Salah satu tujuan membangun rumah tangga adalah meneruskan
garis keturunan. Kehadiaran anak menjadi pelengkap kebahagiaan sebuah keluarga
ideal. Keluarga tanpa anak, bak ruang hampa tanpa perabotan.
Terlebih mereka yang memahami keutamaan anak bagi orang tua
dalam Islam, sejuta harapan untuk memiliki anak akan senantiasa
membayang-bayangi hidupnya. Hanya saja, kenyataan tidak selalu mengikuti
harapan. Namun, sebagai orang yang beriman, kita tidak perlu terlalu
merisaukan. Karena apapun yang kita alami, tidak akan disia-siakan. Semua bisa
menjadi pahala.
Kuatkan Keyakinan
Kekuatan doa sebanding dengan kekuatan keyakianan. Karena
itu, sebelum memohon kepada Allah, kuatkan keyakinan Anda tentang kekuasaan
Allah terhadap isi doa yang Anda minta. Ketika Anda hendak memohon keturunan
kepada Allah, tanamkan keyakinan secara mendalam bahwa Allah yang mangatur
semua keturunan manusia.
لِلَّهِ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ
لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ
لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ
يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا
إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
“Hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan
apa yang Dia kehendaki. Dia memberi anak perempuan kepada siapa saja yang Dia
kehendaki, dan Dia memberi anak laki-laki kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Atau Dia memberi sepasang anak perempuan dan laki-laki. Dia juga yang
menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki sebagai orang mandul. Sesunguhnya Dia
Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.”
(QS. As-Syura: 49 – 50).
Dengan memahami hal ini, semangat Anda untuk semakin
berharap kepada karunia Allah akan menjadi besar. Anda akan semakin bersandar
kepada Sang Kuasa dan tidak bosan mengulang-ulang doa dan permohonan
kepada-Nya. Dengan semangat ini, diharapkan bisa menjadi sebab Allah
memperkenankan doanya. Karena sekali lagi, kekuatan doa itu setingkat dengan
kekuatan keyakinan dan semangatnya.
Satu teladan yang membuktikan hal ini dan layak untuk kita
tiru, ketabahan Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Sampai di usia senja, Allah belum
memberikan karunia anak untuk beliau. Namun, beliau tidak pupus harapan, sampaipun
dalam kondisi yang membuat orang umumnya putus asa untuk memiliki anak. Dalam
Alquran, Allah ceritakan perjuangan doa Nabi Zakariya,
ذِكْرُ
رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا
(2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً
خَفِيًّا (3) قَالَ رَبِّ إِنِّي
وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ
شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ
رَبِّ شَقِيًّا (4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ
وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ
لَدُنْكَ وَلِيًّا (5) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ
وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)
Menyebutkan penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada
hamba-Nya, Zakaria (2). Tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang
lembut (3). Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan
kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada
Engkau, ya Tuhanku (4). Sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabatku
sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku
dari sisi Engkau seorang putera (5), yang akan mewarisi aku dan mewarisi keluarga
Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (6)
(QS. Maryam:
2 – 6).
Beliau sudah tua, istri beliau mandul, yang secara logika
manusia, mustahil punya keturunan. Tapi bagi Allah lain. Dia Maha Kuasa untuk
memberikan apa yang beliau harapkan. Allah mengabulkan doa Zakariya,
وَزَكَرِيَّا
إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ
لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ
الْوَارِثِينَ * فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ
يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ
كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا
رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Ingatlah kisah Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya
Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris
Yang Paling Baik. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada
nya Yahya dan Aku perbaiki isterinya (sehingga dapat mengandung). Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap
dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
(QS. Al-Anbiya:
89 – 90).
Kemudian, disamping manfaat di atas, ketika seseorang
betul-betul meyakini Allahlah yang mengatur semua keturunan hamba-Nya, dia akan
bisa membawa diri dengan baik. Dia akan menerima dan ridha terhadap takdir dan
ketetapan Allah. Sehingga sekalipun dia tidak memiliki anak, kesabarannya bisa
menjadi sumber pahala baginya.
Banyak Beristighfar
Jangan lupa iringi doa anda dengan banyak beristighfar dan
memohon ampun kepada Allah. Karena Allah menjanjikan banyak hal bagi orang yang
banyak istighfar, salah staunya adalah anak. Allah menceritakan ajakan Nabi Nuh
kepada umatnya,
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا*
يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا* وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل
لَّكُمْ أَنْهَارًا
“… istighfarlah kepada Rabb-mu karena sesungguhnya Dia Maha
Pengampun. Niscaya Dia mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, memperbanyak
harta dan anak-anakmu, dan menciptakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”
(QS. Nuh: 10-12).
Ada seseorang yang mengadu kepada Imam Hasan al-Bashri
–ulama senior dari tabi’in– karena lama tidak punya anak. Orang itu meminta
tolong agar Hasan mendoakannya supaya punya anak. Hasan al-Bashri mengatakan,
“Perbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah.” Setelah ditanya, mengapa
beliau memberi saran untuk banyak istighfar. Belliau menjawab,
ما قلت من عندي
شيئاً ؛ إن الله
تعالى يقول في سورة
نوح : استغفروا
ربكم إنه كان غفاراً
….
“Saya tidak menjawab dengan logikaku. Sesungguhnya Allah
berfirman di surat Nuh (yang aritnya): istighfarlah kepada Rabb-mu karena
sesungguhnya Dia Maha Pengampun… dst.”
(Tafsir al-Qurtubi, 18:302).
Adakah Doa Minta Anak
Beberapa situs dakwah yang peduli sunah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, ketika ditanya tentang doa permohonan anak, mereka
menegaskan bahwa tidak ada doa khusus yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Dalam Fatwa Syabakah Islamiyah dinyatakan,
أما التزام دعاء معين
تواظب عليه كأنه مطلوب
بعينه لطلب الولد واعتقاد
سنية ذلك، فهذا لم
نقف على ما يدل
على مشروعيته
Mengamalkan doa tertentu kemudian dirutinkan, seolah-olah
doa itu doa itu secara khusus dianjurkan untuk meminta anak dan diyakini adanya
anjuran doa ini, kami belum menjumpai adanya nash yang menunjukkan
disyariatkannya doa khusus tersebut
(Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 43435).
Hanya saja, dalam Alquran, Allah menyebutkan beberapa doa
yang dipanjatkan Nabi Zakariya ketika memohon keturunan, dan anda bisa
menirunya. Salah satunya doa Zakariya yang Allah sebutkan di surat Al-Anbiya di
atas.Bisa juga dengan doa Nabi Ibrahim, yang telah lama menunggu kehadiran
anak,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ
الصَّالِحِينَ
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku anak yang shaleh.”
(QS.
As-Shafat: 100)
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika ditanya, bolehkah orang
yang lama tidak dikaruniai anak memohon kepada Allah denagn doa Zakariya di
surat Al-Anbiya.
Jawaban beliau,
Tidak masalah melantunkan doa seperti yang disebutkan. Dan
jika dia berdoa dengan selain teks ini, seperti membaca :
اللهم ارزقني ذرية طيبة
، اللهم هب
لي ذرية صالحة
“Ya Allah, berilah aku keturunan yang baik, anugrehkanlah
aku keturunan yang shaleh.”
Atau doa-doa yang semisal, semuanya baik. Contoh doa lainnya
adalah firman Allah
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ
لَّدُنْكَ ذُرِّيَةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ
“Ya Allah, anugrehkanlah aku keturunan yang baik dari
sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Memperkenankan Doa.”
(QS. Ali Imran: 38)
(Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 8:423).
Semoga Allah memberkahi semua keadaan kita.
Allahu a’lam