Pada
dasarnya tertawa hukunya mubah. Ia bagian dari sifat dan tabiat manusia,
manusiawi. Namun, kalau berlebihan sampai terbahak-bahak maka menjadi tercela.
Tertawa berlebihan bisa membuat hati menjadi mati.
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
وَلَا
تُكْثِرْ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
“Jangan
banyak tertawa, karena banyak tertawa akan membuat hati mati.”
(HR.
Tirmidzi dan dihassankan Syaikh Al-Albani)
Al-Hasan
al-Bashri Rahimahullah berkara, “Tertawanya seorang mukmin karena
kelalaian hatinya.” (HR. Ibnu Abi Syabah dalam al-Mushannaf) maksud tertawa di
sini adalah tertawa yang makruh (terbahak-bahak).
Ada
jenis tertawa yang disunnahkan, yaitu tersenyum. Khususnya saat berada di
hadapan saudara dan kawan. Yakni seseorang melebarkan bibirnya ke samping
dengan wajah berseri dan tanpa bersuara.
Diriwayatkan
dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu ia berkata, Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda kepadaku,
لَا
تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ
طَلْقٍ
"Janganlah
sekali-kali kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau bertemu saudaramu dengan
wajah berseri (menyenangkan)."
(HR. Muslim)
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam menerangkan, tersenyum kepada kawan adalah
shodaqoh.
تَبَسُّمُكَ
فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu
kepada saudaramu menjadi shodaqoh bagimu.”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan
Syaikh Al-Albani)
. . . Ada jenis tertawa yang disunnahkan, yaitu tersenyum. . .
Sesungguhnya
tersenyum adalah nikmat dari Allah untuk seseorang. Senyuman akan membuat raut
wajah tampak indah dan menyenangkan. Ekspresi wajah yang tersenyum membuat
nyaman saudaranya. Karenanya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
orang yang paling banyak tersenyum. Jika beliau bergembira dan ingin tertawa,
beliau tersenyum.
Diriwayatkan
dari Abdullah bin al-Harits bin Jaz-i berkata,
مَا
رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَكْثَرَ تَبَسُّمًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Aku
tidak pernah melihat orang yang lebih banya tersenyum daripada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam.”
(HR. Ahmad dan dihassankan Syaikh
al-Arnauth)
Dalam
Sunan al-Tirmidzi juga disebutkan bahwa tertawanya Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam adalah dengan tersenyum. Dan disebutkan Imam Al-Ghazali dalam
al-Ihya’ tentang maksud tersenym di sin, “Dan yang terpuji adalah tersenyum
yang terlihat gigi namun tak terdengar suara.”
VoaIslam