رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Senin, 14 Desember 2015

Tata Cara Bertayamum

Dari Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum,

1. Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak.
2. Terdapat air dalam jumlah terbatas, sementara ada kebutuhan lain yang juga memerlukan air tersebut, seperti untuk minum dan memasak
3. Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit
4. Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat
5. Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut.

Tata cara tayammum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan hadits ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu,

بَعَثَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ ، فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ ، فَتَمَرَّغْتُ فِى الصَّعِيدِ كَمَا تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَصْنَعَ هَكَذَا » . فَضَرَبَ بِكَفِّهِ ضَرْبَةً عَلَى الأَرْضِ ثُمَّ نَفَضَهَا ، ثُمَّ مَسَحَ بِهَا ظَهْرَ كَفِّهِ بِشِمَالِهِ ، أَوْ ظَهْرَ شِمَالِهِ بِكَفِّهِ ، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah tertawa, seraya beliau mengatakan, “Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Kemudian beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan tanah sekali, lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,

وَمَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ وَاحِدَةً

“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”. (Muttafaq ‘alaihi)

Berdasarkan hadits di atas, kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut.

1. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan tanah sekali kemudian meniupnya.
2. Mengusap punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
3. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
4. Semua usapan dilakukan sekali.
5. Bagian tangan yang diusap hanya sampai pergelangan tangan saja
6. Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil
7. Tidak wajibnya tertib atau berurutan ketika tayammum

Pembatal Tayammum

a. Semua pembatal wudhu juga merupakan pembatal tayammum

b. Menemukan air, jika sebab tayammumnya karena tidak ada air

c. Mampu menggunakan air, jika sebab tayammumnya karena tidak bisa menggunakan air

Catatan:

Orang yang melaksanakan shalat dengan tayammum, kemudian dia menemukan air setelah shalat maka dia tidak diwajibkan untuk berwudhu dan mengulangi shalatnya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu,

خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ ، فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ – وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ – فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا ، فَصَلَّيَا ، ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ فِي الْوَقْتِ ، فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ وَالْوُضُوءَ ، وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ، ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ : أَصَبْت السُّنَّةَ وَأَجْزَأَتْك صَلَاتُك وَقَالَ لِلْآخَرِ : لَك الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ

Ada dua orang lelaki yang bersafar. Kemudian tibalah waktu shalat, sementara tidak ada air di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan tanah yang suci, lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air, sementara waktu shalat masih ada. Lalu salah satu dari keduanya berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan satunya tidak mengulangi shalatnya.

Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya, “Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan shalatmu sah”. Kemudian Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya, “Untukmu dua pahala.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani)

https://www.islampos.com/rasul-tertawa-seorang-yang-bertayamum-berguling-guling-di-atas-pasir-172557/

Malu Kepada Allah, Karena Meminta Kepada Manusia

ABU Muslim adalah orang yang sangat pemalu terhadap Allah. Dalam kondisi apapun ia tidak pernah mau untuk meminta kepada manusia, karena ia tahu bahwa Allah yang Maha Kuasa untuk memberinya segala sesuatu. Ia selalu berharap dan bergantung hanya kepada Allah.

Dikisahkan pada suatu hari Abu Muslim pulang ke rumahnya tanpa membawa uang. Padahal istrinya sangat berharap bahwa kali ini Abu Muslim membawa uang karena tak ada makanan sedikit pun di rumahnya.

“Bagaimana bisa engkau mengeluh dan tidak punya apa-apa, padahal engkau adalah orang yang paling dekat dan dihormati khalifah? Pergilah ke sana dan jelaskanlah keadaan kita kepadanya bahwa kita sangat kekurangan, fakir dan perlu bantuannya segera. Aku yakin pasti khalifah akan membantu kita dan tidak membiarkan kita hidup fakir,” ungkap istrinya.

Abu Muslim menjawab, “Naudzubillah, aku berlindung kepada Allah kalau sampai aku melakuka hal itu. Aku sangat malu kepada Allah. Kalau sampai meminta bantuan kepada makhluk Allah, padahal Allah lah yang Maha Pemurah. Aku tidak mungkin meminta bantuan kepada selain Allah,” jawab Abu Muslim sambil meninggalkan istrinya dan berjalan ke masjid. Sesampainya di masjid ia shalat dua rakaat, berdzikir dan berdoa, “Ya Allah, Ya Rabbi yang Maha Mengetahui setiap rahasia. Engkau Mahatahu jika aku sangat malu jika meminta pertolongan kepada selain-Mu. Wahai Tuhan yang Maha Luas kemurahannya, anugrahkanlah kepadaku gandum, adas, minyak dan kayu bakar. Karuniakanlah kepada istriku pakaian dan kerudung. Serta karuniakanlah anak-anakku pakaian dan sapi untuk diminum susunya. Ya Allah kabulkanlaah doaku. Aamiin”

Kebetulan, pada saat itu ada seorang pengawal istana khalifah yang sedang shalat di masjid dan mendengar semua doa-doa Abu Muslim. Pengawal istana ini begitu keheranan mendengar doa Abu Muslim. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke istana dan menceritakan apa yang terjadi kepada khalifah.

Ketika mendengar cerita dari pengawalnya tersebut, khalifah tertawa lalu berkata, “Aku yakin. Aku tahu siapa lelaki yang sedang berdoa di dalam masjid itu. Aku yakin dia adalah Abu Muslim. Dia adalah seorang lelaki yang sangat malu kepada Allah. Sekarang, coba kamu ulangi isi doanya. Aku ingin mengirim barang-barang yang dimintanya itu ke rumahnya secepatnya. Sebelum ia keluar dari masjid. Setiap barang yang ia minta kirim dua kepadanya.”

Sementara itu Abu Muslim tetap berada di masjid untuk berdzikir dan membaca Al-Quran. Setelah beberapa lama ia memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah, istrinya menyambut ia dengan penuh kehangatan.

“Coba renungkan Abu Muslim, sekarang kita tidak kekurangan lagi. Ini tak lain karena kau mau mendengar nasihatku. Akhirnya kaupergi juga ke tempat khalifah,” ungkap istrinya.

Abu Muslim merasa kebingungan dengan perkataan istrinya. Ia bersumpah bahwa ia tidak menemui khalifah. Bahkan ia tak bertemu dengannya selama satu minggu. Lalu istrinya mejadi kebingungan dengan jawaban Abu Muslim tersebut. Ia meminta Abu Muslim untuk menceritakan kemana ia pergi jika bukan kepada khalifah.

Abu Muslim pun bercerita bahwa ia mengadukan semua permasalahannya kepada Allah. Ia pergi ke masjid untuk shalat dan berdoa kepada Allah. Ia bercerita bahwa ia sangat malu kepada Allah dan tidak mungkin untuk meminta kepada selain Allah.

Mendengar cerita Abu Muslim tersebut, istrinya menangis terharu dengan sikap suaminya tersebut. Ia berterimakasih kepada Allah dan suaminya dan dia berkata, “Alangkah mulianya jiwamu! Alangkah indahnya perbuatanmu, suamiku! Alangkah pengasihnya Allah yang tidak pernah melupakan hambanya.”

https://www.islampos.com/malu-kepada-allah-karena-meminta-kepada-manusia-193685/

Bila Seseorang Wafat Allah Akan Menutup Aibnya

SETIAP yang bernyawa pasti akan mati. Itulah ungkapan yang mungkin sudah familiar di telinga kita. Dan itu dapat menjadi pengukuran diri serta ajang untuk memperbaiki diri sebelum hal itu terjadi. Ketika kematian telah terjadi, maka kita akan siap untuk menyambutnya.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang yang memang mengetahui bahwa dirinya akan mati, tetap saja tidak berubah. Ada keinginan, tapi nafsunya begitu besar hingga akhirnya ia tetap berada dalam kesalahan. Padahal, kita ketahui bahwa orang yang tidak mau bertaubat dari kesalahannya akan disiksa dan ditempatkan di neraka.

Jika penyiksaan itu diketahui, ketika seseorang wafat oleh orang lain yang masih hidup tentu aib buruknya akan terlihat. Tapi, tidak demikian dengan apa yang menjadi ketentuan Allah SWT.

Allah menutup aib mayit yang berdosa apabila mereka orang yang suka berbuat dosa, agar mereka tidak digunjing orang yang hidup setelahnya. Demikian pula apabila mereka orang yang baik, keluarga mereka tidak akan berhenti berbuat amal jariyah dan mendoakannya karena mengetahui keadaannya yang baik di alam Barzah.

Seandainya orang yang meninggal itu adalah orang yang celaka, ketidaktahuan pihak keluarga tentulah tidak membuat mereka merusa terguncang dan berputus asa.

Pihak keluarga tidak akan merasa rendah diri dan malu apabila ternyata khalayak mengetahui bahwa keluarga mereka yang dikubur tersebut tengah disiksa.

Apabila seseorang mengetahui peristiwa di alam kubur, maka permasalahan ini tidak termasuk ujian mengimani permasalahan yang ghaib.

https://www.islampos.com/seseorang-wafat-allah-tutup-aibnya-237770/

Tujuh Perbuatan Penghancur Amal

Setiap Muslim berharap dapat beramal saleh sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Amal saleh yang banyak dan baik bisa menjadi bekal keselamatan dunia dan akhirat. Namun, patut diketahui segala amal saleh bisa lenyap nilainya dari Allah SWT jika seorang Muslim melakukan satu dari tujuh perbuatan yang dilarang. Astaghfirullah.

Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan umatnya untuk menjauhi tujuh perbuatan ini. Apa saja itu? Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah tujuh dosa penghancur (amal).” Para sahabat Nabi bertanya, “Apa yang tujuh itu?” Nabi menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah larang kecuali dengan hak (hukum), memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri saat pertempuran berkecamuk, menuduh (zina) wanita mukminah yang memelihara kehormatannya.” (HR Bukhari).

Larangan untuk berbuat syrik tertuang dalam firman Allah SWT (QS al-Furqan [25]: 23). Bukan sekadar menghancurkan amal saleh, perbuatan syirik juga tidak terampuni apabila pelakunya belum sempat bertobat sampai ajal menjemput (QS an-Nisa’ [4]: 48), keluar dari Islam dan menjadi halal darah dan hartanya (QS at-Taubah [9]: 5), dan pelakunya haram masuk surga (QS al-Maidah [5]: 72).

Kedua, sihir. “Barang siapa yang mengikat suatu ikatan (buhul), lalu ia meniupnya maka sungguh ia telah menyihir. Barang siapa yang menyihir maka sungguh ia telah berbuat syirik. Barang siapa menggantungkan diri kepada sesuatu maka ia akan diserahkan kepada sesuatu itu.” (HR an-Nasa’i).

Ketiga, membunuh tanpa hak. “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS al-Maidah [5]: 32). Keempat, memakan riba. Dari Jabir, Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, nasabah riba, juru tulis, dan dua saksi transaksi riba. Nabi bersabda, “Mereka itu sama.” (HR Muslim).

Kelima, memakan harta anak yatim. “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke api yang menyala-nyala (neraka).” (QS an-Nisa’ [4]: 10).

Keenam, lari dari peperangan. Melarikan diri saat perang sedang berkecamuk itu sebagai perbuatan dosa besar dan bagi pelakunya akan mendapat dua ancaman, yaitu murka Allah dan siksa api neraka. (QS al-Anfal [8]: 15-16).

Ketujuh, menuduh wanita berzina. “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali cambukan, dan janganlah kamu terima kesaksian yang mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS an-Nur [24]: 4). Semoga Allah membim bing kita agar terhindar dari tujuh dosa yang menghancurkan amal. Aamiin.