رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Rabu, 13 Juni 2012

Ibnu Sina

 

 

Abu 'Ali al-Husain bin' Abd Allāh bin Sīnā ', yang dikenal sebagai Abu Ali Sina (Arab : ابوعلی سینا) atau Ibnu Sina (Arab : ابن سینا) atau barat mengenalnya dengan nama Latin Avicenna (Yunani: Aβιτζιανός), (lahir c. 980 dekat Bukhara (kini wilayah Uzbekistan) meninggal 1037 di Hamedan (kini wilayah Iran). Beliau  adalah seorang kebangsaan Persia yang ahli matematikawan, dokter, ensiklopedis  dan filsuf yang tekenal dizamannya. Beliau juga seorang astronomi, apoteker, ahli geologi, logician, paleontologist, fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan, dan guru.

Ibnu Sīnā telah menulis hampir 450 karya dengan berbagai disiplin ilmu, namun hanya sekitar 240 yang masih bertahan hingga kini. Secara khusus, dari 150 karyanya yang masih ada berkonsentrasi pada falsafah dan 40 diantaranya berkonsentrasi pada kedokteran.  Karyanya paling terkenal adalah Buku Penyembuhan, yang memuat ensiklopedi luas dan filosofis ilmiah  (Al Qanun Al TibbThe Canon of Medicine, yang merupakan standar medis di banyak perguruan tinggi zaman modern. The Canon of Medicine telah digunakan sebagai buku teks di perguruan tinggi dari Montpellier dan Louvain pada akhir 1650. 
Ibnu Sīnā mengembangkan sistem medis yang menkombinasikan antara pengalaman pribadi dalam pengobatan Islam, sistem pengobatan Yunani dokter Galen,  metafisika Aristoteles serta berbagai sistem pengobatan kuno dari Persia, Mesopotamian dan India. Dia juga penemu dari logika Avicennian dan pendiri sekolah filosofis Avicinna, yang memiliki pengaruh dalam dunia Muslim dan Ilmuwan Modern.
Ibnu Sīnā dianggap sebagai Bapak dari pengobatan modern, dan pharmacology khususnya untuk pengenalan sistematis eksperimen dan hitungan ke dalam studi fisiologi, penemuan itu menular dari sifat infeksius penyakit, pengenalan karantina untuk membatasi penyebaran penyakit menular, pengenalan percobaan obat-obatan, berdasarkan bukti-obat, uji klinis,

Riwayat Ibnu Sina

Kehidupan Ibnu Sina dikenal lewat sumber - sumber berkuasa dimana sebuah autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai." Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Pada usia 17 tahun, Ibnu Sina berhasil menyembuhkan seorang raja di Bukhara, yaitu Nooh Ibnu Mansoor, setelah semua tabib terkenal yang diundang gagal menyembuhkan sang raja tersebut. Dan sebagai balasannya, Ibnu Sina diizinkan untuk membaca smeua buku-buku di perpustakaan setelah dia menolak pemberian hadiah sang Raja. 
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania. 
Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah. 

Pemikiran Ibnu Sina 

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam.  Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.   
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.” 
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.   
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya. 
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina merupakan seorang ahli geografi yang mampu menerangkan bagaimana sungai-sungai berhubungan dan berasal dari gunung-ganang dan lembah-lembah. Malahan ia mampu mengemukakan suatu hipotesis atau teori pada waktu itu di mana gagal dilakukan oleh ahli Yunani dan Romani sejak dari Heredotus, Aristoteles sehinggalah Protolemaious. Menurut Ibnu Sina " gunung-ganang yang memang letaknya tinggi iaitu lingkungan mahupun lapisannya dari kulit bumi, maka apabila ia diterajang lalu berganti rupa dikarenkan oleh sungai-sungai yang meruntuhkan pinggiran-pinggirannya. Akibat proses seperti ini, maka terjadilah apa yang disebut sebagai lembah-lembah."
Ibnu Sina juga telah memperkembangkan ilmu psikologi dalam perubatan dan membuat beberapa perjumpaan dalam ilmu yang dikenali hari ini sebagai ilmu perubatan psikosomatics "psychosomatic medicine". Beliau memperkembangkan ilmu diagnosis melalui denyutan jantung (pulse diagnosis) untuk mengenal pasti dalam masa beberapa detik sahaja ketidak - seimbangan humor yang berkenaan . Diagnosis melalui denyutan jantung ini masih dipratikkan oleh para hakim (doktor-doktor muslim) di Pakistan, Afghanistan dan Parsi yang menggunakan ilmu perubatan Yunani. Seorang doktor tabii dari Amerika (1981) melapurkan bahawa para hakim di Afghanistan, China, India dan Parsi sanggat berkebolehan dalam denyutan jantung di tempat yang dirasai tetapi mutunya yang pelbagai .Ini merangkumi :

  • Kuat atau denyutan yang lemah.
  • Masa antara denyutan.
  • Kandungannya lembap di paras kulit dekat denyutan itu dan lain-lain lagi.

Dari ukuran-ukuran denyutan jantung seseorang hakim mungkin mengetahui dengan tepat penyakit yang dihinggapi di dalam tubuh si pesakit. Ibnu Sina menyedari kepentingan emosi dalam pemulihan. Apabila pesakit mempunyai sakit jiwa disebabkan oleh pemisahan daripada kekasihnya , beliau boleh mendapati nama dan alamat kekasihnya itu melalui cara berikut:
Caranya adalah untuk menyebut banyak nama dan mengulanginya dan semasa itu jarinya diletakkan atas denyutan (pulse) apabila denyutan itu terjadi tidak teratur atau hampir-hampir berhenti , seseorang itu hendaklah mengulang proses tersebut. Dengan cara yang sedemikan , nama jalan , rumah dan keluarga disebutkan. Selepas itu , kata Ibnu Sina "Jika anda tidak dapat mengubat penyakitnya maka temukanlah si pesakit dengan kekasihnya , menurut peraturan syariah maka buatlah".(Terjemahan). Ibnu Sina adalah doktor perubatan yang pertama mencatatkan bahawa penyakit paru-paru (plumonary tuberculosis) adalah suatu penyakit yang boleh menjangkit (contagious) dan dia menceritakan dengan tepat tanda-tanda penyakit kencing manis dan masalah yang timbul darinya. Beliau sangat berminat dalam bidang mengenai kesan akal (mind) atas jasad dan telah banyak menulis berkenaan gangguan psikologi. 

Karya Ibnu Sina
Buku-buku yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de Bibliographie Avicenna yang ditulis oleh Pater Dominician di Kairo dan diantara beberapa karya Ibnu Sina ialah : 
  1. Qanun fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan bebas : Aturan Pengobatan)
  2. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
  3. An Nayyat (Book of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa.
  4. Al-Majmu : berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap, di tulis saat berusia 21 tahun di Kawarazm
  5. Isaguji (The Isagoge) ilmu logika Isagoge : Bidang logika 
  6. Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembahagian ilmu-ilmu rasional.
  7. Ilahiyyat (Ilmu ketuhanan) : Bidang metafizika 
  8. Fiad-Din yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi "Liber de Mineralibus" yakni tentang pemilikan (mimeral).
  9. Risalah fi Asab Huduts al-Huruf  : risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf - Bidang sastera arab
  10. Al-Qasidah al- Aniyyah : syair-syair tentang jiwa manusia - Bidang syair dan prosa
  11. Risalah ath-Thayr : cerita seekor burung. - Cerita-cerita roman fiktif
  12. Risalah as-Siyasah : (Book on Politics) – Buku tentang politik - Bidang politik
  13. Al Mantiq, tentang logika. Buku ini dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil. 
  14. Uyun Al Hikmah (10 jilid) tentang filsafat. Ensiklopedi Britanica menyebutkan bahwa kemungkinan besar buku ini telah hilang.
  15. Al Hikmah El Masyriqiyyin, tentang filsafat timur.
  16. Al Insyaf tentang keadilan sejati.
  17. Al Isyarat Wat Tanbihat, tentang prinsip ketuhanan dan kegamaan.
  18. Sadidiya, tentang kedokteran.
  19. Danesh Nameh, tentang filsafat.
  20. Mujir. Kabir Wa Saghir, tentang dasar-dasar ilmu logika secara lengkap.
  21. Salama wa Absal, Hayy ibn Yaqzan, al-Ghurfatul Gharabiyyah (Pengasingan di Barat)

Ibnu Firnas


Abbas Qasim Ibnu Firnas (di Barat dikenal dengan nama Armen Firman) dilahirkan pada tahun 810 Masehi di Izn-Rand Onda, Al-Andalus (kini Ronda, Spanyol). Dia dikenal ahli dalam berbagai disiplin ilmu, selain seorang ahli kimia, ia juga seorang humanis, penemu, musisi, ahli ilmu alam, penulis puisi, dan seorang penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko ini hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol).




Pada tahun 852, di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Rahman II, Ibnu Firnas memutuskan untuk melakukan ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari jubah yang disangga kayu. Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya, ia pun berhasil mendarat walau dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal sebagai parasut pertama di dunia.


Keberhasilannya itu tak lantas membuatnya berpuas diri. Dia kembali melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori yang ia adopsi dari gejala-gejala alam yang kerap diperhatikannya.




Pada tahun 875, saat usianya menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang mampu membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil dibuat, ia sengaja mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.


Penerbangan yang disaksikan secara luas oleh masyarakat itu terbilang sangat sukses. Sayangnya, karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang membuat Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.


Kecelakaan itu terjadi karena Ibnu Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.



Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-proyek penelitian di laboratorium. Seperti biasanya, ia meneliti gejala-gejala alam di antaranya mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat, menentukan tabel-tabel astronomis, dan merancang jam air yang disebut Al-Maqata. Ibnu Firnas pun berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dari pasir. Juga mengembangkan peraga rantai cincin yang digunakan untuk memperlihatkan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang.




Yang tak kalah menariknya, Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat penemuannya ini, Sepanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.


Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.


Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.


Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa gegap gempitanya industri pesawat terbang modern seperti saat ini, tidak lepas dari perjuangan seorang Ibnu Firnas yang rela babak belur untuk sekadar melayang sebentar layaknya burung terbang.


Sosok Abbas Ibnu Firnas, kini hanya bisa kita temui tercetak di atas sebuah prangko buatan Libia, menjelma pada sosok patung dan nama lapangan terbang di Baghdad, dan abadi di salah satu kawah permukaan Bulan. (Dede Suhaya/PR)***


Sumbangsih Ilmuwan Muslim Bagi Dunia Peletak Konsep Pesawat Terbang


Ibnu Firnas عباس بن فرناس
Ibnu Firnas ( 810 – 887 A.D ) adalah orang pertama dalam sejarah yang menciptakan dan memperagakan ilmu pengetahuan tentang pesawat terbang, ujar Philip Hitti, sejarawan Arab.
Pada abad ke-8, seorang Muslim Spanyol, Abbas Ibnu Firnas, telah menemukan, membangun, dan menguji konsep pesawat terbang. Konsep pesawat terbang Ibnu Firnas inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon lepas 500 tahun setelah Ibn Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbang.


Sekitar 200 tahun setelah Bacon atau 700 tahun pasca uji coba Ibnu Firnas, barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.


Pada tahun 875, Ibnu Firnas membuat sebuah prototipe atau model pesawat terbang dengan meletakkan bulu pada sebuah bingkai kayu. Inilah catatan dokumentasi pertama yang sangat kuno tentang pesawat terbang layang.


Salah satu dari dua versi catatan konstruksi pesawat terbang Ibnu Firnas menyebutkan, setelah menyelesaikan model pesawat terbang yang dibuatnya, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk datang dan menyaksikan hasil karyanya itu.


Warga Cordoba saat itu menyaksikan dari dekat menara tempat Ibnu Firnas akan memperagakan temuannya. Namun karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang memaksa Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.


Versi kedua catatan ini menyebutkan, Ibnu Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.


Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-proyek penelitian di dalam ruangan (laboratorium). Dia pun meneliti gejala alam dan mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat. Ibnu Firnas berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dan kristal.


Sayang, tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 888, Ibnu Firnas wafat dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.


Sekilas tentang Ibnu firnas Abbas Ibnu Firnas atau Abbas Qasim Ibnu Firnas (dikenal dengan nama Latin Armen Firman) dilahirkan di Ronda, Spanyol pada tahun 810 M. Dia dikenal sebagai orang Barbar yang ahli dalam bidang kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang-barang berteknologi baru saat itu.


Pria yang suka bermain musik dan puisi ini hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Spanyol (dulu bernama Andalusia). Masa kehidupan Ibnu Firnas berbarengan dengan masa kehidupan musikus Irak, Ziryab.


Pada tahun 852, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba saat itu. Dia ingin melakukan ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita dengan menggunakan ‘sayap’ atau jubah tanpa lengan yang dipasangkan di tubuhnya.



Patung Ibnu Firnas ( 810 – 887 A.D ) di Baghdad


Dia berhasil mendarat walaupun dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal dengan parasut pertama di dunia. Menara Masjid Mezquita di Cordoba menjadi saksi bisu perwujudan konsep pertama pesawat terbang yang lahir dari pemikiran seorang Muslim.


Keberhasilannya itu tidak lantas membuat Ibnu Firnas berdiam diri. Dia kembali melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori dari gejala-gejala alam yang diperhatikannya.
Karya-karya baru pun bermunculan dari buah pemikiran Ibnu Firnas. mulai dari puisi, kimia, sampai astronomi, semuanya dipelajarinya dengan satu tujuan, yaitu mampu memberikan manfaat bagi umat manusia.


Di antara hasil karyanya yang monumental adalah konsep tentang terjadinya halilintar dan kilat, jam air, serta cara membuat gelas dari garam. Ibnu Firnas juga membuat rantai rangkaian yang menunjukkan pergerakan benda-benda planet dan bintang. Selain itu, Ibnu Firnas pun menunjukkan cara bagaimana memotong batu kristal yang saat itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Mesir.

Peradaban Islam Peletak Dasar Teknologi Dirgantara



DUNIA  memang semakin canggih. Berbagai teknologi hadir untuk kepentingan umat manusia. Salah satu teknologi yang saat ini sangat dirasakan manfaatnya adalah teknologi kedirgantaraan, salah satunya pesawat terbang.

Jarak tempuh satu wilayah yang tadinya jauh, kini bisa dipersingkat dengan menggunakan pesawat terbang. Bahkan seiring bergulirnya waktu, pesawat terbang juga dimanfaatkan untuk mengintai wilayah musuh. Masih banyak lagi jenis pesawat terbang yang digunakan untuk berbagai kepentingan manusia.

Tak banyak yang tahu siapa pihak yang pertama kali mengagas ide teknologi pesawat terbang. Memang, selama ini peradaban Barat selalu mengklaim bahwa teknologi pesawat terbang berasal dari ide para ilmuwannya. Namun, klaim itu terpatahkan oleh pernyataan Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang bertajuk History of the Arabs. “Ibnu Firnas adalah manusia pertama dalam sejarah yang melakukan percobaan ilmiah untuk melakukan penerbangan,'” tulis K Hitti.

Konsep pesawat terbang Ibnu Firnas inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon setelah 500 tahun Ibnu Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbang.

Berawal dari Eksperimen

Siapa Ibnu Firnas? Ibnu Firnas adalah ilmuwan Muslim yang lahir di Korah Takrna dekat Ronda, Spanyol pada masa pemerintahan Khalifah Muhammad Amir Bin Abdurrahman. Ibnu Firnas adalah seorang polymath, yaitu menekuni berbagai ilmu sekaligus: kimia, fisika, kedokteran, astronomi, dan juga sastra.

Ibnu Firnas tercatat pernah melakukan berbagai eksperimen, antara lain membuat kaca dari pasir dan batu. Ia juga menemukan rantai cincin yang menggambarkan pergerakan bintang dan planet-planet. Selain itu, ia juga merancang alat pengukur waktu yang disebut al-maqata.
Pada tahun 875 M, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk berkumpul di sebuah bukit di Andalusia, Spanyol. Masyarakat diundang guna menyaksikan uji coba sebuah pesawat yang dirancangnya. Ibnu Firnas memamerkan pesawatnya yang bertenaga dorong baling-baling. Dua bagian sayap pesawatnya berkaitan dengan kaki dan tangannya.

Setelah itu, Ibnu Firnas naik ke menara lalu melompat. Ibnu Firnas berhasil melayang di atas ketinggian beberapa ratus kaki, lalu membumbung tinggi. Peristiwa menakjubkan ini dicatat oleh seorang penyair bernama Mu’min Ibnu Said yang mengatakan, “ Ibnu Firnas terbang lebih cepat daripada burung phoenix. Ketika mengenakan bulu-bulu di badannya ia seperti burung manyar.”

Ibnu Firnas tercatat sebagai orang pertama di dunia yang melakukan uji coba penerbangan terkendali. Dengan semacam alat kendali terbang yang digunakan pada dua set sayap, Ibnu Firnas bisa mengontrol serta mengatur ketinggian terbangnya. Selain itu, dia juga bisa mengubah arah terbang. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya kembali ke arah di mana ia meluncur.

Sebelumnya, pada 852 M Ibnu Firnas juga melakukan uji coba terbang. Ibnu Firnas membuat satu set sayap yang terbuat dari kain yang dikeraskan dengan kayu. Alat yang diciptakan Ibnu Firnas berupa ornithopter, yakni alat terbang yang menggunakan prinsip kepakan sayap seperti pada burung, kelelawar, atau serangga. Dengan peralatan seperti payung, Ibnu Firnas lalu loncat dari menara Masjid Agung Cordoba. Pada uji coba pertama itu, Firnas tak bisa terbang alias gagal.

Namun, peralatan yang digunakannya mampu memperlambat jatuhnya Ibnu Firnas. Ia pun mendarat dengan selamat dengan hanya mengalami luka kecil.

Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang merupakan cikal bakal parasut.

Kegagalan ini ia evaluasi dengan memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Ia lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang ciptaaanya.

Barat Melirik

Ilmuwan Muslim lain yang pernah melanjutkan percobaan terbang Ibnu Firnas adalah Farabi Ismail Jauhari, seorang guru bahasa Arab yang berasal dari Nishabur, Khurasan, Iran. Isamail Jauhari melakukan percobaannya pada tahun 1003.

Seperti halnya Ibnu Firnas, Ismail Jauhari merancang sayap terbang yang dapat digerakkan dengan tangan dan kaki, seperti halnya seekor burung, selanjutnya meluncur dari tempat-tempat tinggi. Salah satu tempat percobaan Ismail Jauhari adalah menara Masjid Ulu Nishabur.

Pada tahun 1162, saat berkecamuk perang salib, para tentara Muslim mulai menggunakan pesawat terbang untuk melakukan serangan. Para Saracen (Muslim zaman perang salib) berdiri di atas Hippodrome Constantinople dengan sebuah peralatan terbang seperti jubah.

Teknologi persawat terbang yang dirancang oleh Ibnu Firnas rupanya membuat Leonardo Da Vinci tertarik untuk mengembangkan teknologi itu. Pada abad 16 Da Vinci mencoba memecahkan teka-teki pesawat terbang yang diperkenalkan Ibn Firnas. Da Vinci merasa terkunci dengan misteri burung-burung hingga ilmuwan asal Italia itu melakukan pembedahan terhadap unggas yang menghasilkan rancangan mesin terbang yang diikatkan di punggung seorang laki-laki.

Semakin Berkembang

Setelah Da Vinci, percobaan penerbangan yang lebih moderen dan berhasil dilakukan oleh Hezarfen Ahmed Celebi, pilot Turki paling terkenal pada masa Khalifah Usmani di bawah pemerintahan Sultan Murad IV. Diilhami rancangan Da Vinci, dengan mengoreksi beberapa bagian dan sistim keseimbangannya, Hezarfen mengambil pelajaran burung rajawali.

Setelah melakukan sembilan kali percobaan, Hezarfen menemukan formula yang pas untuk sayap pesawatnya. Pada tahun 1638, dengan ketinggian 183 kaki dari Galata Tower di dekat Bosporus Istambul, Hezarfen melakukan uji coba penerbangan. Hezarfen terbang menuju Uskudar lalu berbelok ke Bosporus, dan sukses! Hezarfen mendarat mulus di sebuah tempat di Borporus.

Jarak terbang yang telah ia tempuh jika diukur dari titik awal tempatnya meluncur adalah sekitar 3200 meter. Karena ia memulai terbangnya di wilayah Eropa dan mendarat di Asia, maka Hezarfen merupakan orang yang pertama melakukan penerbangan lintas benua. Sultan Murad IV yang menyaksikan sendiri peristiwa tersebut dari tempat peristirahatannya yang bernama Sinan Pasha di Sayayburnu, memberi penghargaan kepada Hezrfen 1000 keping emas.

“Hezarfen Ahmet Celebi, pertama kali mencoba terbang sebanyak delapan atau sembilan kali dengan sayap elang menggunakan tenaga angin,” ujar Evliya Celebi dalam buku catatan perjalanannya yang tersimpan rapi di Perpustakaan Istanbul.

“Hezarfen Ahmet Celebi telah membuka era baru dalam sejarah penerbangan,” papar Sultan Murad. Upaya serupa juga dilakukan saudara laki-laki Hezarfen pada tahun 1633 M yang bernama Lagari Hasan Celebi. Peristiwa ini tercatat sebagai peristiwa terbang berawak vertikal pertama yang menggunakan sistem pendorong 7 buah roket dengan bubuk mesiu sebanyak 300 pound. Menurut catatan Evliya Celebi, Lagari berhasil mencapai ketinggian kira-kira 300 meter selama 20 detik.

Sebagai penghargaan atas prestasinya itu, Lagari Hasan Celebi dingkat menjadi salah satu pejabat militer di Angkatan Darat Turki. Sementara itu di Eropa, berita kesuksesan penerbangan Celebi bersaudara sampai di Inggris pada tahun 1638, dan dicatat oleh John Winkins dalam bukunya yang berjudul Discovery of New World. *

Tersesat Di Sorga



Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”

“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”

“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”

Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
“Saya harus bagaimana tuan…”

“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?”
Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.

Islam Memuliakan Wanita




Lelaki inggris bertanya: “Kenapa dalam Islam wanita tdk boleh jabat tangan dengan pria ?”
Syaikh menjawab: “Bisakah kamu berjabat tangan dengan ratu elizabeth ?”
Lelaki inggris menjawab: “oh tentu tidak bisa ! cuma orang-orang tertentu saja yang bisa berjabat tangan dengan ratu.”
Syaikh tersenyum & berkata: “Wanita-wanita kami (Kaum muslimin) adalah para ratu, dan ratu tidak boleh berjabat tangan dengan pria sembarangan (yang bukan mahramnya)”
Lalu si inggris bertanya lagi: “Kenapa perempuan Islam menutupi tubuh dan rambut mereka ?”
Syaikh tersenyum dan punya 2 permen, ia membuka yang pertama terus yang satu lagi tertutup. dia melemparkan keduanya kelantai yang kotor.
Syaikh bertanya: “Jika saya meminta anda untuk mengambil satu permen, mana yang anda pilih ?”
Si inggris menjawab: “Yang tertutup…”
Syeikh berkata: “Itulah cara kami memperlakukan dan melihat perempuan kami.”
‘Kami dilihat dari sejauh mana ketaqwaan, kecerdasan dan kepandaian kami, bukan dari pesona tubuh seksi kami’
‘Segala sesuatu yang Allah (SWT) buat yang berharga di dunia ditutupi dan sulit untuk untuk didapatkan.’
Di mana kamu menemukan berlian? Jauh di dalam tanah ditutupi dan dilindungi.
Di mana kamumenemukan mutiara? Jauh di dasar laut ditutupi dan dilindungi dalam SHELL yang indah.
Di mana kamu menemukan emas? Jalan menurun di tambang, ditutupi dengan lapisan dan lapisan batuan. Kamu harus bekerja keras untuk mendapatkan mereka.
“Tubuh kamu adalah suci. kamu jauh lebih berharga dari berlian dan mutiara, dan kamu harus ditutupi & dilindungi juga.”
“Lihatlah, betapa Allah sangat menyayangimu kaum wanita”
“sering wanita lupa betapa berharganya mereka”

Doa Rizki

 
Aminkan doa ini memohon agar mendapatkan rezeki dari setiap penjuru, "Allahuma shalli ‘ala muhammadin ‘adada anwa’ir rizqi walfutuhati, ya basithallazi yabsuthurrizqa liman yasya-ubighairi hisabin ubsuth’alayya rizqan katsirann min kulli jinatin min khaza-ini rizqikabighayri minnatin makhluqin bifadhlika wa karamika wa’ala alihi washahbihi wasallam. ”Ya Allah, limpahkanlah rahmat junjungan kita Nabi Muhammad sebanyak aneka rupa rezeki . Wahai Dzat yang meluaskan rezeki kepada orang yang dikehendakinya tanpa hisab. Luaskan dan banyakkanlah rezekiku dari setiap penjuru dari pendaharaan rezekiMu tanpa pembelian dari mahluk , berkat kemurahanMu juga. Dan limpahkan pula rahmat dan salam atas keluarga dan para sahabat beliau.”