رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Selasa, 11 November 2014

Nabi Muhammad dalam Kitab Suci Terdahulu



Kitab-kitab suci terdahulu, baik Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, berbicara secara jelas tentang Nabi Islam, dan mengenai hal ini Allah berfirman di dalam al-Qur’an,
‘(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.’ (al-A’raf: 157)
Bukan hanya Kitab Suci, tetapi semua naskah kuno yang pernah digunakan dalam ritual peribadatan memberi kabar tentang kedatangan Nabi Islam.

Kitab Ulangan 18 ayat 17,18,dan 19 mengatakan: (17) Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; (18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (19) Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.
Nubuat ini begitu jelas berbicara tentang seorang nabi bahwa Allah akan memilih di antara saudara-saudara Israel (orang Arab) dan membuang pemikiran parsial apapun.

Ini adalah nubuat yang penting untuk orang-orang Yahudi yang masih menunggu pembuktiannya selama berabad-abad hingga kedatangan Nabi Mohummad. Beberapa dari mereka, menurut beberapa nubuat, mengetahui tempat dan waktu waktunya, sehingga mendorong mereka untuk pergi ke Madinah, dan Makkah, dan kota-kota di sekitarnya.

Mereka selalu mengancam orang-orang Arab musyrik dengan berkata, ‘Ini adalah waktu dimana Allah akan mengirim seorang nabi yang akan kami ikuti, lalu akan memerangi dan melenyapkan kalian.’ Ketika Nabi Islam muncul, banyak orang yang beriman dan banyak pula yang tidak beriman. Di antara alasan etiologis yang mendorong mereka masuk Islam adalah banyaknya berita tentang nabi Islam di dalam berbagai kitab suci. Beberapa di antaranya telah dihapus, beberapa yang lain telah dipenggal, tetapi ada pula yang masih menjadi bukti yang kuat mengenai kenabian Muhammad saw.

Nubuat yang disebutkan di atas, walaupun cocok dengan nabi Islam, orang-orang Yahudi mengklaim bahwa nubuatan sesuai dengan Yosua. Orang-orang Kristen memiliki pendapat lain, karena mereka selalu dalam kebiasaan mengubah setiap nubuat dalam Perjanjian Lama agar sesuai dengan Yesus. Mereka memilintir kata-kata tertentu untuk memberikan arti lain yang bertentangan dengan semua fakta sejarah, bahkan memasukkan, menghapus dan menyisipkan kata-kata baru ke dalam nubuat ini agar sesuai dengan apa yang mereka klaim. Umat Islam alasan yang baik bahwa nubuat berbicara dengan jelas dan pasti mengenai nabi Muhammad saw.

Jadi kita sekarang menghadapi tiga pendapat yang berbeda: Siapa yang dimaksud nabi di sini? Apakah Yosua, Yesus atau Muhammad saw? Hanya satu seorang dari mereka yang benar. Kami akan menjawab pertanyaan ini dalam artikel berikut:

Apakah nubuatan ini merujuk kepada salah satu nabi Yahudi? Jawabannya jelas tidak tidak, karena:
(1) Nubuat tersebut mengatakan, ‘Allah akan mengangkat seorang nabi dari saudara-saudara mereka.’ Jadi, nubuat ini berbicara tentang seorang nabi yang bukan dari Israel.
(2) Jika nubuat dimaksud merujuk kepada salah satu nabi Yahudi, maka Musa pasti berkata, ‘Dari kalangan kalian sendiri,’ yaitu dua belas suku utama Yahudi yang ada di hadapan Musa.
(3) Epilog kitab Ulangan memberi kesaksian terhadap fakta bahwa bukan Yosua atau nabi Yahudi yang lain yang dimaksudkan di sini. Epilog tersebut mengatakan, ‘Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel.’ (Ulangan 34: 10)
(4) Kitab Maleakhi, yang merupakan bagian terakhir dari Perjanjian Lama, mencatat nubuat yang difirmankan Tuhan, yang menunjukkan bahwa utusan yang dijanjikantu tidak datang pada masa tersebut, dan dengan demikian Yosua tidak mungkin seorang nabi: ‘Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam.’ (Maleakhi 3: 1)

Komentar McKenzie mengenai Maleakhi: Buku ini oleh para kritikus ditengarai ada sesudah pembangunan ulang candi pada tahun 516 SM, selama periode Persia dan sebelum reformasi Nehemia dan Ezta, yaitu sebelum 432 SM. Rekaman nubuat tentang ‘utusan yang dijanjikan’ menunjukkan bahwa sampai 432 SM orang-orang Israel masih menunggunya dan ia belum datang.

Berbagai studi historis membuktikan fakta bahwa nubuat ini tidak terbukti baik sebelum atau setelah Yesus. Tidak ada nabi yang diklaim dari kalangan orang-orang Yahudi. Ayat ‘Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel’ juga membuktikan fakta ini. Mungkin epilog tersebut ditulis oleh Ezra pada 800 hingga 900 tahun setelah Musa. Jadi nubuat tersebut tetap tak terpenuhi selama 8 sampai 9 abad setelah Musa.

Dimungkinkan bahwa ia mungkin ditulis oleh beberapa redaktur kitab lainnya bila Taurat dan beberapa naskah Alkitab lainnya pertama kali dikompilasi dalam bentuk tertulis sekitar lima ratus tahun setelah Musa. Itu berarti nubuat tetap tak terbukti untuk tidak kurang dari 500 tahun setelah Musa. Ini juga tidak berarti bahwa nubuat tersebut terbukti sesudahnya. Tidak ada yang pernah diklaim sebagai ‘utusan yang dijanjikan’, atau prasyaratnya terpenuhi pada waktu kapapun setelah Musa. Hampir setiap sarjana Injil memahami bahwa nubuat tersebut masih belum terbukti bahkan setelah masa Yesus. The Bible Knowledge Commentary melihat: Selama abad pertama masehi, pemimpin formal Yudaisme masih mencari pembuktian dari nubuat Musa tersebut (silakan merujuk Yohanes I: 21).

Yang tetap tak terbukti selama masa Isa dan orang-orang Yahudi adalah mereka masih menunggu kedatangan nabi ini, dan hal itu dapat dipastikan sumbernya dari Injil Yohanes berikut: (19) Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: ‘Siapakah engkau?’ (20) Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: ‘Aku bukan Mesias.’ (21) Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’ ‘Engkaukah nabi yang akan datang?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’ (22) Maka kata mereka kepadanya: ‘Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?’ (23) Jawabnya: ‘Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.’ (24) Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. (25) Mereka bertanya kepadanya, katanya: ‘Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?’ (Yohanes 1: 19-25)

Dari studi yang dilakukan di atas ini, jelas bahwa ‘Nabi yang seperti Musa’ belum dibangkitkan hingga masa Yesus Kristus.

Nubuat seperti yang dijelaskan pada bagian pertama itu justeru sesuai dengan sifat-sifat Nabi Muhammad saw, bukan yang lain, dengan alasan berikut:

(1) Nubuat tersebut menyatakan, ‘Dari saudara-saudara mereka.’

Muhammad saw adalah salah seorang dari saudara-saudara Musa as. Bangsa Arab adalah saudara bangsa Yahudi. Ibrahim as mempunyai dua anak laki-laki: Ismail dan Ishak as. Bangsa Arab adalah keturunan Ismail as dan orang-orang Yahudi adalah keturunan Ishak as. Jadi, bangsa orang Arab atau keturunan Ismail adalah saudara orang-orang Yahudi, dan Nabi Muhammad saw berasal dari keturunan Ismail.

Kata ‘saudara-saudara’ digunakan dalam Kitab Suci untuk merujuk kepada Ismail dan keturunannya. Dalam kitab Kejadian kita temukan, ‘Mereka (anak-anak Ismail) itu mendiami daerah dari Hawila sampai Syur, yang letaknya di sebelah timur Mesir ke arah Asyur. Mereka menetap berhadapan dengan semua saudara mereka.’ (Kejadian 25:18)
Bani Ishaq adalah saudara bani Ismail. Demikian juga, Muhammad adalah sebagian dari saudara bangsa Israel, karena dia adalah seorang keturunan Ismail putra Ibrahim.

(2) Nubuat di atas mengatakan ‘seperti engkau ini’.

Orang-orang Kristen mengatakan bahwa nubuat ini merujuk kepada Yesus karena Yesus itu seperti Musa. Musa adalah seorang Yahudi, dan juga Yesus adalah seorang Yahudi. Musa adalah seorang Nabi dan Yesus juga seorang Nabi. Jika hanya ada dua kriteria agar nubuat ini terpenuhi, maka semua nabi di dalam Alkitab yang datang setelah Musa seperti Sulaiman, Yesaya, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Malachi, Yohanes sang Pembaptis dapat memenuhi nubuat ini karena mereka adalah orang-orang Yahudi dan juga nabi.

Tabel berikut ini menunjukkan sejauh mana Muhammad saw adalah nabi yang lebih menyamai Musa, sedangkan Yesus tidak.



Sebenarnya, klaim bahwa nubuat tersebut sesuai dengan Yesus meskipun semua sifat Musa bertentangan sifat-sifat Isa, melainkan sesuai dengan sifat-sifat Muhammad, adalah klaim yang lemah dan tidak dapat dipertahankan. Selain itu, Isa adalah seorang nabi Yahudi dan tidak memiliki hukum yang independen. Isa mengatakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius: 5:17)

(3) Nubuat tersebut mengatakan bahwa Allah akan meletakkan firman-Nya di mulut Nabi yang dinantikan itu.

Diketahui bahwa nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis (ummi atau unliteral), maka Allah akan meletakkan kata-kata di mulutnya. Musa menuturkan bahwa firman Allah itu diletakkan di mulutnya, dan itulah yang terjadi pada Nabi Muhammad dengan al-Qur’an. Allah berfirman, ‘Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).’ (an-Najm: 3-4).

Nabi Muhammad datang dengan membawa sebuah pesan kepada seluruh dunia. Semua manusia, termasuk orang-orang Yahudi dan Kristen, harus menerima kenabiannya, dan ini didukung oleh keterangan dalam Injil berikut berikut ini: ‘Dan dia akan berbicara kepada mereka semua bahwa aku memerintahkannya..’ Diketahui bahwa nabi Muhammad telah menyampaikan firman Allah ke seluruh dunia dan beliau tidak mati sampai beliau selesai menyampaikan pesan tersebut.

(4) Nubuat itu mengatakan, ‘Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku..’

Al-Qur’an al-Karim terdiri dari 114 surat, dan seluruh surat itu dimulai dengan basmalah. Hanya satu surat yang tidak diawali dengan basmalah, yaitu surat at-Taubah. Jadi, bagian dari nubuat ini juga sesuai dengan Nabi Muhammad saw.

Abdul-Ahad Dawud, the former Rev. David Benjamin Keldani, BD, a Roman Catholic priest of the Uniate-Chaldean sect . After embracing Islam, he wrote the book, ‘Muhammad in the Bible.’ He writes about this prophecy:

Abdul Ahad Dawud, mantan ketua organisasi David yang juga ketua organisasi Benjamin Keldani, seorang imam Katolik dari sekte Uniate-Chaldean, setelah memeluk Islam ia menulis buku ‘Muhammad dalam Alkitab.’ Dia menulis tentang nubuat ini sebagai berikut:
‘Jika kata-kata ini tidak sesuai dengan Muhammad, maka janji yang diberikan kepada mereka masih tetap tak dipenuhi. Yesus sendiri tidak pernah diklaim sebagai nabi yang disebut dalam nubuat tersebut. Bahkan murid-muridnya memiliki pendapat yang sama: mereka tidak melihat kedatangan kedua Yesus untuk pemenuhan dari nubuat (Kisah para Rasul 3: 17-24).

Yesus, seperti yang diyakini oleh Gereja, akan muncul sebagai Hakim. dan bukan sebagai pembuat hukum, melainkan nabi yang dijanjikan datang dengan dengan ‘hukum yang berapi-api’ di sebelah tangan kanannya. Muhammad Asad—lahir di Leopold Weiss pada Juli 1900 di kota Lvov (Lemberg Jerman), kini di Polandia, kemudian menjadi bagian dari kerajaan Austria—adalah bagian dari garis keturunan yang panjang para rabi, dimana garis keturunan itu putus pada ayahnya yang menjadi pengacara. Asad sendiri menerima pendidikan agama yang memberinya kemampuan untuk menjaga tradisi keluarga rabi. Dia telah menjadi ahli bahasa Ibrani pada usia dini dan familiar dengan bahasa Aramaik. Dia mempelajari naskah Perjanjian Lama yang asli dan juga teks dan komentar dari Talmud, the Mishna and Gemara, dan dia telah mengkaji seluk-beluk tafsir Bible, yaitu kitab the Targum.

Mengomentari ayat al-Qur’an, ‘Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui,’ (al-Baqarah: 42), Muhammad Asad menulis, ‘Maksud dari ‘mencampur-adukkan yang hak dengan yang batil’ adalah memanipulasi kitab Bibel, dimana al-Qur’an sering mengecam orang-orang Yahudi atas tindakan mereka itu.

Sementara arti lafazh ‘menyembunyikan yang hak’ itu merujuk kepada cara interpretasi mereka terhadap ucapan Musa dalam Injil secara tidak bertanggungjawab dan ngawur. Dalam Injil Musa berkata, ‘Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.’ (Ulangan 18:15) Dan juga terhadap firman Tuhan sendiri, ‘Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya.’ (Ulangan 18:18).

Kata ‘saudara mereka’ itu jelas maksudnya, yaitu orang-orang Arab khususnya musta’ribah (Arabianized) sebagai salah satu suku di antara mereka yang merupakan keturunan Ismail dan Ibrahim. Dan karena suku ini adalah sukunya Nabi saw, yaitu Qurasiy, maka isyarat-isyarat dalam Injil itu sesuai dengan kerasulan beliau.


Eramuslim

Yahudi Gagal Membunuh Nabi Isa A.s.




Berbeda sekali dengan konsep keimanan seorang Kristen yang meyakini jika Nabi Isa a.s. atau Yesus Kristus meninggal karena disalib untuk menebus dosa umat manusia, maka kitab suci Al-Qur’an yang dijaga Allah SWT kemurnian dan kesuciannya sampai dengan hari akhir menyatakan jika yang disalib bukanlah Nabi Isa a.s., melainkan seseorang yang wajahnya diserupai Isa a.s. Sedangkan Isa a.s. sendiri diselamatkan Allah SWT dengan diangkatnya ke surga

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

"dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya, kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah', padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa."
"Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana."
(QS. An-Nisaa: 157-158).

Para pendeta Yahudi yang tergabung dalam Dewan Pendeta Sanhendrin membujuk Raja Herodes untuk melakukan pengejaran terhadap Isa a.s. dan menangkapnya. Isa a.s. berhasil ditangkap dan hendak disalibkan. Namun Allah menolong Isa a.s. dan mengangkatnya ke surga. Dari hadist Nabi Muhammad SAW kita akan mengetahui jika menjelang akhir zaman, Isa a.s. akan kembali turun ke bumi di Menara Putih sebuah masjid di Damaskus, Syiria. Hal pertama yang dilakukan Isa a.s. ketika turun kembali ke bumi adalah sholat.

“Tidak ada seorang nabi pun antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun (dari langit), apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah;bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan memakai dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air waulupun ia tidak basah”. (HR Abu Dawud).
“Isa ibn Maryam akan turun di ‘Menara Putih’(Al-Mannaratul Baidha’) di Timur Damsyik”. (HR Thabrani dari Aus bin Aus)

“Sekelompok dari ummatku akan tetap berperang dalam dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat, sehingga turunlah Isa Ibn Maryam, maka berkatalah pemimpin mereka (Al-Mahdi): “ Kemarilah dan imamilah shalat kami”. Ia menjawab;”Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai suatu kemuliaan yang diberikan Allah kepada ummat ini (ummat Islam)”. (HR Muslim & Ahmad).

“Tiba-tiba Isa sudah berada di antara mereka dan dikumandangkanlah shalat, maka dikatakan kepadanya, majulah kamu (menjadi imam shalat) wahai ruh Allah.” Ia menjawab:”Hendaklah yang maju itu pemimpin kamu dan hendaklah ia yang mengimami shalat kamu”. (HR Muslim & Ahmad).

Hal pertama yang dilakukan Nabi Isa setelah turun dari langit adalah menuaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh hadist-hadist di atas. Nabi Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang di imami oleh Imam Mahdi. Kedatangan Nabi Isa akan didahului oleh kondisi dunia yang dipenuhi kedzaliman, kesengsaraan dan peperangan besar yang melibatkan seluruh penduduk dunia. Setelah itu kemunculan Imam Mahdi yang akan menyelamatkan kaum muslimin, kemudian kemunculan dajjal yang akan berusaha membunuh Imam Mahdi, setelah dajjal menyebarkan fitnahnya selama 40 hari, maka Nabi Isa akan diturunkan dari langit untuk menumpas dajjal.

Turunnya nabi Isa ke bumi mempunyai misi menyelamatkan manusia dari fitnah Dajjal dan membersihkan segala penyimpangan agama, ia akan bekerjasama dengan Imam Mahdi memberantas semua musuh-musuh Allah.

Dikisahkan setelah Isa as. selesaikan menunaikan shalat, ia berkata, “Keluarlah kamu (pasukan kaum muslimin) semua bersama kami untuk menghadapi musuh Allah, yaitu dajjal.” Lalu mereka pun keluar, kemudian Ia (Isa) dilihat oleh dajjal si laknat yang baru saja mendakwa kepada manusia, bahwa ia adalah raja yang mendapat petunjuk dan pemimpin yang jenius serta bijaksana, bahkan mengaku sebagai Tuhan Yang Maha Tinggi. Begitu ‘Isa dilihat oleh dajjal, dajjal pun meleleh seperti garam yang meleleh di di air.

Kemudian dajjal kabur, tetapi ia dihadang oleh Isa di pintu kota Lud di Palestina. Sekiranya Isa membiarkan saja hal ini maka dajjal akan hancur seperti garam dalam air, akan tetapi Isa berkata kepadanya,
“Sesungguhnya aku berhak untuk menghajar kamu dengan satu pukulan.” Lalu Isa as. menombak dan membunuhnya, maka Isa as. memperlihatkan kepada semua orang darah dajjal di tombaknya. Maka tahu dan sadarlah para pengikut dajjal dari kalangan Yahudi, bahwa dajjal bukanlah Allah. Jika benar apa yang didakwakan dajjal(dajjal mengaku sebagai tuhan) tentulah dajjal tidak akan dapat dibunuh oleh Nabi ‘Isa.

Ketika itu Nabi Isa a.s. menyeru kepada umat Kristiani untuk mengucapkan kalimat tauhid, kembali kepada jalan yang haq seperti apa yang telah disampaikannya ribuan tahun lalu sebelum agama Nasrani dirusak oleh tangan Yahudi bernama Paulus dari Tarsus.

Menurut suatu riwayat Nabi Isa, setelah turun dari langit akan menetap dibumi sampai wafatnya selama 40 tahun. Ia akan memimpin dengan penuh keadilan, sebagaimana yang diceritakan dalam hadist berikut: “Demi yang diriku berada ditangannya, sesungguhnya Ibn Maryam hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil, maka ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menolak upeti, melimpahkan harta sehingga tidak seorangpun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’I, Ibn Majah dari Abi Hurairah).

Juga dkisahkan bahwa Nabi Isa akan melaksanakan haji: ”Demi Dzat yang diriku berada ditanganya, sesungguhnya Ibn Maryam akan mengucapkan tahlil dengan berjalan kaki untuk melaksanakan haji atau umrah atau kedua-duanya dengan serentak”.(HR Ahmad & Muslim dari Abi Hurairah).

Nabi Isa a.s. akan meninggal setelah membunuh dajjal, menjadi pemimpin yang adil, dan membenarkan risallah yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW di akhir zaman. Hanya saja kita tidak mengetahui kapan dan bilamana ini semua akan terjadi, karena Yahudi Talmudian terus-menerus bekerja siang-malam untuk menyesatkan umat manusia dari jalan kebenaran dengan membuat berita-berita palsu.


Eramuslim