"Ya Rabb-ku, ampunilah aku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan, yang tidak dimiliki oleh seorangpun juga sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha pemberi’."
Rabu, 13 Juni 2012
Peradaban Islam Peletak Dasar Teknologi Dirgantara
DUNIA memang semakin canggih. Berbagai teknologi hadir untuk kepentingan umat manusia. Salah satu teknologi yang saat ini sangat dirasakan manfaatnya adalah teknologi kedirgantaraan, salah satunya pesawat terbang.
Jarak tempuh satu wilayah yang tadinya jauh, kini bisa dipersingkat dengan menggunakan pesawat terbang. Bahkan seiring bergulirnya waktu, pesawat terbang juga dimanfaatkan untuk mengintai wilayah musuh. Masih banyak lagi jenis pesawat terbang yang digunakan untuk berbagai kepentingan manusia.
Tak banyak yang tahu siapa pihak yang pertama kali mengagas ide teknologi pesawat terbang. Memang, selama ini peradaban Barat selalu mengklaim bahwa teknologi pesawat terbang berasal dari ide para ilmuwannya. Namun, klaim itu terpatahkan oleh pernyataan Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang bertajuk History of the Arabs. “Ibnu Firnas adalah manusia pertama dalam sejarah yang melakukan percobaan ilmiah untuk melakukan penerbangan,'” tulis K Hitti.
Konsep pesawat terbang Ibnu Firnas inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon setelah 500 tahun Ibnu Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbang.
Berawal dari Eksperimen
Siapa Ibnu Firnas? Ibnu Firnas adalah ilmuwan Muslim yang lahir di Korah Takrna dekat Ronda, Spanyol pada masa pemerintahan Khalifah Muhammad Amir Bin Abdurrahman. Ibnu Firnas adalah seorang polymath, yaitu menekuni berbagai ilmu sekaligus: kimia, fisika, kedokteran, astronomi, dan juga sastra.
Ibnu Firnas tercatat pernah melakukan berbagai eksperimen, antara lain membuat kaca dari pasir dan batu. Ia juga menemukan rantai cincin yang menggambarkan pergerakan bintang dan planet-planet. Selain itu, ia juga merancang alat pengukur waktu yang disebut al-maqata.
Pada tahun 875 M, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk berkumpul di sebuah bukit di Andalusia, Spanyol. Masyarakat diundang guna menyaksikan uji coba sebuah pesawat yang dirancangnya. Ibnu Firnas memamerkan pesawatnya yang bertenaga dorong baling-baling. Dua bagian sayap pesawatnya berkaitan dengan kaki dan tangannya.
Setelah itu, Ibnu Firnas naik ke menara lalu melompat. Ibnu Firnas berhasil melayang di atas ketinggian beberapa ratus kaki, lalu membumbung tinggi. Peristiwa menakjubkan ini dicatat oleh seorang penyair bernama Mu’min Ibnu Said yang mengatakan, “ Ibnu Firnas terbang lebih cepat daripada burung phoenix. Ketika mengenakan bulu-bulu di badannya ia seperti burung manyar.”
Ibnu Firnas tercatat sebagai orang pertama di dunia yang melakukan uji coba penerbangan terkendali. Dengan semacam alat kendali terbang yang digunakan pada dua set sayap, Ibnu Firnas bisa mengontrol serta mengatur ketinggian terbangnya. Selain itu, dia juga bisa mengubah arah terbang. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya kembali ke arah di mana ia meluncur.
Sebelumnya, pada 852 M Ibnu Firnas juga melakukan uji coba terbang. Ibnu Firnas membuat satu set sayap yang terbuat dari kain yang dikeraskan dengan kayu. Alat yang diciptakan Ibnu Firnas berupa ornithopter, yakni alat terbang yang menggunakan prinsip kepakan sayap seperti pada burung, kelelawar, atau serangga. Dengan peralatan seperti payung, Ibnu Firnas lalu loncat dari menara Masjid Agung Cordoba. Pada uji coba pertama itu, Firnas tak bisa terbang alias gagal.
Namun, peralatan yang digunakannya mampu memperlambat jatuhnya Ibnu Firnas. Ia pun mendarat dengan selamat dengan hanya mengalami luka kecil.
Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang merupakan cikal bakal parasut.
Kegagalan ini ia evaluasi dengan memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Ia lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang ciptaaanya.
Barat Melirik
Ilmuwan Muslim lain yang pernah melanjutkan percobaan terbang Ibnu Firnas adalah Farabi Ismail Jauhari, seorang guru bahasa Arab yang berasal dari Nishabur, Khurasan, Iran. Isamail Jauhari melakukan percobaannya pada tahun 1003.
Seperti halnya Ibnu Firnas, Ismail Jauhari merancang sayap terbang yang dapat digerakkan dengan tangan dan kaki, seperti halnya seekor burung, selanjutnya meluncur dari tempat-tempat tinggi. Salah satu tempat percobaan Ismail Jauhari adalah menara Masjid Ulu Nishabur.
Pada tahun 1162, saat berkecamuk perang salib, para tentara Muslim mulai menggunakan pesawat terbang untuk melakukan serangan. Para Saracen (Muslim zaman perang salib) berdiri di atas Hippodrome Constantinople dengan sebuah peralatan terbang seperti jubah.
Teknologi persawat terbang yang dirancang oleh Ibnu Firnas rupanya membuat Leonardo Da Vinci tertarik untuk mengembangkan teknologi itu. Pada abad 16 Da Vinci mencoba memecahkan teka-teki pesawat terbang yang diperkenalkan Ibn Firnas. Da Vinci merasa terkunci dengan misteri burung-burung hingga ilmuwan asal Italia itu melakukan pembedahan terhadap unggas yang menghasilkan rancangan mesin terbang yang diikatkan di punggung seorang laki-laki.
Semakin Berkembang
Setelah Da Vinci, percobaan penerbangan yang lebih moderen dan berhasil dilakukan oleh Hezarfen Ahmed Celebi, pilot Turki paling terkenal pada masa Khalifah Usmani di bawah pemerintahan Sultan Murad IV. Diilhami rancangan Da Vinci, dengan mengoreksi beberapa bagian dan sistim keseimbangannya, Hezarfen mengambil pelajaran burung rajawali.
Setelah melakukan sembilan kali percobaan, Hezarfen menemukan formula yang pas untuk sayap pesawatnya. Pada tahun 1638, dengan ketinggian 183 kaki dari Galata Tower di dekat Bosporus Istambul, Hezarfen melakukan uji coba penerbangan. Hezarfen terbang menuju Uskudar lalu berbelok ke Bosporus, dan sukses! Hezarfen mendarat mulus di sebuah tempat di Borporus.
Jarak terbang yang telah ia tempuh jika diukur dari titik awal tempatnya meluncur adalah sekitar 3200 meter. Karena ia memulai terbangnya di wilayah Eropa dan mendarat di Asia, maka Hezarfen merupakan orang yang pertama melakukan penerbangan lintas benua. Sultan Murad IV yang menyaksikan sendiri peristiwa tersebut dari tempat peristirahatannya yang bernama Sinan Pasha di Sayayburnu, memberi penghargaan kepada Hezrfen 1000 keping emas.
“Hezarfen Ahmet Celebi, pertama kali mencoba terbang sebanyak delapan atau sembilan kali dengan sayap elang menggunakan tenaga angin,” ujar Evliya Celebi dalam buku catatan perjalanannya yang tersimpan rapi di Perpustakaan Istanbul.
“Hezarfen Ahmet Celebi telah membuka era baru dalam sejarah penerbangan,” papar Sultan Murad. Upaya serupa juga dilakukan saudara laki-laki Hezarfen pada tahun 1633 M yang bernama Lagari Hasan Celebi. Peristiwa ini tercatat sebagai peristiwa terbang berawak vertikal pertama yang menggunakan sistem pendorong 7 buah roket dengan bubuk mesiu sebanyak 300 pound. Menurut catatan Evliya Celebi, Lagari berhasil mencapai ketinggian kira-kira 300 meter selama 20 detik.
Sebagai penghargaan atas prestasinya itu, Lagari Hasan Celebi dingkat menjadi salah satu pejabat militer di Angkatan Darat Turki. Sementara itu di Eropa, berita kesuksesan penerbangan Celebi bersaudara sampai di Inggris pada tahun 1638, dan dicatat oleh John Winkins dalam bukunya yang berjudul Discovery of New World. *