رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Rabu, 17 September 2014

Keutamaan Seorang Guru




KUALITAS sebuah bangsa dapat dilihat dan diketahui dari kualitas sumber daya manusia yang hidup di dalamnya. Dan kualitas sumber daya manusia tersebut sangat ditentukan oleh kualitas guru yang membimbing dan mengarahkan. Gurulah yang mencetak manusia sehingga mampu berprestasi dan memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian sangat wajar bila guru mendapatkan perhatian karena tingginya keutamaan yang mereka miliki.

Al-Ghazali menyebut guru sebagai orang besar di semua kerajaan langit. Ia mengumpamakannya seperti matahari yang menerangi dan memberikan kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmunya guru mengarahkan manusia untuk mengetahui yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk sehingga mereka dapat meraih kebahagiaan dunia dan kenikmatan akhirat.

Guru juga laksana minyak wangi. Setiap manusia pasti menyenangi minyak wangi. Seorang guru itu wangi dengan ilmunya dan menyebarkan wewangian kepada lingkungan yang ada di sekitarnya.. Ia menjadi aromatherapi bagi masyarakat yang haus dengan ilmu pengetahuan dan nasehat yang berharga.

Rasulullah sendiri menyebut dirinya sebagai guru. Beliau mengajari umat Islam untuk terbebas dari gelapnya kebodohan menuju terangnya cahaya kecerdasan. Sedemikian tingginya keutamaan seorang guru sampai beliau bersabda “Barang siapa yang mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkan kepada manusia, maka ia telah mendapat pahala tujuh puluh orang shiddiq (orang yang benar dan membenarkan beliau seperti Abu Bakar As-Siddiq)”.

Dalam hadits lain Rasulullah juga memperlihatkan kecintaannya kepada orang yang mengajarkan ilmu. Rasulullah diriwayatkan ke luar rumah dan menyaksikan dua pertemuan. Pertemuan pertama orang-orang sedang berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan di pertemuan kedua orang sedang mengajarkan ilmu. Rasulullah memilih duduk pada pertemuan yang kedua. Demikianlah betapa tingginya keutamaan seorang guru di mata Rasulullah sehingga sepatutnya kita pun mengikuti jejak beliau.


Islampos