SEMUA
orang kaget bukan kepalang ketika tiba-tiba muncul berita sembilan
orang tewas seketika setelah ditabrak oleh sebuah mobil sarat penumpang
di Jakarta beberapa waktu lalu. Padahal sembilan orang itu sejatinya
sudah berada di jalurnya alias trotoar.
Setelah diselidiki
ternyata sang pengemudi baru saja mengkonsumsi narkoba dan minuman keras
(miras). Pengaruh narkoba menjadikannya tak mampu mengemudikan
kendaraannya dengan baik, sehingga akibat narkoba itu sembilan nyawa
melayang sia-sia. Kini sang pengemudi sedang mendekam dalam bui untuk
mempertanggung-jawabkan kecerobohannya. Inilah peristiwa yang terjadi
pada Afriyani atau dikenal “peristiwa Xenia maut” yang menewaskan 9 orang yang terjadi bulan Januari 2012 lalu.
Agama Temamu
Kasus ini layak untuk dijadikan pelajaran bagi semua umat Islam.
Jangan sampai ada di antara keluarga kita --apalagi itu adalah
putra-putri kita-- yang ikut-ikutan menjadi pengguna narkoba. Upaya
deteksi dini dan pencegahan harus dilakukan secara serius dan
terus-menerus. Sebab jika sudah kejadian, maka hilanglah harapan untuk
masa depan yang bahagia.
Kasus “Xenia maut” menunjukkan bahwa di negeri ini pergaulan bebas kian tak terkendali. Kita sering alpa hingga lupa siapa teman dan oranng terdekat dari anak-anak kita.
Melihat
situasi kekinian yang kian tidak menentu, utamanya soal akhlak dan
keimanan nampaknya petuah dari orangtua kita zaman dulu yang dinyanyikan
Emha Ainun Najib dan Opick dalam lyrix “Tombo Ati” adalah “Wong kang sholeh kumpulono” (berkumpul dengan orang-orang yang sholeh, red).
Petuah
ini mengajarkan kepada kita semua, bahwa untuk menjadi baik, kita
harus berkumpul dengan orang-orang yang baik pula (sholeh). Karena
akibat kebaikannya itu, secara tidak langsung akan mengajarkan sifat
terpuji lainnya kepada kita.
Dengan kata lain, kalau kita ingin
hati kita sehat (terbebas dari penyakit dan dosa) maka hindarilah
bergaul dengan orang-orang yang suka bermaksiat kepada Allah Subhanahu
Wata’ala.
Pepatah Arab menyatakan, “anli mar'i la tas'al, was’al an qoriinihi fainna qoriina bil muqorini yaqtadi.” (Jika ingin tahu seseorang, jangan Tanya dirinya, tetapi tanyalah temannya dan keadaan temannya).
Terjemahan bebasnya adalah, setiap teman meniru temannya. Bila kita
berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari
mereka. Dan janganlah berteman dengan orang yang rendah(hina), niscaya
kita akan hina bersama orang yang hina.
Lebih dari itu Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) telah menegaskan dalam sabdanya bahwa:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya.” (HR. Ahmad).
Abud
Darda’ berkata, di antara bentuk kecerdasan seseorang adalah selektif
dalam memilih teman berjalan, teman bersama, dan teman duduknya. Sebab
teman itu boleh dikatakan adalah teman akrab. Teman yang dalam
perjalanan hidup nanti akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir,
watak, perilaku, dan kebiasaan. Jika teman kita baik, insya Allah kita
akan terkondisikan ikut baik dan sebaliknya.
Beberapa kasus terbaru yang terjadi di negeri ini cukup menjadi bukti
bahwa teman yang buruk perangainya akan menjerumuskan teman dekatnya
pada kebinasaan. Bayangkan saja, di usia produktif disaat seorang pemuda
harusnya menata diri untuk berprestasi di masa depan, harus mendekam
dalam bui. Lihat saja pengemudi penabrak sembilan pejalan kaki, ia tak
sendirian, ia bersama teman-temannya.
Pertanyaannya kemudian apakah haram berteman dengan orang yang jahat?
Sejauh
ada kemampuan untuk menghadapi mereka dan bisa memastikan tidak ikut
kejahatannya tidak masalah. Karena setiap umat Islam diperintahkan
berdakwah terhadap mereka. Tetapi jika tidak punya kemampuan, sebaiknya
perkuat dulu diri sendiri, baru orang lain. Sebab kalau kalah, maka kita
yang akan terwarnai (terjerumus). Masalahnya, apakah kita yakin
memiliki kemampuan pertahanan itu?
Selagi masih di dunia mari
kita tingkatkan keselektifan kita dalam bergaul, utamanya pergaulan
putra-putri kita. Jangan sampai mereka salah memilih teman lalu
terjerumus dalam pergaulan yang negatif. Sebab bukan saja di dunia
dampak buruk yang akan diterima, tetapi juga di akhirat. Oleh karena itu
bertemanlah dengan orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya, bukan yang
lain.
Jangan sampai kita mengalami apa yang Allah ilustrasikan dalam ayat Al-Qur’an;
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُول
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua
tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan
bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu)
tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah
menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku.
Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. (QS.25: 27 – 29).
Bahkan
dalam al-Quran dikatakan, pada hari kiamat itu orang-orang yang saling
berteman dalam kemaksiatan akan menjadi musuh satu sama lain karena
saling mempersalahkan.
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf: 67).
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Musa berkata:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ
وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ
إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ
تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ
ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan
teman yang baik dan teman yang jelek seperti (berteman) dengan pembawa
minyak wangi dan tukang pandai besi. Dan adapun (berteman) dengan
pembawa minyak wangi kemungkinan dia akan memberimu, kemungkinan engkau
membelinya, atau kemungkinan engkau mencium bau yang harum. Dan
(berteman) dengan tukang pandai besi kemungkinan dia akan membakar
pakaianmu atau engkau mendapatkan bau yang tidak enak.”
Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bari (4/324)
menjelaskan: “Di dalam hadits ini terdapat larangan berteman dengan
seseorang yang akan merusak agama dan dunia. Hadits ini juga mengandung
anjuran agar seseorang berteman dengan orang yang akan bermanfaat bagi
agama dan dunianya. Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.*