رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."

Minggu, 22 Januari 2012

Kaidah Sufi

Syeikh Ahmad Zarruq, ra.
Orang yang berbicara dalam soal Tasawuf harus sesuai dengan kadar akal dan pemahaman.
Setiap ilmu ada yang khusus dan ada yang umum. Tasawuf dalam hal ini juga tidak lebih sama dengan yang lain dalam hal umum dan khususnya. Bahkan dalam soal-soal aturan Allah Swt,
yang berkaitan dengan amaliyah ada yang umum, dan selebihnya bersifat khusus menurut penerimanya, bukan menurut penanyanya.

Sebagaimana hadits Nabi saw, “Berbicaralah kepada manusia menurut pengetahuan mereka. Apakah kalian mau bila Allah dan RasulNya didustakan?” (Hr. Ad-Dailamy, dan Al-Bukhary, namun mauquf pada Ali bin Abi Thalib).
Imam Al-Junayd ra., ditanya, “Ada dua orang bertanya pada anda tentang satu masalah yang sama, sedangkan anda menjawabnya berbeda satu sama lain?”
“Jawaban itu menurut kadar penanya,” jawab Al-Junayd.
Nabi Saw, bersabda: “Kami diperintah untuk berbicara kepada manusia menurut kadar akalnya.”