Berbakti
pada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak, akan tetapi
kenyataan yang kita lihat sekarang malah sebaliknya, seakan-akan orang
tua yang harus taat dan berbakti pada anak. Padahal jika dicerna secara
akal, sudah seharusnya kita taat dan berbakti pada mereka atas apa yang
kita dapat dari perlindungan mereka, kasih sayang mereka, membiayai
hidup kita, mendidik kita, menyekolahkan kita, dan sebagainya.
Di samping itu Islam juga telah
mewajibkan kita untuk taat dan berbakti kepada keduanya, dan melarang
mendurhakai keduanya. Oleh karena itu di sini saya akan membahas tentang
fadilah-fadilah (keutamaan) berbakti pada orang tua serta akibat dari
durhaka kepada keduanya, baik itu dari firman Allah SWT, sunnah, dan
kisah-kisah para salafu-s soleh.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al Israa':23)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita kewajiban dan pentingnya berbakti pada orang tua, sebagaimana diletakkan di urutan kedua setelah kewajiban iman kepada Allah SWT. Kemudian ayat tersebut juga menerangkan larangan durhaka kepada kudua orang tua, yang mana digambarkan dengan ucapan “ah” dan membentak. Kalau mengatakan “ah” saja terhitung durhaka bagaimana dengan yang lebih dari ucapan “ah”? Seperti menolak jika disuruh, marah pada keduanya, apalagi sampai melawannya. Na’udzubillahi min dzalik…!
“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar.” Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka.” (QS. Al Ahqaaf: 17) Ayat di atas menerangkan tentang ancaman durhaka pada keduanya.
Kemudian Allah SWT juga mengajarkan kepada kita
tentang bagaimana jika orang tua bertentangan dengan agama kita.
Dijelaskan dalam surat Al ‘Ankabuut ayat 8:
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu dan
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
dijelaskan juga dalam surat Luqman ayat 15:
“Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
# Dari Sunnah Rosulullah saw:
1. Abdullah bin mas’uud berkata, aku bertanya pada Rasulullah saw, amal apakah yang paling disenangi oleh Allah? Beliau saw bersabda:“Shalat pada waktunya” “Kemudian apa?” Berkata saw: “Kemudian berbakti pada kedua orang tua” “Kemudian apa?” Berkata saw: “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
2. Rasulullah saw bersabda': “Ridlo Allah dalam ridlo orang tua, dan murka Allah dalam murka orang tua.” (HR. Tirmidzi)
3. Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah saw: “Apa hak orang tua atas anaknya?” Beliau saw bersabda: “Keduanya adalah surgamu dan nerakamu.” (HR. Ibnu Majah)
4. Rasulullah saw bersabda: “Termasuk dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah dan durhaka pada kedua orang tua.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beberapa hadist di atas merupakan sebagian dari sekian banyak hadist yang menerangkan tentang wajibnya berbakti pada kedua orang tua dan haramnya durhaka pada keduanya.
1. Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak! meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan).”
2. Zainal Abidin, adalah seorang yang
terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan
berkata): “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa
kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam?” Ia
menjawab: “Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik
matanya, sehingga aku durhaka kepadanya.”
3. Dari Anas bin an-Nadhr al-Asyja’i
dia berkata, “Suatu malam ibu Ibnu Mas’ud meminta air. Ibnu Mas’ud pun
mengambil air, lalu dibawa kepada ibunya. Ternyata ibunya telah
tertidur. Maka dia pun berdiri menunggui ibunya hingga pagi.”
Sungguh indah jika anak-anak mau berbakti
pada orang tua. Setelah kita tahu bagaimana durhaka itu sendiri, maka
jangan sekali-kali kita mengucapakan kata “ah” apalagi yang lebih dari
itu yang menyakitkan hati keduanya! Karena murka Allah SWT ada pada
murka keduanya.