Jika dunia memerlukan cahaya matahari, demikian pula halnya
dengan akal, jiwa, dan indra manusia. Semuanya membutuhkan cahaya yang murni
dan mampu mengantarkan frame berpikir dan perilaku manusia tepat secara
konsisten berada dalam kebenaran, yaitu cahaya dari Allah (Nur Allah).
Mengenai Nur Allah ini, alat ukurnya sungguh tidak sulit.
Bahkan, sangat-sangat mudah bagi setiap jiwa untuk melihat dan memahaminya. Hal
ini berdasarkan pada apa yang Allah Ta'ala jelaskan di dalam firman-Nya.
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ
رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ
فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Maka, apakah orang-orang yang
dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya
dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang
besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka
itu dalam kesesatan yang nyata.”
(QS az-Zumar [39]: 22)
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan orang yang dengan riang
gembira menerima Islam sebagai way of life adalah termasuk orang-orang yang
mendapat dan menangkap Nur Allah sehingga terhadap apa pun yang menjadi ketentuan
agama Islam, baginya adalah anugerah besar yang mesti diimplementasikan.
Sedangkan, orang yang tidak mendapat Nur Allah adalah mereka
yang jiwanya lebih memilih kebatilan sebagai jalan hidup sehingga hati yang
merupakan perangkat terpenting untuk menangkap Nur Allah menjadi tidak
berfungsi dan terus berada dalam kegelapan demi kegelapan.
Dengan kata lain, setiap Muslim sebenarnya bisa mendeteksi
keberadaan hatinya, sudah atau belum menangkap Nur Allah atau malah menolaknya.
Jika menangkap Nur Allah, tentunya hati, pikiran, dan gerak badan akan sangat
ringan dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Akan tetapi, jika sebaliknya, tentu akan muncul pikiran
negatif terhadap aturan Islam sehingga pada akhirnya enggan menjalankan aturan
Islam.
Apabila kita ingin Nur Allah itu terus menyinari jiwa raga
kita hingga akhir hayat, langkah yang mesti kita lakukan adalah menaati Allah
dengan cara terus meningkatkan ketakwaan dan beriman kepada Rasul-Nya dengan
mengikuti sunahnya penuh keikhlasan. Sebab, hanya cara itulah yang akan
menjamin hati kita tetap disinari oleh Nur Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ
يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ
بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman
(kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya,
niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian dan menjadikan untukmu
cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan,
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS al-Hadid [57]: 28)
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan siapa yang bertakwa
kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya dijamin akan mendapat cahaya (Nur
Allah) yang dengannya jiwanya akan terhindar dari kebutaan dan kebodohan.
Bahkan, ada ampunan yang Allah sediakan bagi hamba-hamba-Nya
yang benar-benar memelihara Nur Allah. Untuk itu, di dalam Alquran, Allah
menuntun kita untuk senantiasa berdoa agar Allah menyempurnakan nur-Nya di
dalam relung sanubari.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb-kamu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu, dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, pada hari, ketika Allah tidak menghinakan
Nabi, dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: 'Ya Rabb-kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'."
(QS 66: 8)