Awalnya saya berfikir bahwa Ibu dan Bapak ini adalah seorang pengemis.Hingga Allah kembali menghentakkan hati saya dengan pembelajaran yang luar biasa pada hari itu.
Kali ini saya tidak akan bercerita mengenai bagaimana kisah cinta pasangan ini, ikatan cinta keduanya,bagaimana mereka bersama mengarungi masa-masa tua,dengan kisah-kisah romantis mereka, menikmati hidup bersama. Bukan kawan,bukan itu yang akan saya ceritakan, hal ini lebih dari itu, jauh lebih indah dari itu.
Sambil menikmati perjalanan ditemani sebungkus kentang goreng menunggu kereta tiba di Jakarta kota. Mataku tak hentinya memandangi sepasang suami istri tersebut. Sebenarnya saya merasa terganggu karena bau yang dibawa kedua orang tua itu sungguh sangat menyengat, tak dapat saya gambarkan baunya seperti apa,saya hanya dapat memastikan bahwa saat itu kepala saya sangat pusing akibat baunya.
Hingga datang seorang pemuda dengan gaya sangat stylish sambil menggunakan headset duduk tepat disamping bapak yang memakai baju putih. Sesaat ketika melihat pemuda itu perawakannya sangat mirip dengan teman saya di kampus UNHAS, entah apa motivasi pemuda itu duduk tepat disamping bapak tersebut sedangkan setiap orang yang berada dalam gerbong kereta menjauhi sepasang suami istri itu karena baunya.
Hingga Mulai terdengar pemuda itu menanyakan beberapa hal kepada bapak tersebut. nama nya siapa pak? Tinggal dImana? Mau kemana? Punya anak berapa? Saat itu sungguh saya dibuat terkagum dengan perawakan pemuda itu,walaupun terlihat selengean (cuek) namun sungguh ia satu dari beberapa orang hebat yang pernah saya temui selama ini. Banyak hal yang membuat saya yakin bahwa pemuda itu adalah orang yang Hebat, namun tulisan saya Kali ini tidak akan membahas seberapa hebat pemuda itu, kali ini tulisan saya akan fokus menceritakan kisah sepasang suami istri tersebut.
Kereta sebentar lagi tiba distasiun gondangdia, saya dengar dari percakapan pemuda dan bapak itu, stasiun Gondangdia adalah stasiun tujuan pasangan suami istri itu.
Kulihat pemuda itu memasukkan tangannya kedalam tasnya dan mengambil beberapa uang Rp. 100.000 dalam jumlah yang sangat banyak,sangat banyak saya tak tahu pastinya.
Dengan nada yang sangat sopan pemuda itu berkata : “Pak,saya punya sedikit rejeki buat bapak dan Ibu mungkin bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup bapak dan Ibu beberapa hari kedepan”
Tahukah kawan,apa jawaban bapak itu? Beliau menjawab seperti ini.
“Sungguh agama saya melarang saya menjadi seorang pengemis yang menengadahkan tangan menunggu bantuan uang dari si tuan kaya raya, saya yakin Tuhan saya maha kaya, sangat kaya. Saya tahu niat ananda adalah untuk membantu kami, dan sungguh saya yakin bahwa Allah-lah yang telah mengirimmu kepada kami, namun mohon maaf nak saya tak bisa menerima itu, saya tak ingin sebuah kisah dari perjalanan perjuangan hidup kami mencari rezeki, terdapat sebuah kisah bahwa kami menerima uang dari orang lain dikarenakan kasihan dengan kondisi kami. Saya yakin nak, sebentar lagi Allah akan memberikan rezeki bagi kami dengan cara yang lebih baik dari ini, iya saya yakin sebentar lagi nak, sebentar lagi.
Kemudian bapak itupun melangkahkan kakinya turun ke stasiun Gondangdia bersama istrinya.
Semoga Allah memaafkan prasangka saya yang menganggap bapak dan Ibu itu adalah seorang pengemis. Sungguh mereka sebenar benarnya hamba Allah yang bertebaran dimuka bumi dan mencari rezeki Allah layaknya seorang pahlawan.
Pengalaman ini sontak menambah keyakinan saya bahwa rezeki Allah sungguh sangat dekat kawan, ya sebentar lagi, sebentar lagi.itu pesan si bapak tua.
Terima kasih banyak.
Islampos