رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Senin, 09 Mei 2016

10 Jenis Shalat Yang Tidak Diterima Allah SWT

RASULULLAH saw bersabda: “Islam dibangun di atas lima hal; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan  yang berhak disembah dengan benar kecuali Allâh  dan Nabi Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat….”  (HR Bukhâri dan Muslim).

Seorang Muslim tentu sudah paham betul bahwa sholat merupakan tiang dari dien ini. Oleh karena itu, ketika muadzin mengumandangkan adzan, kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi rumah-rumah Allâh Ta’ala, mengambil air wudhu, kemudian berbaris rapi di belakang imam shalat mereka. Mulailah kaum muslimin tenggelam dalam dialog dengan Allâh Ta’ala dan begitu khusyu’ menikmati shalat sampai imam mengucapkan salam. Dan setelah usai, masing-masing kembali pada aktifitasnya.

Imam Hasan al-Bashri rahimahullâh pernah mengatakan: “Wahai, anak manusia. Shalat adalah perkara yang dapat menghalangimu dari maksiat dan kemungkaran. Jika shalat tidak menghalangimu dari kemaksiatan dan kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum shalat”.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Barang siapa yang memelihara sholat, maka sholat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara sholat, maka sesungguhnya sholat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya.” (Tabyinul Mahaarim).

Kemudian Rasulullah saw juga bersabda bahwa: “10 orang sholatnya tidak diterima oleh Allah swt, di antaranya:

1. Lelaki yang sholat sendirian tanpa membaca sesuatu.

2. Lelaki yang mengerjakan sholat tetapi tidak mengeluarkan zakat.

3. Lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.

4. Lelaki yang melarikan diri.

5. Lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya (taubat).

6. Perempuan yang suaminya marah kepadanya.

7. Perempuan yang mengerjakan sholat tanpa memakai tudung.

8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.

9. Orang-orang yang suka makan riba’.

10. Orang yang sholatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan munkar.”

Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang sholatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya sholatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah swt dan jauh dari Allah.” Hassan r. a berkata : “Kalau sholat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan sholat. Dan pada hari kiamat nanti sholatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk.”

Islampos.com

Bantulah Orang Yang Terlilit Hutang


UMAT Islam itu seperti satu kesatuan jasad. Jika ada bagian yang sakit, maka bagian yang lain akan merasakannya juga. Seperti itulah ukhuwah imaniyah yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. Saling merasa. Saling pengertian. Saling memahami. Saling menolong. Saling membantu.

Ada orang miskin. Punya hutang lagi. Tentu, sebagai saudara seislam kita harus berbelas kasihan kepadanya. Namun berbelas kasihan saja terkadang tidak menyelesaikan masalahnya. Harus ditindak lanjuti dengan langkah yang lebih aplikatif. Membantunya agar terbebas dari hutangnya. Itu baru persaudaraan yang hakiki dalam Islam.

Umar bin Abdul Aziz menyampaikan pesan singkat kepada para pegawainya, “Bantulah orang-orang yang terlilit hutang!”

Lalu salah satu pegawainya ada yang menanggapinya, “Kami mendapati orang yang memiliki hutang, namun masih mempunyai tempat tinggal, pembantu, binatang kendaraan serta perkakas rumah tangga.”

“Umar membalas surat itu, “Seorang muslim itu harus mempunyai rumah untuk berteduh, pembantu yang membantunya sehari-hari, kuda untuk berjihad melawan musuh serta perabotan untuk rumahnya. Maka yang seperti itu jika memiliki hutang tetaplah seorang yang perlu dibantu.”

Islampos.com


Ketika Hati Terasa Sempit

KETIKA hati kita lapang, masalah apapun dapat kita hadapi dengan baik, pekerjaan seberat apapun dapat kita selesaikan, karena hati kita merasa lapang. Namun sebaliknya, jika hati terasa sempit, masalah sekecil apapun akan kita rasakan berat sekali, karena belum apa-apa hati kita tidak mampu menerimanya.

Itulah yang dirasakan Nabi Musa ketika beliau diberikan Allah tugas menjadi Rasul dan menghadapi Fir’aun, seorang raja yang sangat kejam, mengaku dirinya Tuhan sekaligus seorang yang pernah menjadi ayah tirinya dan telah memberinya naungan kehidupan sejak bayi hingga tumbuh menjadi pemuda kuat dan perkasa.

Nabi Musa merasa berhutang budi pada Fir’aun yang telah membesarkannya, dan ia merasa bersalah karena telah membunuh seorang Qibthi yang berkelahi dengan kaumnya Bani Israil, untuk membela. Namun ternyata kaumnya tersebut yang bersalah. Hingga membuatnya harus meninggalkan Mesir karena dikejar tentara Fir’aun yang akan menghukumnya.

Nabi Musa merasa berat memikul beban semua itu. Sebab itulah Nabi Musa memohon kepada Allah untuk melapangkan dadanya,

“Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, (QS. Thaahaa, 20:25)

dan mudahkanlah untukku urusanku, (QS. Thaahaa, 20:26)

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku, (QS. Thaahaa, 20:27-28)

di dalam tafsir Al Azhar dikatakan ketidakfasihan Nabi Musa dalam berbicara ini, dikarenakan ketika masih kecil dan berada dalam pengasuhan Fir’aun.

Suatu hari, Musa kecil merayap di lantai, menarik kaki kursi mahligai Fir’aun dengan tangannya yang mungil, maka goyahlah kaki kursi dan membuat Fir’aun yang duduk di singgasana hampir terjatuh. Riwayat tafsir lain mengatakan ketika Musa kecil duduk di pangkuan Fir’aun, lalu ditarik-tariknya janggut Fir’aun. Sebelumnya juga sudah ada tanda-tanda ganjil yang membuat Fir’aun curiga jangan-jangan anak inilah yang dikatakan tukang tenung kelak akan meruntuhkan kerajaannya, karena itu Fir’aun hendak membunuhnya.

Tetapi Asiyah, istri Fir’aun yang sangat menyayangi Musa mencegah niat buruk suaminya, dikatakannya Musa belum berakal, dan Fir’aun membantah kalau Musa sudah berakal. Maka diujilah Musa kecil dengan kedua hidangan, hidangan pertama berisi makanan lezat dan kedua berisi bara api, seketika Musa kecil hendak mengambil makanan lezat, pucatlah wajah Asiyah ketakutan, namun segera Malaikat Jibril mengalihkannya pada bara api hingga bara api yang diambilnya menyentuh mulut mengenai lidahnya. Akhirnya Musa tidak jadi dibunuh, namun sejak saat itu Musa tidak fasih berbicara. Setelah beliau menjadi Rasul, kurang lancar dalam berbicara inipun masih menyelimutinya, hingga Fir’aun mencemoohnya:

Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (QS. Az Zukhruf, 43:52)

Sadar akan kekurangannya, ia memohon kepada Allah untuk melepaskan kekakuan di lidahnya agar orang mengerti apa yang dikatakannya. Nabi Musa memohon Allah menjadikan Harun saudaranya sebagai asisten yang bisa membantunya dalam berbicara,

Kisah Musa ini menjadi pelajaran berharga untuk kita, jika kita menghadapi persoalan yang berat, maka memohonlah kepada Allah untuk melapangkan dada kita, sebagaimana yang dilakukan Musa a.s.

Memohon diberikan kemudahan dalam segala urusan dan apa yang menjadi ujian kita dalam kehidupan ini. Kepada-Nya kita memohon diberikan segala kekuatan.

Begitulah yang dilakukan para Rasul saat didera masalah, dihimpit kesulitan, atau merasa tak kuat menghadapi tantangan, para Rasul berdoa kepada Allah, dan doa itu pun dikabulkan-Nya, betapa nikmatnya menjadi hamba yang dekat dengan Allah.

Lewat berbagai kisah dalam Al Qur’an, Allah mendidik kita, ketika menghadapi ujian dalam kehidupan ini, hendaklah kita senantiasa memohon pertolongan-Nya dengan doa-doa terindah yang pernah diajarkan-Nya. Dengan berdoa, segala beban terasa ringan, segala keputusasaan menjadi hilang berganti dengan sayap-sayap pengharapan yang membumbung tinggi karena kita memohon pada Dzat yang Maha segala.

Doa adalah senjata kita ketika kita beriman dan yakin sepenuhnya pada Allah. Seperti sabda Rasulullah, “Doa itu adalah senjata orang yang beriman, tiang dari agama dan cahaya dari semua langit dan bumi. (H.r. Al Hakim)

Doa juga termasuk ibadah dan shalat itu sendiri bermakna doa. Dengan kekuatan doa, dapat menukar takdir yang tadinya buruk menjadi baik untuk kita. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Tidaklah yang menolak ketentuan Allah kecuali doa. Dan tidaklah yang menambah umur kecuali berbuat kebaikan. (H.r. Tarmidzi dan Ibnu Hibban)

Dari hadits di atas nyatalah benar terasa kasih sayang Allah, bahwa Ia senantiasa menguatkan kita dengan lebih dahulu mengakui ketidakberdayaan diri di hadapan-Nya. Dengan berdoa kita merasa dekat dengan-Nya.

Allah menuntun kita dalam berdoa, yaitu hendaklah terlebih dahulu kita bersuci, menghadap kiblat, memfokuskan pikiran hanya kepada Allah, memuji-Nya, bersyalawat untuk Rasul dan bersyalawat pula sesudah berdoa, adapun ketika kita berdoa dengan mengangkat kedua telapak tangan, hendaklah dengan rendah hati, suara yang lembut, rasa takut, penuh harap, khusyuk dan tidak melampaui batas. Dalam berdoa juga kita turut mendoakan orang mukmin, mencari waktu yang mustajab untuk berdoa. (menjelang berbuka puasa, hari Jumat, bepergian, dizalimi, dsb)

Cara berdoa pertama pilihlah saat yang baik, misalkan di tengah malam, saat hening sepi, ketika itu berdoalah dengan merendahkan diri kepada-Nya.

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,

…… Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al A’Raaf, 7:55-56)

Takut akan murka-Nya dan penuh harap akan keridhaan-Nya.
Betapa banyak Allah ajarkan kita doa-doa dalam Kalam-Nya.

Namun jika kita teliti membaca kisah Rasul, betapa setiap detik kehidupannya baik di saat sendiri atau di tengah keramaian, baik dalam keadaan sedih ataupun gembira senantiasa membina kontaknya dengan Allah, beliau senantiasa mempertinggi mutu diri, mutu iman dan mutu kehidupan. Karena para Rasul itu senantiasa berbuat baik, sehingga doa-doa mereka mudah diijabah Allah, sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’Raaf, 7:56)
Ayat ini menegaskan makna yang terkandung dalam surat Al Baqarah, 2 ayat 105 yang artinya,
Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar.
Orang yang senantiasa berbuat kebaikanlah yang dikehendaki Allah mendapat rahmat-Nya.

Namun jikalau doa-doa kita belumlah dikabulkan, bukanlah maknanya Allah tak sayang, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Tidaklah seorang mukmin menengadahkan wajahnya (memohon) kepada Allah suatu permohonan, melainkan akan dikabulkan-Nya permohonan itu, atau dicepatkan-Nya memberikannya, atau disimpan-Nya untuk lain waktu.” (H.r. Imam Ahmad dan Al Hakim)

Ada yang lebih mengharukan saat kita mendengar sabda Rasul yang lainnya, mengapa doa kita belum juga dikabulkan-Nya.

“Sesungguhnya Allah itu hidup dan menawan. Malu jika hamba itu menengadahkan tangannya, lalu membiarkannya kosong tanpa meletakkan kebaikan dalam tangannya (mengabulkan doanya). (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim)

Karena itu, yakinlah doa-doa kita akan dikabulkan, sabar dan terus berusaha, karena yang paling berhak memilihkan kehidupan terbaik kita adalaha Allah. Khusyukkan hati kita dalam berdoa kepada Allah, membersihkan tubuh dan menghadap ke kiblat. Percaya dan tawakkal slalu pada-Nya.Hendaklah kita senantiasa sabar dan terus berusaha, karena yang paling berhak memilihkan kehidupan kita adalah Allah. Khusyukkan hati kita dalam berdoa kepada Allah, membersihkan tubuh, sehabis shalat dan menghadap ke kiblat. Percaya dan tawakkal slalu pada-Nya.

Hidupku Cerminan Shalatku



BARANGSIAPA terbiasa menunda shalat, maka ia harus siap tertunda dalam segala urusan kehidupannya. Nikah, Pekerjaan, Keturunan, Kesehatan, Kemapanan, Petunjuk dan lain-lain.

Hasan al-Bashri berkata:

أَيُّ شَيْءٍ يَعِزُّ عَلَيْكَ مِنْ دِينِكَ إِذَا هَانَتْ عَلَيْكَ صَلَاتُكَ وَأَنت أول مَا تسْأَل عَنْهَا يَوْم الْقِيَامَة

“Apa yang berharga dari agamamu jika shalatmu saja tidak berharga bagimu? Padahal pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepadamu pada hari kiamat adalah tentang sholat.”

Seperti apa kamu mampu memperbaiki sholatmu, seperti itulah kamu akan mampu memperbaiki hidupmu.

Tidakkah kamu tahu bahwa sholat itu bergandengan dengan kesuksesan?

“Hayya ‘alas sholah… hayya ‘alal falaah…” artinya “Marilah melakukan sholat, marilah meraih kesuksesan”

Bagaimana mungkin kamu minta kesuksesan kepada Allah, sedangkan kamu tidak menunaikan hakNya?

استغفرالله العظيم

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang mendirikan sholat tepat pada waktunya.

Semoga kita selalu mendapat Ridho & Pertolongan Allah SWT. Aamiin Aamiin Ya Robbal Aalamiin


Islampos.com

Kisah Seorang Dokter Muslimah Mengobati Pasien 24 Jam Gratis, Sampai Ke Habisan Uang




Di tengah orang berlomba-lomba mengumpulkan harta menggantikan biaya kuliah yang mahal, para dokter kerap memasang tarif dalam memberikan pelayanan. Tidak heran biaya pengobatan terbilang mahal bagi sebagian masyarakat.

Namun, bagi Ferihana (35) sejak menyandang gelar dokter, tak sekalipun ia memasang tarif bagi pasiennya alias gratis. Pun, ia sekalipun tak pernah “untung”.

Dokter lulusan Universitas Islam Indonesia tersebut membuka prakteknya di Sumberan 297, Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Yogyakarta, sejak tahun 2012. Ferihana yang akrab disapa Hana sedari awal membuka praktik dokter umumnya memang tidak dikenai tarif.

“Pengobatan di tempat saya gratis termasuk obatnya, tapi juga kadang ada pasien yang memberikan infak secara sukarela,” ujar Hana.

Tidak hanya gratis, kliniknya juga buka untuk melayani 24 jam bagi seluruh masyarakat.

“Jadi terbiasa kalau ada pasien datang tengah malam, bahkan pernah juga menjelang Subuh ada pasien yang ingin pemeriksaan,” ungkapnya.

Konsep pelayanan sukarela tersebut tercetus bahkan sebelum Hana menjadi dokter.

Hana sedari kuliah sangat aktif dalam kegiatan sosial semisal memberikan pengobatan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu di berbagai daerah pelosok. Ia juga melayani konsultasi kesehatan melalui SMS.

“Jadi memang sudah terbiasa seperti ini (sukarela). Semua ini terinpirasi dari kakek saya, beliau yang selalu memberikan contoh tentang menolong orang lain. Tempat praktik ini pun juga diberikan oleh kakek saya,” ungkap Hana.



Rumah Tua

Tempat praktik Hana dulunya adalah sebuah rumah tua. “Awal-awal masyarakat ragu, apakah benar ini tempak praktik dokter karena kondisi rumah. Banyak yang bilang, enggak mungkin rumah dokter kok jelek,” ucapnya. Lambat laun, ia merenovasi rumahnya agar masyarakat lebih yakin.

“Keraguan masyarakat awal-awal ada, bahkan saya sempat ditanyakan ijazah. Sempat dituduh bukan dokter dan macam-macam. Namun lambat laun, karena mereka butuh dokter juga, akhirnya sekarang semua sudah tidak ragu lagi,” tutur Hana.

Saat ini Hana begitu dibutuhkan di lingkungan masyarakat sekitar terutama jika ada keadaan darurat.

“Yang menyenangkan dari pekerjaan ini adalah bagaimana saya dan pasian selalu senang bila bertemu, saya senang mengobati, pasien senang diobati saya. Akhirnya hubungan yang terjalin bukan lagi dokter dengan pasien, tapi lebih seperti interaksi dalam keluarga,” terang Hana.



Kekurangan Uang

Konsep pelayanan sukarela harus diakui Hana dan suaminya, tidak bisa memberikan banyak penghasilan.

“Sekitar tahun 2012-2013 saya sempat mengalami keadaan benar-benar tidak mempunyai uang, habis. Sejak saat itu saya berdoa kepada Tuhan agar diberikan penghasilan sampingan untuk menunjang pengobatan gratis ini,” ungkap Hana.

Walaupun menerima infak, toh tetap tidak bisa menutup biaya operasional seperti obat-obatan dan alat-alat medis lainnya.

Dengan pengalaman di klinik kecantikan, Hana pun mencoba membuka praktik kecantikan disebelah tempat praktik pengobatan gratisnya.

“Syukurnya, penghasilan dari klinik kecantikan bisa meng-cover biaya operasional, namun saya tetap fokus di pengobatan gratis karena itu pekerjaan utama saya dan masyarakat lebih membutuhkan,” terang Hana.



Cari Relawan

Mengelola dua klinik sekaligus, Hana bekerja seorang diri sebagai dokter. Ditanya soal mencari dokter pembantu kliniknya, Hana menjawab sudah sering mendapat tawaran tersebut. Namun pada akhirnya dokter-dokter relawan tidak bertahan lama.

“Mereka kadang hanya bertahan beberapa hari saja. Saya maklum karena kan semua orang butuh penghasilan, jika bergabung dengan saya berarti harus siap tidak mendapatkan uang dan siap lelah,” ungkap Hana.

Diakuinya, juga banyak yang ingin membantunya walau kemudian terhenti di lisan saja. Kedepannya, ia berharap akan ada banyak dokter yang bisa menolong sesama dengan sepenuh hati.

“Awal-awal saya minta izin juga ke ayah saya untuk membukaa praktik sukarela ini, karena kan beliau yang membiayai kuliah saya. Untungnya, beliau sangat mendukung bahkan pada awal memulia membantu memnuhi kebutuhan peralatan,” tutur Hana.

Sejauh ini, dokter Hana tidak pernah menyerah dan merasa lelah dengan idealisme pekerjaan yang ia anut. Sekalipun harus memenuhi panggilan pekerjaan di tengah malam.


VOA-Islam