Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Husnul 
khatimah menjadi dambaan kita semua. Karena nilai kita ditentukan saat 
kematian datang. Jika kita mengakhiri hidup di dunia ini dalam kondisi 
beriman dan dihiasi dengan ketaatan, maka itulah husnul khatimah.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِذَا 
أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَالُوا وَكَيْفَ 
يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Apabila
 Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia memperkerjakannya?”
 Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah memperkerjakannya?’ Beliau 
menjawab, ”Allah memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum 
kematiannya.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, Imam al-Hakim 
menshahihkannya dalam al-Mustadrak. Syaikh Al-Albani menshahihkannya 
dalam Al-Shahihah, no. 1334)
Tidak Mudah Menggapai Husnul Khatimah
Saat 
menjelang kematian merupakan saat kesempatan terakhir bagi setan untuk 
menyesatkan hamba Allah. Setan berusaha sekuat tenaga untuk 
menyesatkannya, bahkan terkadang menjelma dalam rupa ayah dan ibunya.
Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hambali dalam kitabnya Mashaaib al-Insan min Makaa-id al-Syaithan
 pada Bab ke-22 mengupas tentang usaha setan untuk menyesatkan orang 
mukmin pada saat kematian. Dalam bab tersebut, beliau menukilkan hadits 
yang diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunannya bahwa  Iblis berkata kepada 
bala tentaranya pada saat kematian manusia: Berusahalah saat sekarang, 
karena jika kalian gagal tidak akan ada kesempatan lagi.
Dari Wailah bin al-Asqa’ berkata bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Talkin (tuntun)-lah orang yang hendak meninggal dengan Laa Ilaaha Illallaah
 dan berilah kabar gembira dengan surga. Sesungguhnya orang yang mulia, 
dari kaum laki-laki dan wanita kebingungan dalam menghadapi kematian dan
 diuji. Sesungguhnya setan paling dekat dengan manusia pada saat 
kematian. Sedangkan melihat malaikat maut lebih berat daripada seribu 
kali tebasan pedang.” (HR. Abu Nu’aim)
Abdullah
 bin Ahmad berkata, “Pada saat saya hadir dalam kematian bapakku, saya 
membawakan kain untuk mengikat jenggotnya, sementara beliau dalam  
keadaan tidak sadar. Kemudian pada saat beliau sadar, mengatakan, 
‘Belum, belum!’ Beliau mengucapkan itu berkali-kali. Saya bertanya 
kepada beliau, ‘wahai bapakku, apa yang tampak padamu?’ Beliau menjawab,
 ‘setan berdiri di depanku sambil menggigit jarinya seraya mengatakan, 
‘aku gagal menggodamu wahai Ahmad.’ Saya katakan, ‘Belum, sebelum saya 
benar-benar meninggal’.”
Abu 
Hasan al-Qabisi dalam Risalah Ibnu Abi Zaid meriwayatkan bahwa seorang 
hamba tatkala sedang menghadapi kematian ada dua setan yang menggoda 
dari atas kepalanya. Salah satunya berada di sebelah kanan dan satunya 
lagi di sebelah kiri. Adapun yang di sebelah kanan menyerupai bapaknya 
lalu berkata, “Wahai anakku, saya sangat sayang dan cinta kepadamu. Jika
 kamu mau mati, maka matilah dengan membawa agama Nasrani sebab dia 
adalah sebaik-baik agama.” Dan yang berada di sebelah kiri menyerupai 
ibunya dan berkata, “Wahai anakku, perutku dahulu tempat hidupmu dan air
 susuku sebagai minumanmu serta pangkuanku sebagai tempat tidurmu, maka 
saya minta hendaknya kamu mati dengan membawa agama Yahudi sebab dia 
adalah sebaik-baik agama.”
Maka 
menurut Imam al-Ghazali, pada saat itu Allah menggelincirkan orang-orang
 yang dikehendaki oleh-Nya tergelincir. Demikian itu yang dimaksud 
dengan firman Allah,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8)
Maksudnya,
 Ya Allah janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan 
pada saat kematian setelah Engkau beri petunjuk kepada kami beberapa 
kurun waktu.
Jika 
Allah menghendaki hidayah dan keteguhan pada hamba-Nya, maka datanglah 
rahmat dan Malaikat Jibril untuk mengusir setan dan mengatakan kepada 
orang beriman, “Wahai orang mukmin, mereka itu adalah musuh-musuhmu dari
 kalangan setan, maka meninggallah kamu dalam keadaan membawa agama yang
 hanif dan syariat Muhammad.” Dan tidak ada sesuatu yang paling dicintai
 oleh orang beriman kecuali Malaikat itu dan itulah yang dimaksud firman
 Allah,
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
 (QS. Ali Imran: 8).” Selesai perkataan Imam al-Ghazali yang dinukil 
Imam Ibrahim bin Muhammad al-Maqdisi dalam Menelanjangi Setan, hal. 
277-278)
Ibnu Al-Jauzi dalam Shaid al-Khathir
 berkata, “Saya berwasiat kepada diriku dan kepada orang yang mendengar 
wasiatku ini agar teguh saat menghadapi kematian –tiada daya dan tiada 
upaya kecuali dengan izin Allah- sebab godaan dan bisikan kematian 
banyak syubhatnya. Dan saya merasa kasihan terhadap orang yang sakit 
semoga tidak tenggelam dalam sakaratul maut sehingga tidak sadar. Dan 
saya berlindung kepada Allah dari kematian masih dalam keadaan sadar 
tidak teguh dengan godaan.”
Sebab-sebab Meraih Husnul Khatimah
Husnul 
khatimah merupakan karunia terbesar dari Allah untuk seorang hamba. 
Penjagaan Allah dan meneguhkannya di atas iman lah yang menjadikannya 
mendapat husnul khatimah saat banyak godaan dan syubuhat menjelang 
kematian.
 “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (QS. Ibrahim: 27)
Namun 
demikian hamba juga punya peran usaha sebagai sebab Allah 
menganugerahkan husnul khatimah kepadanya. Walaupun usaha hamba tidak 
bisa lepas dari kehendak Allah juga.
Imam 
Sufyan al-Tsauri pernah berpesan saat menghadapi kematian agar menjaga 
akidah, membaca istighfar, dan bertaubat dari dosa agar bertemu Allah 
dalam keadaan bersih. (Menelanjangi Syetan, Ibrahim al-Maqdisi, hal. 
279)
Maka di antara upaya yang bisa dilakukan hamba untuk meraih husnul khatimah, adalah:
1. 
Menjaga iman dan tuntutannya berupa ketaatan dan takwa kepada Allah. 
Hendaknya dia menjauhi benar-benar pembatal-pembatal iman dan yang 
mengurangi kesempurnaannya dari berbagai maksiat. Dia bertaubat dari 
segala dosa dan maksiat, khususnya syirik besar amaupun yang kecil. Di 
antaranya dengan membaca doa yang diajarkan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam,
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ
"Ya 
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik 
(menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun 
kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih)
2. 
Berusaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki zahir dan batinnya. Niat dan 
tujuan amalnya untuk mewujudnya keshalihan zahir dan batinnya tersebut. 
Sesungguhnya sunnah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang abadi bahwa 
pencari kebenaran akan diberi petunjuk memperolehnya, diteguhkan di 
atasnya, dan ditutup hidupnya dengan kebenaran.
3. Senantiasa memohon dan berdoa kepada Allah agar diwafatkan di atas iman dan takwa.
Beberapa Doa Supaya Diwafatkan Husnul Khatimah  
Sangat banyak doa yang diabadikan Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam yang bermakna permintaan agar akhir hayat husnul khatimah;
1. Doa agar diwafatkan di atas Islam, 
-  Doa Nabi Yusuf 'alaihis salam:
تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yuusuf: 101)
-  Doa tukang sihir Fir’an yang telah bertaubat,
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raaf: 126)
2. Doa diteguhkan di atas hidayah, 
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ya 
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan 
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami 
rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi 
(karunia)." (QS. Ali Imran: 8)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu." (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
3. Doa agar diselamatkan dari godaan setan saat mengalami sakaratul maut. 
اللَّهُمَّ
 إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَرَمِ وَالتَّرَدِّي وَالْهَدْمِ وَالْغَمِّ
 وَالْحَرِيقِ وَالْغَرَقِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي 
الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ وَأَنْ أُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا 
وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
“Ya 
Allah, sunguh aku berlindung kepada-Mu dari pikun, terjatuh dari 
ketinggian,  keruntuhan bangunan, kedukaan, kebakaran, dan tenggelam. 
Aku berlindung kepada-Mu dari penyesatan setan saat kematian, terbunuh 
dalam kondisi murtad dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena 
tersengat binatang berbisa.” (HR. Al-Nasai dan Abu Dawud. Hadits ini 
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Al-Jami’: no. 1282)
Makna 
berlindung dari penyesatan syetan ketika datang kematian adalah dikuasai
 olehnya ketika berpisah dari dunia sehingga setan berhasil 
menyesatkannya, menghalanginya dari taubat, menghambatnya dari 
memperbaiki dirinya dan meninggalkan kezaliman yang telah diperbuat 
sebelumnya. Atau menjadikannya putus asa dari rahmat Allah, membenci 
kematian dan berat meninggalkan dunia sehingga dia tidak ridha dengan 
ketentuan Allah padanya berupa kematian dan berpindah ke negeri akhirat.
 Akibatnya dia mengakhiri hidupnya dengan keburukan dan bertemu Allah 
dalam kondisi murka kepadanya. (Disarikan dari keterangan Imam 
al-Khathabi dalam Hasyiyah al-Suyuthi).
Penutup
Sesungguhnya
 akhir hayat kita memiliki kaitan dengan amal kita sejak sekarang. Siapa
 yang senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah dengan penuh keikhlasan, 
insya Allah dia akan mengakhiri hidupnya di atas kondisi tersebut. 
Sebaliknya, siapa yang mengotori hidupnya dengan maksiat dan kejahatan, 
atau bahkan sengaja menympang. Kesempatan taubat sering disia-siakan 
dengan menunda-nunda, atau bahkan mencari-cari pembenaran atas 
kesalahan, maka biasanya dia akan mengahiri hidupnya dengan su'ul 
khatimah. Semoga Allah menyelamatkan kita dari kondisi semacam ini.
Ya 
Allah, jadikanlah amal terbaik kami pada penutupnya, jadikan sebaik-baik
 umur kami pada saat kami mengakhirinya, dan jadikan hari terbaik kami 
pada saat kami bertemu dengan-Mu. Ya Allah berilah taufik kepada kami 
semua untuk senantiasa berbuat kebajikan dan menjauhi 
kemungkaran-kemungkaran.
Segala 
puji hanya bagi-Nya dan semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan 
untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
