islam, saya berdoa terus-menerus sepanjang hari agar Tuhan menolongnya saya, saya mengucapakan "bantu saya ... Bantu saya... Bantu saya.." berulang-ulang sepanjang hari selama hampir dua tahun, karena saya tidak tahu harus berbuat apa atau ke mana saya harus pergi.
Teman dari teman saya kemudian membawa seorang alim - seorang ulama. Namanya Nur El-Din, dan dia adalah seorang warga kelahiran Arab yang ada di negeri ini. Dia mengundang saya untuk datang ke rumahnya. Dia menyarankan saya untuk membeli beberapa buku Islam, dan saya bisa menelepon dia jika saya memiliki pertanyaan. Dan inilah awal hubungan kami. Ada tujuh jilid buku yang saya beli, yang ternyata merupakan tafsir Al-Quran.
Jadi saya mulai untuk belajar. Saya membuka buku pertama. Saya tidak memulai dari belakang, saya mulai dari depan, dan saya segera membaca surat Al-Baqarah. Dan sebelum Al-Baqarah, ada surat Al-Fatihah, dan sewaktu saya membaca surat Al-Fatihah, rasanya saya seperti disambar petir, air mata mengalir dari mata saya, air mata seperti air Terjun Niagara. Jantung saya berdetak sangat cepat, ... saya berkeringat, saya gemetar, ... Saya takut ini adalah kerjaan setan, yang mencoba menghentikan saya karena saya bisa menemukan jalan kebenaran, karena buku ini mungkin akan menuntut saya menuju jalan Kebenaran, sesuatu yang saya cari selama ini.
Saya akhirnya menelepon sang alim itu, dia mengatakan 'silahkan datang ke sini saya ingin melihat Anda'. Jadi saya pergi ke rumahnya di tengah musim dingin, dan saya tiba di sana dalam kondisi hampir membeku, tetapi penderitaan itu tidak berarti apa-apa bagi kebenaran yang akan saya temukan. Dan saya menjelaskan pengalaman saya kepada sang alim. Saya mengatakan ini adalah setan, apa yang harus saya lakukan? Salah satu hal yang terjadi selama ini air mata saya mengalir, saya seperti bisa melihat hati saya di sini, berwarna merah, sangat besar, lebih cerah, tidak berbentuk sama sekali. Saya agak takut, dan saya berkata apa yang Anda pikir saya harus lakukan?
Dan ia berkata kepada saya "Margaret" ujarnya, "Anda akan menjadi seorang Muslim".
Dan saya berkata "Tapi saya tidak membaca buku-buku ini untuk menjadi seorang Muslim".
"Saya membacanya agar mampu membantah kebohongan yang media beritakan tentang orang-orang Muslim."
"Saya tidak ingin menjadi seorang Muslim".
Dan dia berkata "Yah Margaret, Anda akan menjadi seorang Muslim, karena saya harus memberitahu Anda, telah ada campur tangan Tuhan dalam hidup Anda."
Saya waktu itu berusia 65 tahun. Saya sekarang 66 tahun. Saya telah menjadi muslim selama satu tahun.
Saya terus belajar dengan alim, dari sekitar November sampai Februari, dan saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk mengucapkan kalimat syahadat, dan saya bertanya kepada Alim apakah menurutnya terlalu dini bagi saya untuk datang, karena saya benar-benar tidak ingin menjadi seorang Muslim, tapi saya yakin saya akan belajar dan Tuhan akan mengampuni saya bahwa saya tidak menghargai karunia yang besar sehingga Ia mengaruniakan saya.
Dia kemudian mengatakan "Ulangi ucapan saya" dan dia mengucapkan kalimat syahadat yang kemudian saya ulangi setelah dia.
Lalu saya berkata "Apa yang saya katakan barusan?" Dan dia mengatakan dalam bahasa Inggris apa yang saya katakan, dan saya berkata "Berarti saya telah menjadi seorang Muslim?" dan dia berkata "Ya dan namamu Maryam Noor".
Saya tidak bisa mengatakan bahwa saya adalah seorang Muslim yang baik karena hal itu sangat sulit. Saya kehilangan semua teman Katolik saya, semua teman yang saya berbicara dengannya. Putri saya berpikir bahwa saya telah gila!.
Hal kedua yang membuat hidup saya sangat sulit adalah bahwa saya hidup di dunia sekuler dan tidak di dunia Muslim dan saya ingin dengan sepenuh hati untuk hidup di dunia Muslim dan memiliki komunitas Muslim. Saya satu-satunya Muslim di daerah tempat saya tinggal. Tetapi Allah sudah sangat baik kepada saya karena di tengah semua kesulitan ini, saya senang, saya sedang belajar.
Saya membaca segala sesuatu dalam bahasa Inggris karena usia saya yang sudah tua, saya agak susah menghafal. sehingga saya menggunakan buku. Dan saya meminta kepada Allah "Dengan nama Allah, yang maha pengasih dan maha penyayang, saya saat ini benar-benar seperti seorang bayi, saya adalah seorang bayi berusia 65 tahun dan saya mengalami agak kesulitan sedikit dan saya meminta Allah harus membantu saya dan ini adalah salah satu cara Dia membantu saya