رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Sabtu, 18 Oktober 2014

Keutamaan Mengunjungi Sesama Muslim







Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Mengunjungi saudara seiman karena Allah menjadi sebab datangnya kecintaan Allah dan masuk surga. Ini berlaku jika niatan yang mendorongnya adalah rasa cinta karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan bukan karena tujuan materi duniawi.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di satu desa lain, lalu Allah memerintahkan seorang malaikat duduk mengawasinya di jalannya. Saat ia tiba di tempat itu, maka malaikat tersebut bertanya, 'Ke mana kamu akan pergi?'

Dia menjawab, 'Saya bermaksud mengunjungi saudaraku di desa ini.' Malaikat itu bertanya, 'Apakah kamu memiliki suatu nikmat (baca: barang) yang kamu urusi padanya?' Dia menjawab, 'Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah ‘Azza wajalla.' Lalu Malaikat itu berkata, 'Sesungguhnya saya adalah utusan Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya'." 
(HR. Muslim)

Masih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,


مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا


"Siapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi suadaranya seiman, maka ada seorang yang menyeru dari langit: kamu adalah orang baik, dan langkahmu juga baik dan engkau berhak menempati satu tempat di surga." 
(HR. Al-Tirmidzi, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 2578)

Dari Mu’ad bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,


قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ


“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Kecintaan-Kuwajib bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku, orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan orang-orang yang saling berkorban karena Aku.”
 (HR. Malik dan Ahmad. Dishahihkan Al-Albani dalam Takhrij Misykah al-Mashabih, no. 5011)

Saling mengunjungi saudara seiman karena Allah memiliki manfaat yang banyak. Ia bisa menjadi sarana yang melembutkan hati dan mempertautkannya, menambah keimanan, dan membuat jiwa senang. Saling mengunjungi bisa menjadi sarana saling menasihati dan tolong menolong untuk kebaikan.

Muhammad bin al-Munkadir pernah ditanya, “Kenikmatan apa yang tersisa dalam hidup ini” beliau menjawab, “berjumpa dengan saudara-saudara seiman dan memasukkan kebahagiaan dalam diri mereka.”
Imam al-Hasan al-Bashri berkata, “Saudara (seiman) kami lebih kami cintai daripada keluarga kami, saudara seiman kami mengingatkan kami terhadap akhirat sementara keluarga kami mengingatkan kami terhadap dunia.”

Kalau kita telusuri sunnah Nabi dan siroh para sahabat, niscaya kita temukan mereka sangat gemar saling mengunjungi saudara seiman mereka. Bahkan sebagiannya sampai menginap di kediaman saudaranya. Dan Subhanallah, kita dapatkan mereka adalah umat yang sangat kuat rasa cinta antara sesamanya. Sehingga pantaslah jika Allah melimpahkan kecintaan dan keridhaan-Nya atas mereka. Apakah sunnah dan tradisi yang baik ini tetap lestari di zaman modern ini? Wallahu A’alam.



VoaIslam