Berbohong atau berdusta adalah
menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataannya. Ia termasuk perbuatan
sangat tercela secara syar’i, akal sehat, dan fitrah yang lurus. Ia
maenghantarkan kepada perbuatan dosa dan kejahatan. Termasuk jalan paling
pintas menuju ke neraka.
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu
'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ
الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran
menunjukkan kepada perbuatan baik, dan perbuatan baik menunjukkan kepada surga,
dan sesungguhnya seseorang yang membiasakan jujur ia akan dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukkan kepada perbuatan
dosa, dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang
yang biasa berdusta ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
(Muttafaq ‘Alaih)
Islam sangat mencela perbuatan
dusta atau berbohong. Umat Islam diperingatkan secara umum agar tidak berdusta.
Bahkan Islam mengategorikannya sebagai bagian dari tanda kekufuran dan
kenifakan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman,
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
“Adapun orang-orang yang kafir
dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 39)
إِنَّمَا
يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya yang
mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. Al-Nahl:
105)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik ada tiga:
apabila ia berkata dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberi
amanat berkhianat.” (Muttafaq ‘Alaih)
Dalam hadits yang sangat masyhur, “Ada
empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafiq
sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari padanya,
maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya;
bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia
memungkiri dan bila bertikai ia berbuat curang.” (Muttafaqun 'alaih)
Maka semaksimal mungkin kita
menghindarkan diri dari berbohong. Jangan mudah berkata dusta walau dalam
perkara-perkara kecil. Karena demikian itu akan mengurangi kepercayaan orang
kepada kita saat kita menyampaikan kebenaran.
Ada beberapa perkara yang
dikerjakan tanpa mereka berdosa, padahal ia benar-benar bagian dari perbuatan
bohong. Di antara contohnya:
Pertama, memanggil anak kecil untuk dikasih sesuatu padahal ia tak punya yang
dijanjikan tersebut. Termasuk di dalamnya mengingkari janji kepada anak kecil
atau menjawab pertanyaan anak kecil dengan jawaban dusta.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir
Radhiyallahu 'Anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam pernah datang ke rumah kami yang saat itu aku masih kecil. Lalu
aku ingin keluar untuk bermain. Lalu ibuku memanggilku: Hai kemarilah, aku
kasih kamu.
Kemudian Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bertanya kepadanya: Apakah sebenarnya kamu tidak ingin
memberinya? Ibuku menjawab: Aku akan kasih dia kurma. Lalu Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya: Adapun jika kamu tidak memberinya
apa-apa maka dicatat atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Dawud)
Kedua, menyampaikan setiap apa yang didengar tanpa di cross-check. Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang dianggap berdusta kalau dia
menyampaikan setiap yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Ketiga, berkata bohong untuk membuat orang tertawa (melawak). Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
وَيْلٌ
لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang
berbicara, padahal ia berbohong untuk sekedar membuat orang-orang tertawa,
celakalah dia, kemudian celakalah dia.” (HR. Abu Dawud dan Al-Tirmizi.
Dihassankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 7136)
Keempat, ngegombal, yakni mengobrol sambil becanda dengan cerita-cerita
dusta. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَا
يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحِ
وَالْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقً
“Seorang hamba tidak beriman
dengan sempurna sehingga ia meninggakan berkata bohong saat becanda dan
meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad)
Al-Imam Ahmad berkata, “Bohong
tidak boleh baik serius atau main-main.”
Penutup
Siksa yang disediakan bagi pendusta
sangat berat, sebelah wajahnya dirobek dengan besi sampai tengkuknya; dimulai
dari mulut sampai tengkuk, lalu sebelah mata sampai tengkuk, dan dari mata
sampai tengkuk. Setelah selesai, berganti sebelah wajah yang lain. Belum
selesai sebelah wajah kedua dirobek, sebelah wajah yang pertama kembali seperti
semula dan siap disiksa kembali.
Jika demikian berat dan ngeri siksa
neraka maka selayaknya kita menjauhi bentuk-bentuk dusta dna berkata bohong,
baik yang beresiko besar atau yang beresiko kecil. Baik saat serius maupun saat
becanda. Wallahu Ta’ala A’lam.
Oleh: Badrul Tamam
[PurWD/voa-islam.com]