Gendhut, ia biasa dipanggil, salah satu pesuluk di pesulukan thariqat,
setiap hari hanya makan tidur di pemondokan. Ia tak pernah kelihatan
wiridan, pokoknya habis sholat ia langsung tidur, sambil menunggu kapan
maghrib dan buka
puasa.
“Kanapa kamu makan tidur melulu?” tegur kawannya.
“Lah, memang begitu ajarannya?”
“Ajaran dari siapa?”
“Dari Pak Kyai…”
Kawannya
kaget bukan main. Enak benar si gendhut ini makan tidur. Jangan-jangan
oleh Kyainya memang diperintah demikian, pikirnya.
“Bagaimana sih ceritanya kok kamu disuruh makan tidur saja selama ini?”
“Kata
Pak Kyai, saya disuruh memilih jadi penumpang model mana, seandainya
saya naik bus, sopirnya kebut-kebutan, juga nabrak sana dan nabarak
sini, sampai semua penumpang terluka, namun akhirnya sampai tujuan juga.
Ada lagi supirnya kebut-kebutan, hampir menabrak orang dan pohon, tapi
tidak jadi, para penumpang sering menjerit-jerit. Tapi akhirnya sampai
tujuan pula. Dan ketiga, saya jadi penumpang sopirnya kebut-kebutan, dan
para penumpang sejak naik bus sudah tidur pulas. Begitu bangun sudah
sampai tujuan. Lha saya pasti memilih yang terakhir itu Kang…?”
Mendengar
cerita si gendhut kawannya hanya bengong nggak habis pikir. Betapa
hebatnya si gendhut ini, saking taatnya pada Kyainya sampai salah tafsir
seperti itu. Hingga setiap hari hanya makan dan tidur…Wehwehweh, ini
sanepo jadi beneran….
Untungnya kawannya menjelaskan maksud
ungkapan Pak Kyainya, yang memilki makna begitu dalam di dunia ruhani
dan perjalanan sang hamba, hingga si Gendhut rupanya mulai sadar.
Anehnya
si gendhut malah semakin kuat tidurnya. Entah, tidur macam apa lagi
yang ia lakoni….Apa penjelasannya kawannya justru semakin disalahpahami,
atau sedang meningkatkan ruhaninya? Wallahu A’lam…