Moskow, - "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membeci kamu dialah yang terputus".
Namanya Abusupian Magomedovich Kharkharov. Kalau di kampung kita bisa saja memanggilnya si Abu, kang Sopyan, atau mas Abu. Tapi di wilayah Rusia selatan, nama Abusupian cukup keramat. Saat disebut, orang langsung tahu siapa yang dimaksud. Dia bukan orang sembarangan. Ke manapun pergi, beberapa pengawal berpakaian lengkap ala FBI selalu mengiringi. Pria tengah baya ini murah senyum dan hampir setiap waktu memilin-milih tasbih yang lekat dengan tangan kanannya.
Abusupian memang tergolong konglomerat muda. Ia dilahirkan di Makhachkala, Dagestan, pada tahun 1967 dari keluarga dokter. Pada tahun 1984 ia mulai kuliah di Fakultas Ekonomi Univeritas Negeri Dagestan. Selepas kuliah ia mendirikan perusahaan kecil bernama Karat dan kemudian ditunjuk menjadi direktur utama bank komersial Caravan. Setelah itu, ia malang melintang dalam berbagai kegiatan usaha dan mulai dikenal memiliki bakat bisnis yang sangat unggul. Abusupian lebih dikenal sebagai kepala pelabuhan Makhachkala yang merupakan satu-satunya pelabuhan Rusia di Laut Kaspia dan the only harbour yang tidak pernah beku di musim dingin. Saat ini, pelabuhan yang sempat dipimpinnya itu menjadi pembayar pajak terbesar di negara bagian dengan tingkat pertumbuhan yang sangat mengesankan. Semua ini merupakan hasil kerja keras tanpa henti dari Abusupian sejak ia ditetapkan sebagai kepala pelabuhan termuda di Rusia pada tahun 1998. Pada akhir 1990-an, Abusupian berhasil membawa perusahaannya Safinat yang berarti kapal, terhindar dari krisis.
Jumlah pekerja yang semula hanya 300-an orang kini telah berkembang menjadi pada kisaran 15 ribu dan tersebar di banyak negara di dunia. Modal yang dimiliki Holding Company Safinat ini sudah berkembang mencapai ratusan miliar dolar. Adapun aktivitasnya mencakup: marine transportation of general and liquid cargoes, railway expedition, cargo handling and storage of general and liquid cargoes, cargo handling and storage of liquefied gases, trading with petroleum and petroleum products, trading with liquid hydro-carbonated gases, agriculture, manufacturing of glassware products, shipbuilding and ship repair, communications and mass media, special, commercial and house-building.
Salah satu proyek kebanggaannya disebut proyek "Allah". Ia mengaku bermaksud meniru Dubai dalam pembangunan kota barunya yang dibuat menjulur ke laut. Karenanya, di Dagestan, ia kini membuat kota serupa namun bila dilihat dari udara maka kota menjorok ke laut tersebut akan tampak dengan jelas seperti tulisan "Allah". Proyek yang bernilai 8 milyar dolar ini, insya Allah akan kelar dalam waktu dekat. Bertemu Abusupian malam itu seperti sebuah mimpi saja. Ketika masuk ke kantornya yang super mewah tersebut di jantung Moskow, "aroma" Abusupian langsung terasa. Sebelum pintu gerbang dibuka, dua orang berbadan tegap berpakaian hitam dengan alat komunikasi di telinga dan ujung tangan ala pengawal Presiden AS menyeruak diantara kegelapan malam. Begitu melihat mobil saya dan mencermati nomornya, baru dia persilahkan masuk dengan sangat sopan. Masuk kantornya, ada lagi pria yang membawa HT dan suka mondar-mandir ke sana kemari kayak seterikaan. Dari jendela luar, terlihat banyak orang berkerumun, sedangkan di halaman terdapat sekitar 20 mobil bejajar rapi. "Assalamu'alaikum," pria bongsor berbadan tegap dengan tinggi sekitar 175 cm ini mengulurkan tangan sambil membungkuk. Kulitnya putih dan wajahnya sedikit oval sebagaimana orang Rusia selatan.
Matanya terlihat agak sedikit kemerahan, mungkin kecapekan karena baru saja turun dari pesawat pribadinya dan langsung mengadakan rangkaian pertemuan. Cara berpakaiannya biasa saja, tidak terkesan mewah. "Saya sendiri banyak bertemu dengan orang Indonesia saat menunaikan ibadah haji. Mereka rapi dan disiplin. Orang muslim dan muslimah yang baik," katanya. Tangan pria ini tidak segan-segan mendorong dan menyuguhkan makanan yang sudah disediakan kepada para tamunya. Sepertinya ia tahu betul bagaimana menghormati tamu sebagaimana diajarkan agamanya. Akibatnya, aneka makanan ringan seperti roti kaviar, buah kering, dan aneka kue Rusia itu ngumpul di depan kami semua. "Bismillahirrahmanirrahim," ucapnya setiap kali tangannya menggapai makanan di depannya sambil berdiri karena tidak terjangkau. Kalimat hamdalah pun sering meluncur dalam berbagai kesempatan.
*Penulis adalah alumnus UII, UGM dan UI, ajimoscovic@gmail.com (detik.com)