رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Senin, 20 Juni 2016

Banyak Pertikaian Tanda Akhir Jaman



BUMI sudah semakin tua. Seperti layaknya manusia, bumi pun memiliki masa tertentu untuk hidup. Maka, akan ada saatnya kita melihat bumi ini berakhir. Dan berakhirnya bumi, menandakan malapetaka bagi mereka yang merasakan kehancuran bumi. Sebab, dikatakan bahwa ketika bumi ini berakhir, yang merasakannya hanyalah orang-orang yang tidak memiliki iman –semoga kita tidak termasuk di dalamnya-.

Sebelum hal itu terjadi, maka akan ada tanda-tanda yang dapat kita rasakan. Salah satunya ialah banyaknya pertikaian sesama manusia.

Ketika malapetaka dan cobaan merebak, hubungan antar sesama pun renggang. Bahkan, cenderung terputus dan berubah menjadi permusuhan. Sehingga, anggota masyarakat pun tidak saling mengenal kecuali jika masing-masing punya kepentingan materiil.

Hudzaifah ibn Yaman menuturkan, ketika Rasulullah ﷺ ditanya tentang hari kiamat, beliau menjawab, “Hanya Tuhanku yang mengetahuinya. Waktu terjadinya pun tidak ada yang tahu selain Dia. Akan tetapi, aku akan sampaikan kepada kalian tanda-tandanya dan apa yang akan terjadi sebelumnya. Sesungguhnya menjelang hari kiamat nanti, pelbagai macam fitnah dan haraj akan merajalela.”
Baca Juga :

Para sahabat lantas bertanya, “Wahai Rasulullah, kami sudah mengetahui makna fitnah. Lalu, apa yang dimaksud dengan haraj itu?” Nabi ﷺ menjawab, “Dalam bahasa Habasyah (Ethiopia), haraj artinya pembunuhan, dan manusia akan saling bermusuhan, sehingga masing-masing tidak saling mengenal satu sama lain,” (HR. Ahmad. Menurut al-Haitsami, perawinya adalah perawi hadis shahih).

Hadis ini sesuai dengan realitas kehidupan saat ini. kebanyakan orang nyaris tidak mengenal kerabatnya sendiri. Sehingga, ketika –misalnya- seseorang berpapasan anak-anak saudaranya di tempat umum, ia tidak menyadari kalau anak-anak itu masih punya hubungan darah dengannya. Fenomena ini terjadi karena sebagian besar interaksi antar manusia dibangun atas dasar kepentingan pribadi.

Di samping itu, banyak pula hubungan semuyang dibangun atas dasar kepentingan duniawi semata yang cepat terbina dan cepat pula hancur. Sebab, hubungan-hubungan seperti itu lebih banyak dilandasi oleh ambisi manusia dalam meraih kepentingan-kepentingan mereka, bukan oleh iman kepada Allah SWT dan persaudaraan.

Dalam hubungan seperti itu, orang hanya melihat kepentingannya sendiri. Jika ia bisa memperoleh kepentingannya dengan hubungan itu, ia akan membinanya. Namun, jika tidak, ia pun akan segera mengakhirinya. []

Islampos


Diakhir Jaman Hukum Allah SWT Ditinggalkan



HIDUP ini penuh dengan permasalahan. Tetapi, kita tidak merasa kelabakan mengatasinya. Sebab, Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberikan kita pedoman, yakni kitab suci Al-Quran dan sunnah Rasul. Keduanya merupakan sumber hukum utama bagi setiap muslim. Permasalahan apapun dapat teratasi dengan baik, jika mengikuti aturan-Nya.

Meski begitu, ternyata kebanyakan orang tak mengindahkan aturan Allah SWT tersebut. Inilah yang akan terjadi di akhir zaman kelak. Di mana kebanyakan manusia tidak lagi mempergunakan hukum Allah SWT.

Kita tahu bahwa mengambil keputusan hukum berdasarkan aturan yang ditetapkan Allah SWT turunkan adalah salah satu kewajiban utama. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir,” (QS. Al-Maidah: 44).

Di akhir zaman, tali-tali pengikat Islam akan terlepas satu per satu. Tali yang pertama kali akan terlepas itu adalah hukum Allah.
Baca Juga :

Umamah al-Bahli RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Tali-tali pengikat Islam ini akan terleas satu per satu. Setiap kali satu tali terlepas, manusia akan berpegang pada tali berikutnya. Yang pertama akan terlepas adalah hukum Allah dan terakhir adalah shalat,” (HR. Ahmad dan At-Thabrani. Perawi hadis ini adalah perawi as-shahih).

Tanda ini sudah terlihat di sebagian besar negeri Islam. Mereka sudah tidak lagi berpegang pada hukum Islam kecuali dalam persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pernikahan, talak, waris dan semisalnya. Dalam persoalan-persoalan jual-beli, hukum pidana dan hukum perdata, mereka berpatokan pada hukum Perancis, Inggris dan hukum-hukum positif lainnya. Inilah maksud tidak berhukum dengan hukum Allah. “Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50).

Islampos


Rajin Shalat Tapi Shalatnya Tidak Pernah Dicatat Malaikat


Rasulullah SAW pernah menyampaikan kekhawatiran tentang sesuatu yang di kemudian hari bisa menjangkiti umatnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya ada sesuatu yang aku takutkan di antara sesuatu yang paling aku takutkan menimpa umatku kelak, yaitu syirik kecil.

Para sahabat bertanya, "Apakah syirik kecil itu?" Beliau menjawab, riya. Dalam sebuah hadis diceritakan pula bahwa di akhirat kelak akan ada sekelompok orang yang mengeluh, merangkak, dan menangis. Mereka berkata, "Ya Allah di dunia kami rajin melakukan shalat, tapi kami dicatat sebagai orang yang tidak mau melakukan shalat."

Para malaikat menjawab, "Tidakkah kalian ingat pada waktu kalian melakukan shalat kalian bukan mengharap ridha Allah, tapi kalian mengharap pujian dari manusia, kalau itu yang kalian cari, maka carilah manusia yang kau harapkan pujiannya itu." Jelaslah bahwa kualitas sebuah amal berbanding lurus dengan kualitas niat yang melatarbelakanginya.

Bila niat kita lurus, lurus pula amal kita. Namun, bila niat kita bengkok, amal kita pun akan bengkok. Agar niat kita senantiasa lurus dan ikhlas, alangkah baiknya apabila kita menghayati kembali janji-janji yang selalu kita ucapkan saat shalat, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah seru sekalian alam."

Republika.co.id






Toleransi Beradab


PERINTAH kewajiban shaum atau berpuasa Ramadhan harus dilihat, dirasakan, dan diperlakukan dalam konsepsi Islam. Bukan dengan perspektif di luar itu. Sayangnya, mulai banyak kalangan—bahkan dari sebagian pemeluk Islam sendiri—yang tidak merasa cukup dengan konsepsi Islam. Mereka melibatkan sudut pandangan lain ketika berbicara puasa Ramadhan. Ramadhan dan toleransi, ketika dua kata ini disandingkan maka bisa saja melahirkan pemikiran dan pandangan yang malah menyudutkan ibadah wajib bagi umat Islam.

Perintah menghormati umat Islam yang tengah menjalankan puasa Ramadhan sering diselewengkan sebagai sebentuk teror atau setidaknya intimidasi pada toleransi. Seolah orang yang tidak menjalankan puasa tidak ditoleransi umat Islam. Sebuah penciptaan kesan berpikir yang sesat dan menyesatkan. Sejak kapan umat Islam mewajibkan umat lain berpuasa? Kapan pula bukti umat Islam meneror umat lain agar mengikuti kewajibannya? Lalu bagaimana dengan kalangan saudara seiman sendiri?

Setiap Muslim pastilah tahu bahwa kewajiban menjalankan puasa Ramadhan memiliki perkecualian. Orang sakit, perempuan hamil dan menyusui, orang yang tengah safar, ataupun orang yang dalam satu tugas yang berat, semua ini diperkenankan tidak berpuasa Ramadhan. Mereka menunda untuk kemudian diganti di hari setelah Ramadhan. Terhadap kalangan ini, perlakuan menghormati sudah secara otomatis mengingat agama kita juga menyebut jelas dalilnya. Maka, memampang deretan foto orang Islam sedang makan dan minum di sekitar Masjidil Haram saat Ramadhan, sama sekali tidak berdasar ilmu. Oknum pemampang entah tidak tahu ataukah pura-pura bahwa di sana jumlah musafir adalah mayoritas. Jadi, amat tidak memadai untuk mendukung motif di balik pikirannya untuk melegalkan bebas bukanya warung-warung makan di negeri kita.

Islampos


Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena Sesungguhnya, Sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Sesungguhnya, Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan.
(QS.94;7-8)

Sahabat dunia islam, salam sejahtera bagi kita semua, dalam hidup pasti tidak luput dari yang namanya masalah, bahkan ada yang bilang jangan hidup kalau tidak punya masalah.

Berbicara tentang masalah memang sangat komplek, tergantung dari manusia yang menjalani, ada yang punya masalah dalam bidang finansial, masalah keluarga, teman dan sebagainya.  Bahkan sampai rumitnya masalah kita menjadi putus asa dalam menjalani kehidupan.

Sering kali diantara kita sahabat dunia islam, lupa bahwa ujian itu datangnya dari Allah dan hanya Allahlah yang akan memberikan jalan keluarnya, bahkan Allah sudah meyakinkannya lewat Al Qur’an di dua ayat 5 dan 6 surat Al Insyirah (94): “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (5). Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6).”

Allah sampai mengulang dua kali ayat tersebut. Hal ini merupakan sebuah penegasan akan janjiNya dan maka janganlah khawatir janji Allah selalu nyata.

Tapi dalam menghadapi setiap kesulitan yang diberikan kita tidak lantas hanya menanti dan menanti hingga datangnya kemudahan yang dijanjikan itu. Ada beberapa hal yang jangan sampai terlupakan dalam penantian tersebut, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Luruskan  Niat dan Ber Doa

Sebelum kita memulai aktifitas pekerjaan kita harus meluruskan Niat, untuk siapa dan untuk ada tujuan kita melakukan pekerjaan. Setiap pekerjaan pasti akan di hadang dengan Kesulitan tetapi atas dasar niat yang baik dan selalu memualai pekerjaan dengan berdoa maka kesulitan atan terasa mudah dijalanai. Kesulitan yang dialami adalah atas dasar kehendak Allah, untuk itu hanya kepada Allahlah dikembalikan segala urusan dan hanya kepada Allahlah kita bisa memohon dimudahkan dengan cara berdoa.

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS: Gafir 40:60)

Kedua, Shalat

Shalat adalah bentuk ibadah dimana setiap gerakan dan bacaannya adalah doa.shalat juga sebagai bentuk rasa sukur kita kepada Allah SWT,  Ada bentuk komunikasi yang tercipta antara hamba dengan Tuhannya, dalam sholat kita bisa curhat, menceritakan setiap keluh kesah yang ada. Tapi jangan hanya saat kesulitan saja mengerjakan sholat, dalam keadaan apapun sholat wajib dikerjakan, bahkan kalau bisa ditambah dengan sholat-sholat sunnah, karena sesungguhnya sholat adalah tiang agama, jika tiangnya kokoh maka bangunan ibadah lainnya semoga ikut baik.

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sholat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS: Al Baqarah 2:45)

Ketiga, Sabar

Sabar tak ada batasnya, sabar tak mengenal batas waktu dan bersabarlah hingga Allah menetapkan ketetapan terbaiknya, hingga Allah memperlihatkan jalan keluar setiap ujian, kemudahan dari kesulitan.

“Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun,(48) dan pada sebagian malam bertasbihlah kepada-Nya dan (juga) pada terbenamnya bintang-bintang (pada waktu fajar).” (49) (QS At Tur 52:48-49)

Keempat, Ikhtiar

Ikhtiar di sini adalah mengerjakan suatu pekerjaan dengan sungguh sungguh dan semaksimal mungkin. Dalam menghadapi kesulitan bukan berarti hanya menanti turunnya hujan dari langit, hanya berharap tiba-tiba terselesaikan. Perlu adanya ikhtiar semaksimal mungkin untuk menghadapi setiap masalah, untuk menyelesaikannya

“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS: Ar Ra’d 13:11)

Kelima, Tawakal

Tawakal adalah berserah diri kepada Allah. Setelah melakukan usaha sebaik dan semaksimal mungkin, karena hanya Allahlah yang akan memberikan hasil terbaik dari setiap ikhtiar  yang dibarengi dengan doa, sabar dan sholat.

“ Jika Allah menolong kamu, maka tidsak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu selain itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS: Al Imran 3:160).

DuniaIslam

Empat Bangsawan Victoria Yang Masuk Islam



Saat ini ada 2,7 juta Muslim yang tinggal di Inggris dan Wales. Ternyata pada jaman Victoria sudah banyak warga Inggirs yang beragama Islam. Kebanyakan dari mereka yang masuk Islam adalah bangsawan yang memiliki kesempatan untuk mengunjungi negara-negara kolonial Inggirs seperti Maroko, Aljazira, dan India.

Dilansir Aaljazeera, ini beberapa cerita bangsawan Viktoria yang menjadi Muslim:

1. William Quilliam (1856-1932)

William yang mengubah namanya menjadi Abdullah adalah seorang anak pastor Prostestan. Ia lahir sebagai seorang Protestan pada tahun 1856 di Liverpool. Ia masuk Islam pada awal tahun 1880an ketika melakukan perjalanan ke Maroko, Tunisia, dan Aljazira ketika berumur 17 tahun.

Quilliam terpesona dengan Agama Islam dan mulai mempelajarinya. Ia menjadi mualaf ketika tinggal di Maroko. Setelah kembali ke Inggris, ia menyatakan dirinya sebagai Muslim dan mengganti namanya menjadi Abdullah Quiliam.

Ketika ia berumur 20-an, ia terkenal sebagai seorang pengacara yang berkualitas. Quilliam mendirikan Masjid pertama di Inggris, yang dibuka pada Hari Natal tahun 1889 di Liverpool.

Pada tahun 1894, ia diangkat menjadi pemimpin Muslim Inggris oleh khalifah Ottoman terakhir, Sultan Abdul Hamid II. Quilliam juga menulis buku yang ditujukan untuk memperkenalkan agama Islam kepada orang-orang Inggris, bahkan mengirimkan salinan bukunya tersebut kepada Ratu Victoria.

Kabarnya, Ratu Victoria menyukai buku tersebut dan meminta Quiliam beberapa salinan untuk anak-anaknya. Quilliam meninggal di London pada tahun 1932 dan dimakamkan di pemakaman Brookwood.

2. Lady Evelyn Cobbold (1867-1963)

Seorang bangsawan aristokrat Victoria, Lady Evelyn juga mengganti namanya menjadi Zainab. Ia lahir di Edinburg, Skotlandia pada tahun 1867. Evelyn anak ketujuh Earl of Dunmore, salah satu gelar bangsawan Inggirs. Sebagai seorang anak bangsawan ia hidup mewah di tengah gurun Libya.

Ketika ia meninggal dunia pada tahun 1963 pada usia 96 tahun, ia meminta batu nisannya dipahat "Allah adalah cahaya langit dan bumi."

Evelyn menghabiskan masa kecil di Aljazair dan Kairo. Semasa kecil ia diasuh oleh pengasuh yang beragama Islam. Suatu ketika ia menulis sepanjang ia dapat mengingat bahwa ia dibesarkan secara Islami. Tapi baru mengakui keislamannya ketika bertemu dengan Paus secara pribadi.

"Beberapa tahun berlalu dan suatu ketika saya berada di Roma mengujungi beberapa teman Itali saya yang bertanya apakah saya mau menemui Paus. Tentu saya jawab mau, saya sangat senang. Ketika Paus bertanya apakah saya seorang Katolik, saya terlempar ke masa lalu sejenak dan saya menjawab saya seorang Muslim. Apa yang merasuki saya, saya pun tidak tahu. Saya tidak pernah diberitahu tentang Islam selama bertahun-tahun. Dan kemudia saya bertekad untuk mempelajari keimanan saya." tulisnya.

3. Rowland Allanson-Win (1855-1935).

Rowland Allanson-Win adalah bangsawan Inggris dengan gelar Baron Headley Kelima. Ia menjadi Muslim pertama yang duduk di House of Lords, parlemen Inggirs. Ia menjadi bangsawan pada tahun 1913. Pada tahun yang sama ia menjadi mualaf dan mengganti namanya menjadi Shaik Rahmatullah al-Farooq. Satu tahun kemudian Allason menjadi ketua Masyarakat Muslim Inggirs.

Lahir di London pada tahun 1855 dan dididik di Westminster dan Trinity College di Cambridge, Allason dibesar sebagai seorang prostestan sebelum mempelajari Katolik Roma di Irlandia.

Ia seorang insinyur, ahli bela diri, petualang, dan jurnalis. Pertama kali ia mengenal Islam ketika bekerja untuk Raj England di Kashmir, India.

Allason melihat Islam sebagai agama yang toleran. Ia mempelajari Islam dari mentornya, seorang ulama dan pengacar terkenal Khwaja Kamal-ud-Din.

Allason dikenal sebagai bangsawan yang nyentrik. Majalah Time menggambarkannya sebagai seorang juara tinju, petualang, dan editor. Ia juga eksponen awal bela diri barat. Ia pernah menulis tentang teknik bela diri tinju modern. Allason pergi haji pada tahun 1923 dan meninggal tahun 1935. Permintaan terakhirnya ia ingin dimakamkan secara Islam.

4. Marmaduke Pickthall (1875-1936)

Muhammad Marmaduke Pickthall adalah seorang sarjana Inggris. Ia anak dari seorang pendeta Anglikan. Sebelum masuk Islam, Pickthall berpergian secara keberbagai tempat, belajar dan bekerja di penjuru India dan Timur Tengah.

Pickthall menjadi penerjemah Alquran ke dalam bahasa Inggirs. Terjemahannya lalu diakui oleh Universitas Al-Azhar, Kairo, dan Mesir. Sampai saat ini, terjemahannya menjadi standar terjemahan Alquran ke bahasa Inggris.

Pickthall masuk Islam pada tahun 1917. Selain menerjemahkan Alquran ia juga seorang novelis yang sukses. Pickthall meninggal pada tahun 1936. Seperti Quilliam, ia juga dimakamkan di pemakaman muslim Brookwood.



Republika.co.id