رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Senin, 22 Desember 2014

Mari Membeli Rumah di Syurga




DEBU di alam raya bertebaran tiada henti. Setiap hari serpihan kecilnya berdatangan silih berganti. Bahkan setiap jam berganti jam, debu bertebaran mengotori. Begitupun dalam setiap menit dan detiknya. Siapa pun manusia yang menghirup udara di muka bumi, tidak mungkin mampu menghindarinya. Sehingga membersihkan debu dari alam sekitar menjadi sunnatullah yang tidak bisa kita hindari.

Sama halnya dengan kesalahan dalam diri manusia, seperti debu yang datang silih berganti—Manusia tidak luput dari salah dan lupa. Itulah debu yang tidak nampak di permukaan namun harus dan bahkan wajib untuk kita bersihkan. Itulah debu yang tidak nampak di permukaan namun jutaan bahkan miliyaran ummat Islam di seluruh dunia senantiasa membersihkannya dalam setiap do’a yang mereka panjatkan.

Minimalnya lima kali dalam sehari, miliyaran umat islam memohon kepada Allah SWT agar mereka terbersihkan dari debu-debu noda dan dosa. Namun, kita sadari atau tidak, dalam diri ini ada noda-noda dosa yang sudah lama berkarat. Maka kemarilah, sejenak kita memperbaharui keimanan kita. Bersama kita berjuang membersihkan noda dan dosa yang sudah lama berkarat.

Setelah itu perhatikanlah shalat sunnah nafilah. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : ‘Barangsiapa yang senantiasa melakukan shalat sunnah nafilah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di syurga.’

Dua belas rakaat sunnah nafilah (dua rakaat sebelum shalat subuh, dua rakaat sebelum dzuhur, empat rakaat sesudah dzuhur, dua rakaat sebelum maghrib dan dua rakaat setelah isya).

Seorang guru dari Mesir mengatakan, ‘Perhatikanlah shalat kalian, lalu berusahalah untuk shalat malam.
Pada satu per tiga malam terakhirlah Allah SWT turun ke langit bumi dan berfirman. “Adakah diantara kalian yang memohon, maka akan Aku (Allah) kabulkan permintaannya, adakah diantara kalian yang meminta ampun maka akan Aku (Allah) ampuni kesalahannya.” Itulah waktu mustajab.

Bahwasannya Shalahuddin Al-Ayyubi selalu mengawasi tenda pasukannya di sepertiga malam terakhir. Ketika Shalahuddin Al-Ayyubi mendapati ada pasukan yang melakukan Shalat malam di dalam tenda, maka Shalahuddin Al-Ayyubi mengatakan: “Inilah tanda-tanda kemenangan”. Dan ketika shalahuddin Al-Ayyubi mendapati ada pasukan yang tertidur lelap dalam sebuah tenda, maka dia mengatakan: “Inilah tanda-tanda kekalahan”.

Maka kemarilah, sejenak kita memperbaharui keimanan. Adakah kita di shaf terdepan ketika imam mengumandangkan takbiratul ihram? Seberapa besar usaha kita meraih rumah di syurga? Dan seberapa seringkah kita berdiri di malam hari, memohon dan meminta ampunan kepada Allah?
Semoga sejenak upaya memperbaharui keimanan ini bisa membersihkan noda-noda yang sudah lama berkarat.


Islampos