"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."
Kamis, 02 Oktober 2014
Dosa Terhapus Karena Anak Kecil
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad SAW.
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
“Bukan termasuk dari golongan kami orang yg tak menyayangi anak kecil dan tak menghormati orang tua (orang dewasa).”
(HR. Hadits Tirmidzi No.1843)
Selain mendapat pengakuan sebagai umat dari Nabi Muhammad, juga akan dilebur dosa-dosanya walaupun itu besar.
Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya, Qâm‘uith Tughyân halaman 18 menjelaskan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah menceritakan, bahwa ada seorang tamu datang kepada bagina Nabi Muhammad untuk melaporkan bahwa ia telah melakukan perbuatan maksiat, dan meminta kepada Nabi agar memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa tamu tersebut.
Sebelum permintaan itu dipenuhi, Rasulullah pun bertanya kepada si tamu tersebut, “maksiat apa yang telah kamu lakukan?
“Saya malu mengungkapkan perbuatan masiat tersebut, Ya Rasulullah SAW,” Jawab si Tamu.
Kemudian Nabi mendesak, “Kenapa kau harus malu menceritakan di depan saya tentang dosa-dosa yang telah kamu perbuat, sedangkan kepada Allah swt. yang selalu memantaumu tidak malu?
Setelah itu Rasulullah meminta kepada si tamu untuk segera pergi. “Pergilah, sebelum api neraka datang ke sini karena ulah dosa-dosamu!”
Akhirnya si tamu tersebut pergi sambil menangis dengan perasaan sedih bercampur kecewa.
Tidak lama kemudian, Malaikat Jibril datang dan menenggur Nabi, “Ya Muhammad janganlah membuat si tamu yang melakukan maksiat merasa sedih dan putus asa, karena si tamu sudah membayar kafarat (denda) atas dosanya, walaupun dosa tersebut besar”.
Nabi Muhammad pun bertaya, “Apa kafaratnya?
“Kafaratnya adalah anak kecil. Ketika tamu yang datang tadi tiba di rumahnya, tiba-tiba ada anak kecil mencegatnya dan meminta sesuatu yang bisa dimakan. Akhirnya tamu itu memberikan makanan. Lantas anak itu pergi dengan perasaan senang dan bahagia. Itulah kafarat atas dosa si tamu,” jelas Malaikat Jibril kepada Rasulullah.
NU.or,id
Harta dan Anak Menjadi Fitnah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan
(juga) janganlah kamu” mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar.”
(QS. Al-Anfaal: 27-28)
***
Kemudian, diulang lagi seruan kepada orang-orang yang beriman.
Dibisikkan lagi kepada mereka bahwa harta dan anak-anak itu
kadang-kadang dapat menjadikan manusia tidak mau memenuhi seruan Allah
dan seruan Rasul. Karena, takut terhadap nasib anaknya nanti dan karena
bakhil terhadap hartanya.Kehidupan yang diserukan Rasulullah adalah kehidupan yang mulia, yang sudah tentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapainya, harus ada pengorbnan. Oleh karena itu, Alquran mengobati ambisi ini dengan mengingatkan mereka terhadap fitnah harta dan anak-anak. Karena, harta dan anak-anak merupakan tempat ujian dan cobaan.
Alquran juga mengingatkan mereka agar jangan lemah menghadapi ujian ini, jangan mundur dari perjuangan, dan jangan melepaskan diri dari beban amanat, janji, dan baiat.
Alquran menganggap pelepasan diri dari semua ini sebagai pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul. Juga pengkhianatan terhadap amanat-amanat yang dibebanan kepada umat Islam di muka bumi.
Yaitu, amanat untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan menetapkan uluhiyyah-Nya saja bagi manusia, dan berpesan kepada manusia untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Di samping kehati-hatian ini, diingatkan pula mereka terhadap pahala yang besar dari sisi Allah kalau mereka dapat menanggulangi fitnah harta dan anak-anak, yang kadang-kadang menghalangi manusia dari berkorban dan berjihad.
Menghindarkan diri dari tugas-tugas sebagai umat Islam di muka bumi merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul. Persoalan pertama dalam agama Islam ini adalah persoalan ‘Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah.’ Tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Persoalan mengesakan Allah terhadap uluhiyyah, dan menerima dengan sepenuh hati akan semua ini menurut apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saja.
Manusia dalam seluruh sejarahnya, tak pernah mengingkari keberadaan Allah sama sekali. Mereka hanya mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan lain, yang kadang-kadang, dan ini hanya sedikit, dalam bidang akidah dan ibadah.
Adakalanya, dan ini yang terbanyak, dalam masalah hukum dan kedaulatan. Inilah yang lebih dominan dalam kemusyrikan. Oleh karena itu, persoalan utama agama Islam ini bukan mengajak manusia untuk mempercayai uluhiyyah Allah. Tetapi, mengajak mereka untuk mengesakan uluhiyyah bagi Allah saja, untuk bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah.
Yakni, mengesakan Allah sebagai satu-satunya yang berdaulat mengatur kehidupan mereka di dunia ini. Juga mengakui-Nya sebagai yang berdaulat untuk mengatur alam semesta, sebagai implementasi firman Allah:
وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ
“Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi.”
(QS. Az-Zhukhruf (43): 84)
Inilah persoalan utama agama Islam, sebagai itikad yang harus ditanamkan dan dimantapkan di dalam hati, dan sebagai gerakan yang harus diaplikasikan di dalam kehidupan. Karena itu, menghindarkan diri dari hal ini adalah pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul.
Allah mengingatkan hal ini kepada golongan Islam yang telah beriman kepada-Nya dan telah menyatakan keimanannya ini. Sehingga, mereka mempunyai tugas untuk berjuang guna merealisasikan petunjuknya dalam dunia nyata. Juga supaya bangkit menunaikan tugas jihad ini terhadap jiwa, harta, dan anak-anak.
Allah juga mengingatkan mereka agar jangan mengkhianati amanat yang mereka usung pada hari mereka berbaiat kepada Rasulullah untuk memeluk Islam. Islam itu bukan sekadar ucapan dengan lisan, bukan sekadar retorika dan pengakuan-pengkuan.
Islam adalah manhaj kehidupan yang sempurna dan lengkap. Tetapi, untuk menegakkannya selalu menghadapi hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan.
Islam adalah manhaj untuk membangun realitas kehidupan di atas landasan Laa ilaaha illallah, yang mengembalikan manusia kepada menyembah Tuhan mereka Yang Mahabenar, mengembalikan masyarakat kepada hukum dan syariat-Nya. Mengembalikan para thaghut yang melampaui batas kepada uluhiyyah Allah dan kedaulatan-Nya dari kezaliman dan tindakan melampaui batas.
Juga, mengamankan kebenaran dan keadilan bagi semua manusia, menegakkan keadilan di antara mereka dengan timbangan yang mantap, memakmurkan bumi, dan melaksanakan tugas khilafah di muka bumi dengan menggunakan manhaj Allah.
Semua itu merupakan amanat yang barangsiapa tidak menunaikannya berarti telah berkhianat, melanggar perjanjian kepada Allah, dan merusak baiat yang telah diikrarkannya kepada Rasulullah.
Mereka semua perlu berkorban, bersabar, dan tabah. Mereka harus dapat menanggulangi fitnah harta dan anak. Juga melihat pahala yang besar di sisi Allah, yang disimpan untuk hamba-hamba-Nya yang terpercaya mengemban amanat-amanat-Nya, yang sabar, suka mengalah, dan suka berkorban.
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.”
(QS.
Al-Anfaal (8): 28)
Allah mengetahui titik-titik kelemahan pada diri manusia. Dia mengetahui bahwa ambisi terhadap harta dan anak-anak itu merupakan titik kelemahan paling dalam pada diri mereka.
Oleh karena itu, di sini, Dia mengingatkan hakikat pemberian harta dan anak-anak itu. Allah memberikan harta dan anak-anak kepada manusia untuk menguji dn memberi cobaan kepada mereka dengannya.
Harta dan anak termasuk perhiasan dunia yang notabene adalah ujian dan cobaan. Karena, Allah hendak melihat apa yang diperbuat dan dilakukan seorang hamba terhadap harta dan anak ini. Apakah dia mau mensyukurinya dan menunaikan hak-hak nikmat yang diperolehnya itu? Ataukah, malah sibuk dengannya sehingga lupa menunaikan hak-hak Allah?
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).”
(QS. Al-Anbiyaa (21): 35)
Apabila hati sudah menyadari posisi harta dan anak-anak sebagai ujian dan cobaan, maka kesadaran itu akan membantunya untuk senantiasa berhati-hati, menyadari dan mewaspadai, agar jangan sampai ia tenggelam, lupa, dan terbenam dalam ujian dan fitnah.
Kemudian Allah tidak membiarkan manusia tanpa pertolongan dan bantuan. Karena, manusia itu kadang-kadang merasa lemah, setelah menyadari semua itu, untuk memikul beratnya pengorbanan dan tugas. Khususnya, pada titik kelemahannnya yaitu terhadap harta dan anak-anak.
Maka, Allah memanggil-manggil mereka untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan lebih kekal. Sehingga, dengan adanya keinginan untuk mendapatkannya, ia menjadi tabah dan kuat menghadapi ujian itu. “Dan bahwa di sisi Allah terdapat pahala yang besar.”
Allahlah yang memberi manusia harta dan anak. Di balik itu, di sisi-Nya terdapat pahala yang besar bagi orang yang dapat menanggulangi fitnah harta dan anak-anak. Dengan demikian, tidak seorang pun yang pantas mengabaikan amanat dan tidak mau berkorban untuk jihad.
Kesadaran inilah yang dapat membantu manusia yang lemah, yang diketahui oleh Sang Maha Pencipta titik-titik kelemahannya.
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah (sehingga orang yang mengajak untuk berpaling itu
memiliki keterbatasan)."
(QS. An-Nisaa (4): 28)
Islam adalah manhaj yang lengkap tentang akidah dan pandangan hidup, tarbiyah dan pemberian arahan, masalah kewajiban dan tugas-tugas manusia. Islam adalah manhaj atau aturan Allah Yang Maha Mengetahui, karena Dia Yang Maha Pencipta.
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu
lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?”
(QS.
Al-Mulk (67): 14)
Sepuluh Hal Penghapus Dosa
Diantara jalan bagi penghapus dosa bagi seorang muslim dan mukmin, diantaranya :
Pertama, membaca istighfar (memohon ampun). kedua, taubat, ketiga, mengerjakan amal-amal kebaikan yang menghapuskan dosa, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itlah peringatan bagi orang-orang yang
ingat”.
(QS : Hud :114)
Keempat, berbagai musibah yang menimpa diri manusia yang lemah karena dosa yang telah dilakukannya. Yang paling berat adalah musibah yang mengantarkannya pada kematian dan yang paling ringan adalah duri yang menusuk dirinya serta teriknya sinar matahari yang menyengat.
kelima, doa orang-orang mukmin shalih yang diperuntukkan bagi yang bersangkutan. Keenam, kerasnya rasa sakit saat meregang nyawa dan kesulitan yang dialami oleh orang yang bersangkutan saat menghadapi kematiannya yang kepedihan dan rasa sakitnya tak terperikan. Semoga Allah meringankan penderitaannya bagi diri kami dan juga bari diri anda pada saat yang kritis itu. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ketujuh, Adzab khubur. Tahukah anda apakah adzab khubur itu? Adzab khubur pasti akan mencabut kalbu orang-orang yang mengesakan dan pasti akan terasa hampir melayangkannya, jika mereka mempunyai sedikit keyakinan tentangnya.
Kedelapan, ketakutan yang sangat pada hari menghadap kepada Allah Ta’ala pada hari Kiamat nanti. Itulah saat kita keluar dari khuburan kita dalam keadaan menangis karena berdosa seraya memilkul semua kesalahan dan kedurahakaan yang telah kita lakukan, lalu kita datang untuk dihadapkan kepada peradilan Allah Ta’ala.
Kesembilan, syafa’at Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, syafaat para wali, dan syafaat orang-orang yang shalih. Sesungguhnya hal ini telah dinyatakan kebenarannya oleh kalangan ulama ahli sunnah.
Sepuluh, rahmat dari Yang Maha Penyayang diantara para penyayang. Saat semua rahmat telah habis, semua pintu telah tertutup, dan habislah semua kemampuan para hamba. Saat itulah datang pertolongan dari Allah Yang Maha Esa lagi Maha Membalas dan datanglah rahmah dari Allah Ta’ala, lalu Dia merahmati, menolong, dan menyayangi. Maka rahmat-Nyaadalah akhir dari segalanya,yaitu rahmat dari Yang Maha Penyayang diantara para penyayang.
Selanjutnya Ibn Taimiyah mengatakan, bahwa barangsiapa yang terlewatkan dari sepuluh macam penghapus dosa ini, maka sesungguhnya dia pasti masuk neraka dengan sebenarnya, karena sesungguhnya dia telah lari dari Allah seperti unta yang lari dari pemilikinya dan dia telah pergi dari Allah, sebagaimana seorang budak pembangkang yang pergi dari tuannya.
Eramuslim
Langganan:
Postingan (Atom)