Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan
para sahabatnya.
Istghfar memiliki banyak faidah di kehidupan akhirat dan
dunia. Ia menjadi sebab datangnya maaf dan ampunan Allah atas dosa dan
kesalahan. Sedangkan dosa menjadi sebab berbagai kesulitan di dunia dan
akhirat. Maka siapa Allah ampuni dosa-dosanya karena sebab istighfarnya, Allah
akan menghindarkan darinya kesulitan dunia dan ahirat. Sebaiknya, Allah akan
berikan berbagai kemudahan dan keberkahan.
Allah Ta'ala berfirman tentang petuah Nabi Nuh 'alaihis
salam kepada umatnya agar banyak istighfar,
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ
لَكُمْ أَنْهَارًا
"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun
kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,dan membanyakkan harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai"."
(QS. Nuuh: 10-12)
Allah menerangkan tentang titah Nabi Hud kepada kaumnya
untuk istighfar, ia menjadi sebab bertambahnya kekuatan fisik dan turunnya
rizki,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ
وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
"Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun
kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang
sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan
janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa"."
(QS. Huud: 52)
Dalam hadits disebutkan,
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ
جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ
كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ
كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Siapa yang kontinyu beristighfar maka Allah jadikan
baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap
kesedihannya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka." .
(HR.
Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Namun terkadang ada seseorang yang beristighfar, motifasi
utamanya, untuk mendapat jodoh, mendapat perkerjaan, atau supaya rizkinya
lancar. Tidak banyak istighfar sebelumnya dan tidak menjalankannya lagi sesudah
tercapai harapannya. Bagaimana status orang yang beristighfar semacam ini?
Pada dasarnya, istighfar termasuk amal akhirat. Artinya amal
yang harapan balasannya nanti di akhirat. Yaitu, agar dosa-dosa diampuni,
diselamatkan dari neraka, diberi pahala besar oleh Allah, dan dimasukkan surga.
Maka seseorang yang beristighfar haruslah menargetkan tujuan akhirat tadi. Jika
ini dilakukan, maka manfaat-manfaat duniawi akan turut.
Karenanya, tidak boleh menjadikan manfaat duniawi sebagai
tujuan utama dari amal ini, misal: memperbanyak istighfar agar cepat mendapat
jodoh, kesembuhan, pekerjaan, atau tujuan lainnya. Sementara tujuan akhirat
tidak terbersit dalam hati. [Baca: Bahaya Beramal Shalih Untuk Mencari Dunia]
Orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya dalam amal
akhirat diancam dengan kerugian di kehidupan kekal abadi. Dia tidak mendapat
apa-apa dari amal shalihnya itu kecuali neraka.
فَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا
آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا
لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ
خَلَاقٍ
“Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya
Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya
bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.”
(QS. Al-Baqarah: 200)
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ
فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا
يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ
مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan?”
(QS. Huud: 15-16)
Sedangkan jika dirinya menghendaki pahala di akhirat dan
berharap manfaat di dunia sesuai petunjuk dari nash maka tidak mengapa. Namun
jika harapan kebaikan duniawinya lebih besar, tingkat keimanan dan
keikhlasannya berkurang. Pahala amalnya itu pun berkurang karena hilangnya
kesempurnaan ikhlas.
Al-Imam Abdurrahman bin Sa’di berkata tentang perincian ini,
“Adapun amal untuk tujuan dunia dan mendapatkan materinya, jika harapan hamba
semuanya untuk tujuan ini dan tidak ada harapan kepada keridhaan Allah dan
pahala di akhirat, maka orang ini tidak memiliki bagian di akhirat. Amal yang
seperti ini tidak akan lahir dari seorang mukmin. Karena seorang mukmin, walau
lemah iman, pasti berharap pahala Allah dan balasan di negeri akhirat. Adapun
orang yang mengerjakan satu amal shalih untuk berharap wajah Allah
(keridhaan-Nya) dan berharap mendapat dunia; kedua tujuan ini sama atau
seimbang, maka orang ini masih mukmin tapi iman, tauhid, dan keikhlasannya
berkurang. (Pahala) amalnya berkurang karena hilangnya kesempurnaan ikhlas.”
Selesai.
Dari sini pentingnya kita memperbaiki niat dan tujuan dalam
semua urusan kita. Beristighfar untuk berharap maaf dan ampunan Allah. Dengan
itu dosa-dosa kita diampuni sehingga pintu-pintu rizki, jadoh, dan keberkahan
dibukakan untuk kita. Wallahu A’lam.