"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."
Selasa, 10 April 2012
Muslim Bertambah, Tapi Masjid Justru Kurang
Di suatu hari yang dingin di bulan Maret, ribuan umat Muslim melakukan sholat Jumat di luar masjid tertua di jalan Bolshaya Tatarskaya pusat kota Moskow. Mereka melaksanakan sholat di jalanan yang tertutup salju.
Suara klakson mobil terdengar di jalan tersebut dan masyarakat lokal berupaya untuk melintasi jalur tersebut.
Pemandangan yang sama terjadi di seluruh masjid yang ada di Moskow yang berjumlah empat buah, ketika puluhan ribu umat Muslim melaksanakan sholat Jumat.
Lebih dari dua juta Muslim saat ini tinggal dan bekerja di Moskow. Dan menjadi salah satu negara dengan komunitas muslim terbesar di Eropa dan tak lagi dapat ditampung masjid yang ada di kota tersebut.
Para Muslim yang sebagian besar adalah pemuda imigran dari negara bekas Uni Soviet, Asia Tengah dan Kaukakus.
Kemiskinan dan konflik memaksa mereka untuk mengadu nasib di Rusia, mereka sebagian besar berasal dari Uzbekistan, Tajikistan dan Kirgistan yang bekerja dan mendapatkan tempat tinggal baru di Moskow.
"Ada banyak sekali dari (negara) kami," kata Ulugbek, seorang migran dari Uzbekistan. "Kami harus bersyukur bahwa ada masjid di Moskow. Kota yang tidak disiapkan dengan kedatangan jutaan dari kami yang secara tiba-tiba," ujarnya dikutip BBC, Kamis (22/03/2012).
Tetapi yang lain berpikir bahwa otoritas mengabaikan kebutuhan penduduk Muslim.
Hasan Fakhritdinov, imam masjid bersejarah di Moskow, mengatakan bahwa fasilitas yang ada tidak cukup.
"Kami meminta kepada otoritas untuk mengijinkan kami membangun masjid baru, tetapi mereka mengabaikan keinginan kami," kata dia. "Sekarang orang harus sholat di luar di tengah hujan atau salju."
Masjid Tatar yang merupakan tertua di Moskow sudah berubah menjadi bangunan baru. Tetapi meski demikian tetap tidak dapat menampung orang yang beribadah.
"Moskow-abad"
Pendapat masyarakat di Moskow akan kebutuhan masjid untuk penduduk Muslim pun terpecah.
"Moskow berkembang dan itu menarik lebih banyak migran yang menjadi Muslim," seperti disampaikan dua perempuan muda yang berjalan dekat masjid tua."Rusia membangun gereja dan tidak boleh seorang pun menghentikan Muslim untuk membangun masjid mereka".
Tetapi warga lainnya khawatir jika terlalu banyak pendatang akan mengubah budaya dan gaya hidup Rusia.
"Orang melontarkan gurauan Moskow telah menjadi Moskow-abad," kata Yuri Gorsky, seorang aktivis dari kelompok nasionalis Russovet, yang meminta kedatangan imigran diperketat.
"Saat ini tidak banyak wajah Slavik yang anda lihat di jalanan. Saya tidak keberatan imigran dari negara Slavik tetapi kita harus menyetop Muslim ini."
Dulu pernah terjadi serangan xenophobia (ketakutan terhadap orang asing) terhadap imigran muslim di Rusia, tetapi jumlah itu menurun secara drastis selama beberapa tahun terakhir.
Kelompok HAM Rusia, Sova Center melaporkan tujuh orang tewas dan 28 lain terluka akibat serangan pada tahun 2011, sementara pada tahun 2008 jumlah korban tewas mencapai 57 dan 196 mengalami luka pada 2008.
Kota Samosa
Samosa yang berasal dari Asia Tengah menjadi makanan yang populer di Moskow.
Banyaknya jumlah imigran di Moskow, juga memberikan perubahan dan pekerjaan baru.
Sejumlah toko Halal dan cafe dibuka di sejumlah wilayah di kota tersebut, dari restoran mahal dimana anda dapat menghabiskan US$200 untuk makan siang, sampai toko yang menjual makanan murah untuk dibawa pulang.
Penjualan panganan khas Asia Tengah juga marak, seperti roti dan samosa.
Samosa halal menjadi makanan yang populer di Moskow. Tetapi bukan hanya makanan halal dan masjid yang penuh yang menunjukan kehadiran Islam disana.
Kehidupan masyarakat di ibukota Rusia pun berubah.
Zarif, yang berasal dari Tajikistan, dan istrinya yang orang Rusia Yelena tinggal di sebuah apartemen tanpa kamar di bagian utara Moskow.
Seperti keluarga lainnya, keduanya memiliki pekerjaan dan berupaya untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih besar.
Zarif yang Muslim dan Yelena yang berasal dari keluarga Kristen Ortodoks, mengatakan awalnya pernikahan mereka sulit untuk mendapatkan dukungan, tetapi sekarang semua sudah berubah.
Muslim meningkat
Jumlah orang Rusia yang menganut Islam pun meningkat, di antara mereka adalah Ali Vyacheslav Polosin, mantan pendeta Ortodok dan politisi.
Dia merupakan salah seorang yang berada di garis depan dalam mengkampanyekan agar Hari Natal Ortodok menjadi hari libur nasional di Rusia.
Tetapi 12 tahun yang lalu, dia pindah agama dan sekarang menjalankan pusat dukungan Muslim di Moskow, mengajar dan memberikan nasihat kepada orang Rusia yang baru menganut Islam atau Mualaf.
Ayesha Larisa, yang bekerja untuk pusat dukungan itu, mengatakan telah memiliki anggota sebanyak 10.000 orang perempuan mualaf.
"Mereka butuh bantuan dan nasihat kami," kata Ayesha. "Kami mengajari mereka cara beribadah, atau membantu mereka jika memiliki masalah dengan anggota keluarganya."
Islam menjadi agama terbesar kedua di Rusia, tetapi tidak pernah terlihat di Moskow seperti saat ini.
Kondisi itu tampaknya akan berkembang, karena penduduk Rusia semakin terlihat sedikit dengan meningkatnya imigran dari negara Muslim bekas Uni Soviet.
Mereka datang dan membawa budaya, tradisi dan keyakinannya. Kasus banyaknya orang memiliih Islam juga terjadi di Inggris. Bahkan para wanita sudah berbodong-bondong memakai jilbab